Wo Bin Ich??

3.3K 249 23
                                    

"Apa kek? Caca belum datang?" tanya Samudra saat cowok itu tengah berada di kediaman keluarga Miller. jelas Samudra kaget luar biasa karena harusnya Caca berada di rumah semalam. tapi ini sama sekali belum ada kabar apa-apa

"Belum Dra, apa jangan-jangan Caca tidak mau pulang?" Tanya Prabowo-Kakek Caca yang ikut mencemaskan cucu satu-satunya

"Biar Samudra telpon bandara di Swiss dan telepon ke apartemennya Caca" ucap Samudra sembari mengeluarkan ponselnya dari saku kemudian menghubungkan langsung ke bagian bandara dan tempat reservasi apartemen yang berakhir nihil lantaran Caca tidak cek in di bandara tapi cekout dari apartemen tempatnya tinggal

"Kek Samudra perlu ke Zurich hari ini juga" pamit Samudra kemudian berlari kecil keluar dari rumah sembari memesan tiket pesawat eksekutif melalui aplikasi online yang lebih memudahkan dan memperepat langkahnya 


                             ****


Sebuah tirai putih tipis melambung-lambung tertiup angin turut membangunkan Caca saat matahari ikut muncul dari ufuk timur. kepala nya terasa begitu pening, matanya menangkap ruangan yang ada dirinya saat ini. ini benar-benar asing dan tidak dikenalinya, gadis itu mengingat kembali apa yang terjadi dengan dirinya sampai seperti ini


*Flashback On*

"Ya tuhan ini taksi online kenapa nggak dateng-dateng, keburu pesawatnya sampai Indonesia" ucap Caca sembari melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya dan dua koper berbeda warna berdiri tegak di sampingnya. sementara Samudra sudah mencak-mencak sedari tadi hanya permasalahan Caca yang tidak segera cek-in malah sibuk di halte seperti itu

Sebuah taksi akhrinya berhenti tepat di depan Caca, jendela kaca terbuka dan menampilkan sosok laki-laki brewok  yang menawarkan Caca untuk menumpangi taksinya dengan alasan belum mendapatkan penumpang sejak pagi. gadis berambut terikat itu pun mengiyakan daripada Samudra malah semakin ngomel-ngomel dan pesawatnya juga keburu take off

Setelah berdiam diri di dalam taksi, sopir dengan wajah khas Jerman yang begitu kental itu pun menawarkan Caca air mineral dan beralasan bahwa ini untuk pelanggan pertamanya. gadis itu pun menerimanya dengan senyuman di wajah, lagipula ini sudah siang dan panas menyengat hingga ke tenggorokannya

"Pak, saya akan tidur sebentar. kalau sudah sampai bandara tolong beritahu saya" ucap Caca kemudian meletakkan kepalanya di sandaran jok belakang. matanya terasa begitu berat untuk terbuka saat ini

"Baik nona"


*Flashback Off*


Dengan langkah yang berat lantas Caca berdiri dari ranjang tempatnya tidur, beralih menyibak tirai putih. dirinya berada di atas rumah yang begitu tinggi hingga pemandangan dibawah benar-benar ketara jelas. ini bukan suasana kota Zurich, tapi suasana kota lainnya

Caca mundur beberapa langkah, mengedarkan pandangannya ke seluruh area kamar. 2 kopernya berada di dekat meja tv bersama dengan tas selempangnya. tanpa basa-basi Caca langsung berlari kecil dan mengambil ponsel di dalam tas selempangnya

bukan low bat atau mati tiba-tiba. tapi tidak ada sinyal apapun padahal jelas ini di tengah kota. yang berarti sekarang gadis itu tidak sedang berada di wilayah negara Swiss, tapi di negara lain yang entah apa namanya

"Please help me" ucap Caca hingga air matanya jatuh sampai ke lantai. tidak tau dia dimana dan siapa yang membawanya kemari. tidak ada petunjuk apapun yang membantunya, bahkan mata uang Swiss pun tidak bisa membeli apapun disini

Ten Thousand MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang