오늘이 가장 아름다운 날이다
(Hari ini adalah hari paling indah)
🌸🌸🌸Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Min Hee menatap dua laki-laki di hadapannya bergantian. Kemudian mencoba menghilangkan rasa penasarannya dengan melayangkan pertanyaan.
“Kalian saling mengenal?” tanyanya.
Ji Soo yang menjawabnya. “Kami pernah mengambil kelas yang sama tahun lalu. Aku tidak pernah menyangka ternyata kalian tetanggaan.”
Won Woo segera mengalihkan fokusnya pada Min Hee yang tampak berbeda malam itu.
“Kenapa suaramu?” tanya Won Woo dengan suara beratnya yang menghentakkan dada. “Wajahmu juga kenapa?”
Laki-laki itu meraih dagu Min Hee dan memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas apa yang terasa mengganjal di wajah Min Hee dalam keremangan lampu jalan. “Kau kenapa lagi?” tanya laki-laki itu terdengar marah.
Ji soo segera menengahi. “Min Hee baru saja kesusahan. Kenapa kau malah memarahinya begitu?”
Won Woo diam beberapa saat sebelum menyuruh Min Hee untuk masuk ke rumah. “Aku akan menyusul,” ucapnya lagi.
“Ji Soo Oppa, terima kasih untuk hari ini.” Kemudian Min Hee pun masuk ke rumahnya.
Min Hee sebenarnya masih ingin di sana untuk mengetahui apa yang dibicarakan kedua laki-laki itu, tapi entah kenapa rasanya tidak dibenarkan jika tidak mendengarkan Won Woo.
Setelah beberapa saat menunggu sambil menyiapkan makan malam untuknya dan Min Jae, akhirnya Won Woo pun datang menghampiri, bersama Min Jae yang baru datang dari tempat lesnya.
“Noona!” panggil Min Jae memecah keheningan rumah. “Aku tadi bertemu dengan ayah lagi.”
Jantung Min Hee terasa berhenti beberapa saat setelah mendengarnya. “Apa yang kalian bicarakan?” tanyanya menyembunyikan kegusaran itu.
“Masih hal yang sama,” jawab Min Jae tampak agak malas. “Aku mandi dulu, ya.” Kemudian kaki kecilnya melangkah menaiki anak tangga.
Won Woo berjalan lebih dekat lagi ke arah Min Hee lalu bersandar di meja makan. “Aku sudah dengar dari Ji Soo Hyung apa yang terjadi,” ucapnya.
“Aku tidak mau membicarakannya lagi,” balas Min Hee sedikit tak acuh. Ia begitu karena tidak ingin membicarakan Min Gyu lagi, bahkan hanya memikirkannya pun sudah tak sudi.
“Tapi aku harus tahu agar bisa membantumu,” ucap Won Woo dengan suaranya yang rendah.
Min Hee menghela napasnya berat. “Karena Min Gyu sangat populer, setelah sempat dekat dengannya tiba-tiba semua orang di fakultas mengenalku. Beberapa bahkan menggangguku, jadi aku meminta Min Gyu untuk mengurusnya, tapi dia malah...”
Won Woo meraih tangan Min Hee agar mendekat ke arahnya. “Apa ada yang sakit?” tanyanya pelan.
Min Hee kembali menangisi kesialannya itu. Ia masih belum bisa menerima ciumannya dicuri oleh Min Gyu, apalagi dua kali berturut-turut.
Tangan Won Woo mengusap air mata yang mengalir di pipi Min Hee dengan penuh kasih sayang. Kemudian menarik tubuh Min Hee agar mengikis jarak yang tersisa dari mereka, sampai kedua bibir itu tidak bisa saling menghindar satu sama lain.
“Ini ciuman pertama kita, ciuman pertamamu, kau paham?” kata Won Woo saat tautan itu dilepas dengan lembut.
“Tapi tetap saja, kita tidak bisa membohongi kenyataan,” ucap Min Hee sedih. Walaupun seluruh tubuhnya justru seperti sedang dialiri setrum dan setiap sel darah yang mengalir di tubuhnya berjingkrak kegirangan merayakan ciumannya dengan Won Woo barusan.
“Itu hal yang berbeda,” ucap Won Woo tak sependapat.
“Itu sama saja, Won Woo.” Min Hee mulai kesal dengan sikap keras kepala Won Woo.
Won Woo menutup matanya sebentar untuk menenangkan diri, kemudian membukanya lagi. “Ciuman yang sesungguhnya adalah ciuman yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Kau paham sekarang?” katanya.
“Diinginkan oleh kedua belah pihak?” gumam Min Hee mengulang. Otaknya mulai menafsirkan kalau ciuman tadi itu juga diinginkan oleh Won Woo.
Won Woo kembali meraih tengkuk Min Hee dan membenamkan lagi bibirnya di atas permukaan bibir Min Hee. Perasaan itu tersalurkan dengan sempurna di setiap lumatan bibir mereka yang memanas.
Min Hee tiba-tiba melepas tautan itu hingga menimbulkan bunyi kecupan yang cukup nyaring di ruang dapur yang sunyi.
“Bukankah kau terlalu pandai melakukannya?” tanya Min Hee curiga.
Won Woo tak menggubrisnya dan malah menarik tubuh Min Hee lebih dekat lagi, sedekat yang bisa dilakukannya. Ciuman itu kembali berlanjut penuh gairah.
Min Hee tidak bisa menjelaskan apa yang dirasakan tepatnya. Dadanya terasa dipenuhi oleh sesuatu yang asing, tubuhnya mendidih tak nyaman dan bibirnya sudah mulai kebas karena jilatan yang dilakukan Won Woo. Tapi ia tidak mau melepasnya lagi.
Tiba-tiba sebuah suara mengetuk gendang telinga mereka, akhirnya mau tak mau tautan itu harus berhenti sampai di situ. Mereka menengok ke arah sumber suara, dan ternyata Min Jae sudah menuruni anak tangga dengan ekspresi yang tercengang.
Min Hee berdeham beberapa kali, kemudian salah tingkah. Ia memegang pisau dapur, tanpa tahu apa yang akan dipotongnya, karena sayuran segar masih ada di dalam kulkas. Ia bolak-balik tak jelas di sisi penggorengan sampai ia dapati sosok Won Woo menjauh darinya.
Won Woo mengacak rambut Min Jae dengan gemas dan senyuman tidak terlepas sedikit pun di wajahnya yang biasa dingin.
“Hyung, kau tidak makan di sini?” tanya Min Jae dengan gugup.
“Aku sudah kenyang. Kalian makanlah!” katanya kemudian meleos pergi.
Di tempatnya, Min Hee merasa tidak tahu harus bagaimana. Lagi-lagi, Won Woo menarik-ulur perasaannya yang lemah karena cinta, tanpa kepastian atau pun pertanggungjawaban.
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fiksi Penggemar[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018