"hey, Kamu mikirin apa sih kok bengong?" celetuk Caca dengan mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Samudra yang tengah melamun di tengah ramainya manusia di salah satu coffe shop depan apartemen
setelah mereka mengobrol banyak tadi, memang Caca lah yang memutuskan untuk mengunjungi kedai kopi ini, memesan secangkir cappucino untuk Samudra dan secangkir caramel machiato lagi untuknya sendiri
"Mikir gimana caranya biar kamu pindah ke Indonesia lagi" ucap Samudra kemudian menyeruput kopi yang masih cukup panas dengan asap putih yang mengepul di atasnya
"Hah?"
"seperti itulah"
"buat apa? aku nyelesein kuliah juga belum, sebulan juga masih hampir"
"Biar kamu nggak deket-deket sama yang namanya Fabian ca"
"Bukannya kebalik, kamu yang deket sama Inggrid karena baper? aku aja nggak pernah mikir gimana caranya biar kamu pindah ke Zurich bareng aku"
Samudra tidak menjawab apa-apa, memikirkan apakah dirinya terlalu egois untuk ikut mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Caca dan memikirkan sejauh apa yang difikirkan oleh gadis berkuncir kuda dengan warna rambut yang sudah diubah menjadi cokelat gelap
"kenapa? ada yang salah sama omongan aku?" tanya Caca setelah tidak menjawab pembelaan apa-apa dari Samudra, yang ada cowok itu malah garuk-garuk telinga dengan mata yang memandang terus ke arah sepatu berwarna putih kepemilikannya sejak setahun terakhir ini
"Kamu mikirnya gitu ya Ca? maaf, aku nggak ada maksud buat kamu khawatir sama aku. cuma____ gimana ya ngomongnya" ucapan Samudra masih mengambang dalam angan-angan Caca, gadis itu ingin tau kelanjutannya dengan tidak memotong separuh jalan yang berakir Samudra yang diam nanti
"aku nggak ada apa-apa sama kakak tingkat aku, dia itu cuma ketua ukm di kampus, nggak lebih" sambung Samudra kemudian sembari memainkan jari jemarinya seperti gugup dan ragu dalam berkata, itu semua jelas ketara dalam penglihatan Caca
"pulang yuk?" Ajak Caca kemudian berdiri dari tempatnya, meminta bill lalu membayarnya dengan sejumlah uang yang tertera di atas kertas putih print out tinta hitam
Caca berjalan lebih dulu keluar dari coffe shop, menyusuri jalanan yang ramai lalu menyebrang tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. tanpa di sadar sebuah tangan kekar menariknya dengan keras dan di susul oleh mobil berwarna biru melaju dengan kencang
Jika di adegan film maka Caca akan terjatuh tepat di dekapan cowok, ini yang ada hanyalah Fabian yang menyelamatkannya dari serempetan mobil, bukan jatuh lalu ditangkap
"kalau jalan hati-hati" pesan Fabian
"terimakasih. maaf aku tidak memenuhi janjiku, Samudra datang kesini tiba-tiba"
"Aku tau" jawab Fabian dengan memaksakan seulas senyum di bibirnya. sebelumnya jauh 3 jam yang lalu cowok itu sudah mendatangi apartemen Caca, namun yang di dapatinya adalah Samudra berdiri di depan pintu dengan tangan yang memegang paper bag berwarna putih. akhirnya Fabian mengurungkan niatnya untuk datang dan mengajak Caca ke Fifa World museum seperti janjinya kemarin
"maaf"
"Bukan salahmu. aku duluan, kalau jalan berhati-hatilah, perhatikan jalanan bukan memperhatikan apa yang kamu rasakan" ucap Fabian kemudian berlalu pergi
Caca tidak beralih dari tempatnya, gadis itu menatap punggung cowok yang mengalungi kamera SLR merk terkenal. jika tidak ada Fabian mungkin saja nyawanya berada di ambang rumah sakit, banyak perban yang mengikat tubuhnya dan beberapa alat kedokteran menempel di setiap sarafnya.
"Ca" panggil Samudra yang baru datang menyusul
"yaudah ayo balik" Caca mendahului Samudra dengan berjalan keras di atas aspal hitam yang lebar. sepatu kets nya membuat mudah melangkah kesana kemari, menyebrangi jalanan hingga sampai ke gedung megah pencakar langit yang tak lain adalah apartemen Caca
"Kamu marah?" Tanya Samudra pada akhirnya dengan menahan lengan Caca
"Enggak. buat apa? dan untuk apa?" tanya gadis bermata hazel itu bertubi. emosinya sedang baik untuk tidak meluap saat ini, tidak ingin sampai semuanya rusak hanya karena sebuah kemarahan yang tidak jelas kemana ujungnya
"Bilang sama aku, kamu pengennya apa?"
"Aku pengen ketabrak mobil yang tadi terus kamu nyesel di hadapan aku" Batin Caca
"Pengen pulang dan tidur. you hear me?" tanya Caca balik kemudian melepaskan tangan Samudra dari lengannya, berjalan kedalam lift lalu di ikuti oleh cowok berwajah masam tadi
______________________________________
Maaf pendek, karena author tidak memiliki feel baik untuk meneruskan yang bagaimana
sampai jumpa minggu depan :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Thousand Miles
RomanceIni menceritakan tentang kisah seorang gadis dari Indonesia bernama Caitlyn yang harus pindah ke Swiss untuk melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas di Zurich. meninggalkan tunangannya yang menetap di Indonesia bernama Samudra. suatu ketika...