눈물
(Air mata)
💧💧💧Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Waktu menunjukkan pukul lima sore, Min Jae baru akan pulang sekitar jam enam karena ada les tambahan yang ia ambil. Dan Min Hee sedang meratapi nasibnya yang menyedihkan sendirian di teras depan gerbang rumahnya tanpa tahu siapa yang bisa ia jadikan tempat mengadu.
Min Hee tahu tindakannya terlalu berlebihan pada Min Gyu, karena pada dasarnya laki-laki itu hanya mencium pacarnya saja. Tapi ia belum siap untuk tahap itu, baginya masih terlalu dini, dan ia harap bukan siapapun kecuali Won Woo yang akan jadi ciuman pertamanya. Kini asanya telah lenyap tanpa ada aba-aba hanya karena sebuah gerakan kecil dari Min Gyu.
Ia benci Min Gyu.
Min Hee menenggelamkan kepalanya di atas lutut, menangisi lagi kejadian yang baru menimpanya. Terserah orang berkata apa jika melihatnya, toh ia tidak meminta pengertian. Ia hanya jujur pada perasaannya sendiri, itu saja.
“Sedang apa kau di situ?” Sebuah suara berat membangunkan ratapan gadis itu.
“Apa kau tidak lihat? Aku sedang menangis,” jawab Min Hee tak bersahabat. “Pergilah! Kau kan tidak suka gadis cengeng sepertiku,” lanjutnya tanpa menoleh pada lawan bicara.
Laki-laki yang baru datang itu jongkok di samping Min Hee sembari memainkan kunci mobilnya. “Ada apa kali ini? Kukira kau bahagia dengan laki-laki itu,” ucapnya dingin.
Min Hee memperlihatkan wajahnya yang basah. “Apa kau sedang mengejekku?”
Laki-laki bermarga Jeon itu memudarkan seringaiannya seiring tatapan mereka jatuh semakin dalam. “Kau kenapa?” tanyanya jadi cemas.
“Kenapa lagi? Ini semua salahmu, Jeon Won Woo. Kau yang paling jahat di sini.” Gadis itu mendorong tubuh Won Woo agar menjauh.
Won Woo tak bicara sepatah kata pun, walau ia tak mengerti betul apa yang dimaksud Min Hee, ia tak berniat membela diri. Tapi ia juga tak pergi.
Untuk beberapa saat, sedu sedan Min Hee yang mengisi kekosongan dialog. Tapi kemudian gadis itu membuka mulutnya dan mulai bercerita dengan tersedu-sedu.
“Aku mencoba untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengannya. Tidak hanya itu, aku juga pergi berkencan dengannya hari ini. Tapi apa kau tahu kenapa aku melakukannya?” tanya Min Hee parau.
Won Woo tak menjawab, tapi bukan karena ia tak acuh, melainkan karena ia mendengarkan.
“Semua itu aku lakukan agar bisa melupakanmu. Apa kau tahu seberapa teganya kau padaku?” tanya Min Hee lagi. Tapi jangan berharap Won Woo yang akan menjawabnya lagi.
Min Hee mengusap air matanya yang menggenang di pelupuk matanya. Rekaman ciumannya dengan Min Gyu kembali terputar jelas dalam benaknya.
“Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian?” tanya Won Woo.
“Kau tidak akan mengerti,” ujar Min Hee dingin.
“Jawab pertanyaanku!” kata Won Woo terdengar memerintah.
“Dia menciumku.” Suara Min Hee meninggi. “Dia menciumku, dan aku tidak mau. Itu... itu ciuman pertamaku. Aku tidak tahu kenapa harus dia yang mengambil ciuman pertamaku. Aku tidak suka kalau orang itu dia,” gaduh Min Hee.
Wajah Won Woo berkedut sekali setelah mendengarnya, dan wajahnya semakin masam saja.
“Won Woo-ya,” panggil Min Hee. “Kenapa kau membiarkannya terjadi? Hmm?” tanya Min Hee. Kini ia mengguncang pergelangan Won Woo pelan.
"Jika saja kau tidak menolakku dengan alasan konyolmu itu. Jika saja kau lebih perhatian padaku. Jika saja kau tidak bersama dengan Lu Si." Min Hee membayangkan hal itu terjadi. Dan... ia baru sadar, bahwa ia benar-benar egois menginginkan Won Woo hanya untuk dirinya sendiri.
Ia menangis lagi. Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi selain itu.
"Pergilah! Aku sedang kacau sekarang." Min Hee memeluk lututnya lagi.
“Maafkan aku!” gumam Won Woo nyaris tidak terdengar.
Tapi telinga Min Hee menangkapnya dengan jelas sebelum angin menyapu kalimat itu menjauh lebih dulu. Lelehan air matanya berhenti seketika dan ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya saking kagetnya.
Min Hee berkata tergagap-gagap. “Kenapa kau meminta maaf, Won Woo?”
“Karena aku telah membiarkan hal itu terjadi,” jawab Won Woo sederhana, namun mampu melambungkan perasaan Min Hee terbang ke angkasa.
“Aku sudah tidak sanggup menerima harapan palsu darimu, Won Woo,” ucap Min Hee sendu.
Laki-laki itu bungkam lagi. Padahal Min Hee berdoa setengah mati dalam hatinya, dengan situasi yang seperti ini satu lagi saja kalimat dari mulut Won Woo.
“Aku senang kau punya adik seperti Min Jae, Min Hee.” Won Woo malah mengusap ubun-ubun Min Hee penuh perhatian, lalu tersenyum.
“Memangnya kenapa dia?” tanya Min Hee penasaran.
“Apa aku terlihat seperti akan memberi tahumu?” kata Won Woo mengejek, kemudian terkekeh sendiri menertawakan Min Hee yang masih terjebak dengan rasa ingin tahunya.
“Kau sudah makan?” Laki-laki itu mengalihkan pembicaraan mereka. Min Hee mengiyakan.
“Kalau begitu, biar Min Jae makan di rumahku saja! Kau istirahatlah!” suruh Won Woo akhirnya.
“Aku minta maaf karena sudah menyalahkanmu tadi. Aku tidak tahu kenapa begini jadinya. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Sebenarnya aku juga malu padamu, rasanya aku tak punya harga diri di depanmu. Tapi aku senang karena itu kau,” ucap Min Hee manis.
“Jangan terlalu senang! Karena aku punya hukuman untukmu,” kata Won Woo kemudian berlalu begitu saja, meninggalkan Min Hee dengan kerutan di keningnya. Hukuman?
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
![](https://img.wattpad.com/cover/149967553-288-k415455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfiction[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018