Sejak tinggal di Zurich, Caca semakin siang terbangun, semakin siang jam sarapannya. bahkan untuk hari rabu seperti ini gadis itu baru terbangun jam 8 pagi, itu pun terbangun karena suara bel apartemen nya berbunyi seperti lonceng di samping telinga, keras dan memekikkan.
Caca bangkit dari posisinya, berjalan dengan sangat malas. tamu siapa yang datang sepagi ini, di cuaca serendah ini. gadis itu menyambar jaket tebal cokelat krem yang berada di balik pintu, mengeratkannya tanpa menyisakan satu kancing pun untuk tertinggal
membuka pintu berwarna cokelat yang langsung menampilkan sosok cowok yang kemarin ditabraknya di danau Zurich
"ngapain kamu kesini?" tanya Caca to the point tanpa menyuruh tamunya untuk masuk dan duduk lebih dulu.
"ini untukmu" Fabian memberikan 2 paper bag berwarna jingga serupa kepada gadis yang bermuka bantal dihadapannya, dengan wajah datar tapi tetap memaparkan kecantikan disana, memiliki wajah Asia yang tidak perlu lagi dipertanyakan sesulit apa menemukan gadis semacam ini
"itu apa?" tanya Caca penuh selidik tidak langsung menerimanya dengan lapang dada
"ini kameraku, kamera santai bukan untuk bekerja. kau bisa memakai nya selama kameramu ada padaku. dan ini ada sop ayam, jika kau suka"
"sepertinya aku tidak membutuhkan"
"kau suka memotret" jelas nada bicara Fabian sangat terdengar memaksa, memaksa untuk menerima apa yang hendak diberikannya
"tidak"
"lalu untuk apa kau memiliki kamera?"
"iya aku suka, tapi aku tidak suka dengan caramu memaksaku"
"aku tidak memaksa, hanya merasa bahwa kau membutuhkannya"
"terimakasih" akhirnya Caca menerima 2 paper bag itu. daripada Fabian akan terus berdiri di ambang pintu seperti ini, menjadi tontonan penghuni apartemen lain
"aku pulang" pamit Fabian yang dibalas anggukan oleh Caca. tidak ada manfaatnya jika menyuruh cowok berwajah Jerman seperti itu untuk masuk ke apartemennya, Caca belum kenal dan tidak boleh ada orang asing masuk menjelajahi privasinya
setelah Fabian pergi, Caca langsung terburu menutup pintunya, berjalan beberapa langkah dan duduk di sofa hijau matcha. gadis berbalut jaket tebal itu langsung membuka paper bag bergambar doraemon, sebuah kamera Mirrorless berwarna paduan cokelat dan silver jelas masih terlihat baru, Caca semakin tidak paham apa yang dimaksud oleh Fabian, cowok yang baru dikenalnya 2 hari yang lalu bisa langsung memberikan sebuah kamera baru yang jelas belum terbuka bagian segelnya
Caca beralih ke paper bag kedua berwarna senada namun berbeda motif, kali ini bergambar beruang kutub berwarna putih
1 kotak makan berisi sandwich dan se-cup sop ayam yang masih tersegel rapat, dibawahnya ada syal berwarna merah terang dan tulisan disana
Du bist schön
Caca meremasnya kuat, mengembalikan syal berwarna merah itu kedalam paper bag, ia berniat akan mengembalikannya kepada Fabian jika lain waktu mereka akan bertemu.
"Dasar cowok sinting, aneh" gumam Caca sembari berjalan ke dapur dan menaruh sandwich itu di dalam kulkas beserta sop ayam nya. moodnya tiba-tiba tidak begitu baik untuk merasakan masakan Swiss tersebut, mood makannya pun hilang seketika hanya karena sosok Fabian yang tiba-tiba muncul tanpa di undang
****
Fabian berjalan menyusuri trotoar dengan senyum yang mengembang, matanya sesekali menatap ke arah gedung apartemen yang masih terlihat tingginya, terlihat betapa megahnya bangunan yang baru di jelajahinya beberapa menit yang lalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Thousand Miles
RomansaIni menceritakan tentang kisah seorang gadis dari Indonesia bernama Caitlyn yang harus pindah ke Swiss untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas di Zurich. meninggalkan tunangannya yang menetap di Indonesia bernama Samudra. suatu ketika...