Zürichsee

4.3K 352 13
                                    

setelah membeli roti baguette berbalut kertas kraft yang tak jauh dari letak apartemen tempatnya tinggal, Caca menunggu bus di halte sembari memakan roti keras di tangannya, meskipun fikirannya terus melayang di Indonesia, tepat di dua titik yang selalu sama, kakek dan Samudra. 

selang beberapa waktu bus datang, beberapa orang ikut masuk, begitu juga dengan Caca. bus berwarna kuning itu membawanya ke daerah Bellerivestrasse di Distrik 8, bagian selatan kota Zürich yang terletak di tepian danau.

gadis berjaket abu-abu tebal itu turun dari bus dengan tangan yang tadinya memegang roti kini berganti ke kamera SLR pemberian Samudra kemarin

Caca memotret beberapa hal yang dianggapnya lucu, aneh dan membuatnya kagum. mulai dari angsa yang berenang dengan bahagianya, matahari yang memantul lewat jernihnya air danau. seandainya Samudra disini pasti semuanya akan menyenangkan, pikir gadis itu

suasana yang tidak begitu ramai karena lebih banyak orang yang mengunjungi restoran di sekitar danau ketimbang di danau ini. gadis itu leluasa mengambil objek dengan menekan shutter nya beberapa kali tanpa perlu menunggu orang lain untuk menyingkir dari objeknya. 

satu objek menarik indra penglihatan Caca kali ini, gadis itu tertarik dengan 2 batang pohon yang berdiri tegak berdampingan, beruntung ini musim semi hingga bunga bermekaran seperti cerah-cerahnya, menyambut musim mereka

setelah selesai memotret beberapa objek di danau ini, Caca melihat hasilnya sembari berjalan dan mata yang terus menatap layar kameranya. tanpa sengaja gadis itu menabrak seseorang hingga kameranya terjatuh dan lensa yang berakhir tragis

"Maaf, aku tidak sengaja" kata cowok berwajah western dengan logat yang terdengar seperti logat Swiss, dengan sedikit sentuhan Jerman di dalamnya

"Bukan kau yang salah tapi aku" Caca berbahasa Jerman yang tak kalah fasihnya. gadis yang memiliki kemampuan menguasai 5 bahasa sekalipun itu ingin menangisi benda yang bagian kaca nya sudah berantakan di pelataran tepi danau

Caca pandai dalam berbahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol. mengingat jika gadis berdarah New York tersebut lahir di Amerika, besar di Indonesia, dan semasa SMP Caca sudah kursus berbahasa asing begitu banyak, dan yang di kuasai oleh gadis itu hanyalah Perancis, Jerman dan Spanyol

"aku akan menggantinya" kata cowok itu

"tidak perlu, kamera ini tidak ada gantinya. ini salahku" air mata Caca sudah turun. kecerobohannya berhasil membuat benda berharga dari Samudra hancur menjadi kepingan dan hancur bersama dengan potret kenangan mereka

"ini salahku, kau jangan menangis, aku akan menggantinya"

"bukan, ini salahku" tegas Caca sembari menyambar kamera nya dengan cepat, mengalungkannya ke leher dan hendak pergi, tapi tangannya sudah lebih dulu ditahan oleh cowok ber-rambut hitam tersebut

"aku akan menggantinya"

"sudah aku bilang ini bukan salah mu. dan kamera ini tidak ada gantinya"

"aku akan mengembalikannya seperti semula, kenalkan aku Alfarez Fabian. kau bisa memanggilku Fabian, aku fotographer dan bisa membetulkan kamera mu seperti semula"

"aku tidak butuh biodatamu"

"aku akan membenarkan kameramu, aku berjanji akan mengembalikannya seperti semula"

Caca pasrah, mungkin ada benarnya ia memberikan kamera miliknya kepada si perusak bernama Fabian, dibenarkan dan otomatis kameranya akan kembali menormal beserta file di dalamnya, jika mungkin tertolong

"ini kartu namaku, kau bisa mendatangi studio ku jika tidak percaya" ucap Fabian sembari menyerahkan kartu nama berwarna putih kepada Caca dan langsung di terima oleh gadis berambut terurai itu "siapa namamu?" tanya Fabian setelahnya

Ten Thousand MilesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang