언젠가 지금의 걱정들은 사라지고
이 순간이 추억으로 남겠죠
(Suatu hari nanti kekhawatiran sekarang akan hilang dan saat ini akan menjadi kenangan)
🍀🍀🍀Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Dan kerja sambilan yang Min Hee maksud adalah menjadi kasir di sebuah mini market dekat kampusnya. Kondisi keuangannya memang tidak bisa dikatakan kosong sekali, seperti kata Min Jae ada sejumlah uang yang ditinggalkan ibu mereka dan hampir setiap bulan ayah mereka juga memberikan uang. Tapi entah kenapa, Min Hee tidak bisa menggunakannya jika tidak benar-benar dalam keadaan yang mendesak.
Seorang anak laki-laki berseragam sekolah menyodorkan beberapa minuman kaleng pada Min Hee untuk dihitung totalnya. “Dan rokoknya satu bungkus.” Anak itu menunjuk pada rak yang ada di belakang Min Hee.
Min Hee menoleh ke arah yang ditunjuk anak itu, kemudian saat berbalik tatapannya sudah seperti seorang pembunuh ulung. “Ya!” teriak Min Hee.
“Apa?” tantang anak bermata sipit dan berwajah bulat itu. “Aku kan hanya perlu membayarnya saja.”
“Kau tahu kan, kami tidak boleh menjual rokok pada anak yang masih di bawah umur,” kata Min Hee berusaha menahan kesabarannya.
Anak laki-laki itu berdecak tak percaya. “Ada-ada saja peraturan konyol itu!” gerutu anak itu. “Apa susahnya memberikan ini,” lanjutnya sambil mengambil barang yang dimaunya dengan paksa kemudian melempar sejumlah uang di meja kasir.
Anak laki-laki itu mengambil minuman kalengnya yang segera dibagikan pada kawan-kawannya yang menunggu di luar, kemudian mereka pergi.
“Hey, tunggu! Kembaliannya,” teriak Min Hee.
Sayang sekali perhatiannya langsung tergantikan oleh sosok paruh baya yang mematung di hadapannya. “Appa,” gumam Min Hee tersentak kaget.
“Ayah kan sudah bilang, kau tidak perlu bekerja seperti ini. Ayah sudah mengirimimu uang setiap bulan,” protes ayahnya tak suka dengan sikap membangkang Min Hee.
“Bukan urusan ayah!” tegas Min Hee segera kembali ke tempat kasirnya dan merapikan uang itu di dalam laci.
“Bagaimana bisa bukan urusan ayah? Kau itu anak ayah,” kata Tuan Cha.
Min Hee menyambutnya dengan senyuman menyeringai. “Sebaiknya ayah pergi. Ada banyak hal yang harus kukerjakan,” kata Min Hee mencoba bersabar hati, walaupun pada kenyataannya laju jantungnya yang abnormal sudah memanaskan tubuhnya karena amarah yang terpendam itu.
“Kau masih menolak untuk ikut dengan ayah?” tanya Tuan Cha berhati-hati dalam membahas topik yang sensitif ini. Pasalnya sudah berulang kali Min Hee menampik ajakannya untuk tinggal bersama keluarga barunya.
Min Hee tidak menjawab karena sudah jenuh sekali. Ia pun pura-pura sibuk sendiri, membersihkan meja kasir, merapikan barang-barang jualan di dalam rak. Ini dan itu.
“Setidaknya, apa kau tak kasihan pada Min Jae? Dia masih kecil dan butuh perhatian,” sambung ayahnya dengan nada membujuk.
“Perhatianku sudah cukup untuk Min Jae, dia tidak butuh siapapun lagi,” sembur Min Hee. Kedua matanya sudah mulai memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Фанфик[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018