사랑이 필요한데
사람에 피로하네
(Aku membutuhkan cinta, tapi aku sudah lelah dengan manusia)
🌾🌾🌾Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Min Hee mengintip lewat celah yang ia buat sendiri di gorden kamarnya agar bisa melihat sebuah siluet yang bergerak di kamar seberang. Ia meraba bibirnya dengan malu-malu, lalu senyum sendiri membayangkan ciumannya dengan Won Woo tadi.
Ia memang belum tahu betul arti dari ciuman tersebut, tapi dengan kemesraan yang saling mereka salurkan, bukankah sudah jelas itu bertanda baik?
Ia ingin tahu mungkinkah jika besok ia bertanya langsung pada Won Woo, ia akan menerima jawabannya. Entahlah. Berharap bukanlah solusi yang bagus di saat-saat yang paling meragukan seperti ini. Ia pun memutuskan untuk tidur.
Esok harinya, Min Hee dan Min Jae sudah siap untuk berangkat. Namun di depan gerbang, seorang laki-laki tengah menggeledah kotak surat rumah mereka.
"Hyung, kau sedang apa?" tanya Min Jae pada Won Woo yang tengah memegangi sebuah boneka beruang berukuran kecil, yang jika dipencet bagian tengahnya akan berbunyi 'i love you'. Tidak hanya itu, ada sekotak coklat dan bertumpuk-tumpuk surat berpola hati juga di sana.
"Apa ini?" tanya Won Woo, entah pada dirinya sendiri atau pada dua orang di sampingnya.
"Aku baru melihatnya," jawab Min Hee tak tahu.
Min Hee menemukan sebuah kotak kecil di bawah surat-suratnya, ia mengambilnya dengan hati-hati. Ia membolak-balik benda itu karena tidak tahu isinya, yang jelas sepertinya bukan cokelat atau permen.
Won Woo merebut benda itu agak kasar, wajahnya memancarkan amarah yang sangat menakutkan. Bahkan walaupun Min Hee sudah berpengalaman dengan amukan laki-laki itu, kali ini berlipat ganda menyeramkannya.
"Apa-apaan ini?" bentaknya, sekali lagi entah pada siapa.
"Mungkin cuma orang iseng saja," ucap Min Hee menenangkan.
"Apanya yang iseng? Ini sudah sangat keterlaluan." Emosi Won Woo masih belum mereda.
Min Hee agak ragu untuk bertanya, tapi ia tak mau mati penasaran karenanya. "Memangnya itu apa?"
Won Woo menatap Min Hee dengan sorotan yang begitu dalam, sehingga sulit bagi Min Hee untuk menyelami arti dari tatapan itu.
Laki-laki itu menghembuskan napasnya dengan kasar, dan ada kegusaran yang mengikutinya.
"Kenapa sampai marah begitu, Won Woo?" tanya Min Hee mulai ikut tak tenang. Ia memperhatikan benda yang ada di tangan Won Woo lebih cermat lagi, sepertinya ia pernah melihat benda semacam itu.
Ia mencoba mengingatnya sekali lagi, rasanya ia pernah melihat benda itu ada di dekat meja kasir mini market tempat ia bekerja dulu.
"Sepertinya... aku pernah melihatnya," ucapnya sembari menimang-nimang.
Won Woo mempertajam matanya.
"Tapi apa itu?" tanya Min Hee lagi dengan polosnya.
Min Jae mendengus kasar. "Kau tahu atau tidak sih?" semburnya.
Min Hee yang hendak membalas perkataan adiknya itu malah terpotong oleh Won Woo. "Kalian masuklah ke mobil! Aku yang akan mengantar kalian hari ini."
Min Hee dan Min Jae tentunya senang mendapat tawaran semacam itu, mereka tidak lagi meributkan benda misterius itu dan segera bergegas masuk ke mobil Won Woo.
Setelah mengantar Min Jae sampai sekolah, perjalanan yang semula diisi oleh pembahasan tak jelas berubah menjadi agak hangat.
"Won Woo-ya," panggil Min Hee. Pemilik nama yang dipanggil itu sama sekali tidak menoleh karena terlalu fokus menyetir, tapi suara hmm terdengar memenuhi kabin depan.
Min Hee cukup lama menggantung kalimatnya, sampai kata-kata yang membuatnya kikuk itu lewat begitu saja dari mulutnya. "Apa mungkin, hukuman yang kau maksud adalah yang kemarin itu?" tanyanya.
"Bukan," jawab laki-laki itu.
"Lalu apa?" tanya Min Hee bingung.
Tangan Won Woo mendarat dengan nyaring di dahi Min Hee. "Ini hukamanmu."
Min Hee meringis kesakitan sambil protes dengan suara orang yang mirip kumur-kumur. "Kenapa kau malah menjitakku?" keluhnya.
Won Woo tidak menggubris, tapi tampaknya dia menikmati hal barusan.
"Kalau begitu, apa arti dari ciuman kemarin? Aku ingin tahu." Min Hee mengomeli Won Woo agar memberi tahunya.
"Apa aku terlihat seperti akan menjawabnya?" tanya Won Woo balik.
Min Hee menggeleng seperti orang tolol. "Tapi aku ingin tahu."
"Menurutmu?" Won Woo dengan santainya malah menyerahkan jawaban itu pada Min Hee.
"Mana aku tahu," jawab Min Hee sembari mengangkat bahunya.
"Kalau begitu cari tahu sendiri!" kata Won Woo. "Kita sudah sampai. Turunlah!"
Min Hee yang masih kesal turun dari mobil itu, tapi sebelumnya Won Woo sempat memanggilnya. "Ada apa lagi?" tanya Min Hee tak bersahabat.
"Aku akan menjemputmu nanti. Jadi jangan pergi kemana-mana dulu sampai aku datang! Kau paham?" titah Won Woo, seenaknya dan terdengar mutlak dengan jawaban iya.
"Kau tahu aku pulang jam berapa?" tanya Min Hee sambil mengerutkan kening.
"Aku tahu jadwalmu," ucap Won Woo. Kemudian melajukan mobilnya menjauh tanpa pamit.
"Tumben sekali," gumam Min Hee. Ia pun melanjutkan jalannya menuju kelas.
Beberapa laki-laki yang dilewatinya terus saja menyapa padanya dengan ramah dan Min Hee tidak mungkin mengabaikannya. Ia cukup bersabar sampai membalas mereka satu per satu dengan senyuman kembali. Lagi pula ia tidak tersakiti hanya dengan sebuah sapaan, pikirnya.
Walaupun sebenarnya situasi ini terbilang mendadak dan tidak biasa baginya. Ia berusaha agar tidak menimbulkan keributan lagi seperti tempo lalu, benar-benar memalukan.
Kaki Min Hee terhenti, ketika lensa matanya merekam sesosok yang dikenalnya. Seorang wanita yang pernah memperkenalkan diri sebagai Kim Lu Si padanya, sedang duduk di depan gedung fakultasnya.
Min Hee menebak-nebak, Lu Si tidak sedang menunggunya kan?
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfic[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018