Zidny sedang berada di ruangan (namakamu)
"(Nam) gua mohon lu sadar, besok pernikahan sasa sama iqbaal (nam). Lu gak mau menghalangi pernikahan mereka" ucap zidny
Tit tit tiiiiiiiiiiiiiiit
Suara yang sangat nyaring berasal dari alat pendeteksi jantung
"Gak (nam) gak, lu harus bertahan (nam) hiks" ucap zidny
Tetapi alat itu semakin menunjukkan gambar garis lurus
"DOKTER SUSTER TOLONGG" teriak zidny
Gak lama pun dokter dan suster pun datang
"Maaf mbak, mbak harus nunggu di luar" ucap suster
"GAK SUS!! SAYA MAU DI SINI" teriak zidny
"Maaf mbak" ucap suster sambil menuntun zidny keluar dari ruangan
"Zid ada apa?" tanya Wulan
"(Nam,,, namakamu) hiks" ucap zidny
"Kenapa sama dia zid" ucap ojan
Zidny hanya menggeleng gelengkan kepalanya
"Maksud lu?" tanya danu
"Hiks, detak jantung nya berhenti hiks" ucap zidny
"Gak mungkin zid, gak mungkin hiks" ucap Wulan
"Ya ampun" ucap danu
Tiba² Rania masuk ke ruangan kamu
***
Sedangkan rania sedang memperjuangkan sahabat nya untuk kembali'(Nam) gua mohon lu kembali (nam) hiks' ucap batin rania
"Dokter Rania, kita telah kehilangan pasien" ucap andika dokter senior nya rania
"Gak dik!! Gak!! Kita harus selametin sahabat gua hiks" ucap rania
"Ran denger, ikhlasin dia pergi" ucap andika
"Gak!! Gua gak ikhlas kalau sahabat gua pergi hiks, kalau lu gak mau bantu gua biar gua sendiri. Siniin alatnya" ucap rania mengambil alat yang kayak setrikaan
"Ran" ucap andika
"Cukup andika mending lu diem aja hiks, sus berikan tekanan yang tinggi" ucap rania
"Tapi dok" ucap suster
"CEPAT" bentak rania
Suster pun menurut apa perintah rania
"(Nam) bangun please hiks bangunn" ucap rania sambil meletakkan alat itu ke bagian dada nya (namakamu)
"Rania, stop" ucap andika
Suster yang melihat rania memperjuangkan sahabatnya hanya bisa menangis
"(Nam) bangunn hiks lu udah janji sama gua hiks untuk merawat anak lu bareng gua hiks nanti kita bakal pindah dari indo hiks. Ayo bangun hiks, BANGUNNN (NAM) hiks" ucap rania
Andika pun mengambil alat itu dari rania
"Dika lu apa apaan si hiks kembaliin tuh alat" ucap rania
"Rania sadar ran" ucap andika
"Gua mau selamatin sahabat gua dik hiks" ucap rania
"Biar gua yang berusaha selamatin sahabat lu, lu tenang aja" ucap andika
Rania pun duduk di dekat tembok
'(Nam) please kembali demi kita semua (nam) hiks' ucap batin rania
"Maaf ran, gua gak bisa selamatin sahabat lu" ucap andika
"GAK DIKA GAK" ucap rania lalu keluar dari ruangan
***
Di luar sana sudah ada teman² yang menunggu (namakamu)
Cklek
"Hiks"
"Rania, kamu kenapa?" ucap danar sambil memeluk rania
"Kenapa hem? Cerita sama kita" ucap danar
"Maafin gua semua hiks gua gagal hiks" ucap rania
"Gagal? Maksud lu apaan si ran" ucap dianty
"Jelasin semua nya ran ada apa sebenarnya" ucap khalda
Cklek
Ternyata yang keluar adalah dokter andika
"Dok gimana keadaan (namakamu)" tanya rajend
"Kami sudah semaksimal mungkin tapi tuhan berkata lain, saya turut berduka cita" ucap andika
"Innalillahi" ucap dianty
"(NAMAKAMU)!!" ucap khalda berlari ke dalam ruangan
"Khalda" ucap yovie
***
"(Nam) lu jangan bercanda (nam) hiks gak lucu bercandaan lu hiks, lu harus bangun. Lu harus rebut iqbaal dari vanessa (nam)" ucap khalda
"Khal ikhlasin" ucap yovie
"Gak vi gak, ini pasti alatnya yang rusak, ayo (nam) bangunn" ucap khalda sambil memompa dada kamu
"Khal istighfar khal" ucap yovie
"Hiks (nam) gua mohon lu bangun" ucap khalda dengan suara yang melemah
"Maaf dokter khalda silahkan kalian tunggu di luar, biar kami yang mengurus ini semua" ucap suster
"Baik sus" ucap yovie sambil membawa khalda keluar
***
"Dokter rania saya ingin mengucapkan turut berduka cita" ucap andika
"Ini salah gua dik ini salah gua hiks gua gagal jadi dokter" ucap rania
"Ini bukan salah lu, ini udah jalannya tuhan ran" ucap andika
"DOKTER ANDIKA" ucap suster
"Ada apa sus?" tanya andika
"......."
Bersambung