내 마음은 지지 않아
(Hatiku tidak terkalahkan)
🌵🌵🌵Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Min Hee adalah mahasiswa tahun kedua jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Sebenarnya dulu waktu kelas tiga SMA, wali kelasnya merekomendasikan jurusan yang berhubungan dengan sains. Gurunya bilang kalau Min Hee cukup baik di mata pelajaran itu.
Min Hee menolak ide itu karena merasa kurang percaya diri, jadi gurunya mencarikan jurusan lain yang kemungkinan bisa dimasuki Min Hee sekaligus cocok dengannya.
"Apa kau pernah melakukan kegiatan amal?" tanya gurunya sambil membolak-balik kertas nilai Min Hee selama tiga tahun sekolah di sana.
Min Hee melirik ke atap-atap langit seakan ada jawaban di atas sana. "Hmm..." Ia berpikir agak lama. "Ah! Aku rutin mendonorkan darahku bersama ibuku, ya walaupun itu juga harus dipaksa dulu."
"Oh ya?" Guru itu semringah senang. "Itu bagus." Guru itu menulis sesuatu di kertas.
"Ibumu pasti orang yang sangat baik," komentar guru itu tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas.
"Dia seorang apoteker," jelas Min Hee yang hanya di-oh-kan saja oleh gurunya.
Min Hee sebenarnya kurang senang jika membicarakan ibunya, rasanya seperti membuka luka yang belum sembuh. Kejadiannya sekitar empat bulan lalu. Ibunya meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat pulang kerja.
"Sepertinya kau juga akan cocok jika masuk ke jurusan sosial," kata guru itu tak menyadari gelagat Min Hee.
"Kalau begitu, aku akan memikirkannya lagi. Terima kasih, Bu." Min Hee pun pamit undur diri dari ruang guru.
Setelah memutuskan untuk masuk jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, pada akhirnya ia cukup menikmati itu semua.
Min Hee sudah sampai di depan fakultasnya, ia melambaikan tangan pada seorang kenalan bernama Yu Ra, anak seorang menteri luar negeri yang sedang menjabat. "Hai," sapanya.
Walaupun cantik dan modis karena selalu memakai pakaian yang mewah, Yu Ra tidak punya banyak teman di kelas, kalau boleh jujur dia itu sangat aneh. Min Hee juga sebenarnya kurang nyaman dekat dengan Yu Ra, tapi tak tega untuk menolak.
"Laki-laki tadi itu siapa?" tanya Yu Ra pada Min Hee.
"Siapa yang siapa?" Min Hee mengerutkan kening tak paham, ia menengok ke belakangnya dan hanya menemukan orang-orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.
"Laki-laki tadi!" tegas Yu Ra.
Seingat Min Hee, ia tidak berangkat bersama Won Woo. Jelas-jelas Won Woo meninggalkannya bahkan sebelum kalimat penjelasnya selesai, lagi pula gedung fakultas mereka beda dan ia harus mengantar Min Jae terlebih dulu ke sekolah.
Ah, Min Hee pasti lupa sedang bicara dengan siapa. Menurut rumor yang tersebar di kelas, Yu Ra itu bisa melihat makhluk halus. Min Hee tak percaya karena terlalu takut untuk percaya.
"Ini kan masih pagi." Min Hee menyeret tubuhnya mendekat ke Yu Ra.
"Mungkin memang bukan siapa-siapa," sambung Yu Ra kemudian mengajak Min Hee masuk.
"Kau sudah menyelesaikan tugas Prof. Lee?" tanya Yu Ra.
"Aku begadang terus beberapa malam terakhir ini. Kau tak lihat warna hitam di bawah mataku ini?" Min Hee mengatakannya sambil menunjukkan bagian itu.
Yu Ra menggeleng. "Bagus deh," sambung Min Hee yang mulai menebak kalau mata Yu Ra mungkin min.
Keduanya pun menaiki tangga menuju gedung fakultas mereka. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan seorang laki-laki bertubuh atletis yang menghalang jalan mereka. "Awas! Minggir!" titah Min Hee tak acuh.
Tapi laki-laki itu enggan menyingkir.
"Min Gyu-ya, bisakah kau berhenti menelepon dan mengirimiku pesan?" tanya Yu Ra pada laki-laki bernama Min Gyu itu.
Seketika wajah Min Gyu langsung berubah keheranan. "Aku kan melakukannya untuk mencari informasi Min Hee darimu," protes Min Gyu karena merasa sedang difitnah. Ia akui memang sering menelepon dan mengirimi pesan pada Yu Ra, tapi semua itu ia lakukan demi Min Hee. "Kenapa kau mengatakannya seolah-olah aku tertarik padamu?" cemooh laki-laki itu lagi.
Min Hee menghela napasnya setelah mengetahui apa yang terjadi di belakangnya selama ini. "Yu Ra benar. Berhentilah mengganggu orang lain!" kata Min Hee. "Ayo!" Min Hee menggandeng tangan Yu Ra untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas.
Min Gyu mengikuti dan berusaha mensejajarkan tubuhnya dengan kedua gadis itu. "Kau tidak termasuk orang lain bagiku," kata Min Gyu pada Min Hee. "Setelah kelas selesai, kau punya rencana?" tanyanya lagi.
"Punya," jawab Min Hee ketus. Kemudian ia tiba-tiba teringat dengan perlakuan Won Woo yang selalu bicara dingin dengannya, mungkin ini karma, tebaknya. Tapi Won Woo sudah begitu sejak kecil, kalau begitu karmanya datang lebih dulu, tebaknya lagi.
"Kau tidak sedang menghindariku, kan?" tanya Min Gyu.
"Tidak. Untuk apa?" tantang Min Hee. "Aku tak punya hutang atau salah apapun padamu. Kalau kau memang suka, itu urusanmu."
"Suatu hari nanti kau pasti akan memanggil namaku duluan," ucap Min Gyu yang kemudian bergabung dengan teman laki-lakinya yang lain.
Min Hee sama sekali tak mengindahkan perkataan Min Gyu itu, untuk apa pula ia sampai harus memanggil Min Gyu, pikirnya.
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfic[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018