Semenjak dari bandara, tangis Caca sama sekali belum reda. gadis itu masih memikirkan kakek yang entah bagaimana sekarang kabarnya. Caca terdiam kemudian menghembuskan nafasnya panjang saat mobil yang di kemudi oleh Papa nya berhenti di pelataran parkir rumah sakit
Tanpa di minta Caca langsung turun dari mobil, berlari sekencang mungkin kemudian bertanya dimana kamar kakeknya saat ini. Caca berjalan cepat menyusuri lorong lorong rumah sakit yang ramai hingga dirinya berhenti di depan ruang ICU dimana kakeknya berada. disana sudah ada Samudra dan papa cowok itu.
Seperti luka yang belum sembuh sedikitpun, luka itu kembali menganga lebih lebar saat mata Caca bertubrukan dengan mata Samudra, namun gadis itu memutuskan kontak lebih dulu
Samudra yang merasa bersalah dengan segala keadaan pun mendekati Caca tapi tak di respon apa-apa oleh gadis itu
"Samudra gimana keadaan kakek?" tanya Tika tergopoh
"kakek koma tante" jawab Samudra dengan rasa bersalah yang begitu mendalam. andai kemarin ia tidak datang ke kediaman Miller mungkin sekarang kakek sedang duduk dibalik meja kerjanya bukan terbaring lemah di atas bankar rumah sakit seperti ini
"Kenapa bisa? apa yang terjadi?" tanya Tika bertubi dengan air mata yang ikut terjatuh mengingat satu-satu nya orang tua yang wanita itu miliki sekarang berada dalam keadaan koma
Samudra menghela nafasnya panjang, meminta maaf kemudian menceritakan kejadian yang sebenarnya tanpa memotong apapun yang terjadi. cowok itu membicarakan bagaimana ia datang ke kediaman keluarga Miller untuk mencari Caca kemudian kakek mengetahui fakta jika Caca memutuskan pertunangan mereka dan penyakit jantung kakek kumat begitu saja tanpa diprediksi.
Caca yang semula menunduk menatap sepatunya, kini gadis itu berganti menatap tajam sosok Samudra, menghunus mata cowok itu dengan tatapannya seperti amarah yang luar biasa dengan api yang menyala
"Puas? sekarang kamu puas? kamu udah menghancurkan hati aku sekarang kamu menghancurkan satu-satunya alasan aku hidup? menghancurkan satu-satunya orang terpenting sebelum orangtua aku? menghancurkan impian aku dan kamu menghancurkan sisa-sisa hidup yang aku punya? setelah ini apa yang kamu hancurkan?" tanya Caca bertubi.
"Ca udah" ucap Tika sembari memegang bahu putrinya sebelum ucapan Caca semakin kemana-mana
"kalau kamu mau jenguk kakek silahkan. hanya satu persatu orang yang diperbolehkan masuk" ucap Samudra. yang di ajak bicara justru memalingkan wajahnya. rasa cinta yang luar biasa dalamnya dengan rasa benci yang ikut bercampur aduk, tidak bisa Caca bedakan mana yang lebih mendominasi
"Ca kamu atau mama?" tanya Tika
"Caca" jawab Caca kemudian beralih pergi memasuki ruang ICU dengan air mata yang belum terselesaikan. perasaannya begitu diuji, hancur berkeping-keping seperti debu yang di tiup angin kencang
gadis dengan balutan baju khas rumah sakit warna hijau lengkap dengan masker itu mendekat ke arah kakeknya yang terbaring lemah dengan elektrokardiograf yang menempel di tubuhnya bersama dengan banyaknya kabel disana
"Kek" ucap Caca lirih dengan mata yang dipejamkan kuat menekan agar air matanya tidak jatuh di depan kakek
"maafin Caca sebelumnya. Caca mohon kakek bangun kek buat Caca. kalau bukan buat Caca, buat Catty" sambung gadis itu sembari memegang tangan kakeknya yang dingin "kek, Caca sayang banget sama kakek melebihi Caca sayang sama Mama Papa"
"Caca terpaksa memutuskan pertunangan Caca dengan Samudra karena Samudra menghianati Caca. bukan karena Caca yang ingin, tapi Samudra yang membuat Caca seperti ini kek" ucap Caca. air matanya sama sekali tidak berhenti mengingat kakeknya yang tak kunjung sadar dan mengingat Samudra yang menghianatinya seperti ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Thousand Miles
RomanceIni menceritakan tentang kisah seorang gadis dari Indonesia bernama Caitlyn yang harus pindah ke Swiss untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas di Zurich. meninggalkan tunangannya yang menetap di Indonesia bernama Samudra. suatu ketika...