멈추지 않으면 천천히 가는건 문제되지 않아요
(Tidak masalah pergi dengan perlahan juga selama kau tidak berhenti)
🌷🌷🌷Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Pagi ini sama seperti pagi kemarin, cahaya mentari masuk lewat celah gorden yang tak tertutup rapi semalam. Dalam ruang hening itu, sebuah erangan kecil terdengar di bawah selimut tebal berwarna biru muda yang diikuti dengan munculnya dua lengan yang meregang.
Perlahan sosok itu mulai mewujud seorang gadis bersurai panjang kecokelatan yang kebetulan sedang kusut-kusutnya. Kedua matanya menyipit malas untuk mengambil fokus pada jam di samping tempat tidurnya. Jam tujuh kurang.
"Aaah." Gadis itu merubah haluan tubuhnya membelakangi jam itu, sebal. Pasalnya karena setiap malam ia harus selalu menyetel alarm tepat jam tujuh, kini ia menjadi terbiasa bangun pagi, bahkan sebelum alarm berteriak di gendang telinganya.
Nama gadis itu Min Hee. Tepatnya Cha Min Hee. Saat ini dia terdaftar sebagai mahasiswa tahun kedua di sebuah universitas negeri yang ada di Seoul, Korea Selatan.
Gadis itu menurunkan kakinya dengan malas ke lantai yang dingin lalu berjalan mendekati jendela kamarnya. Tangannya menyibakkan gorden sekaligus tanpa bersiap dengan serangan cahaya yang menusuk tajam ke kedua matanya.
Setelah retinanya cukup kuat mengatur fokus cahaya dari senter besar di angkasa itu, pandangannya terpaku pada gerak-gerik di seberang kamarnya. Ia melihat seorang laki-laki yang baru selesai meregangkan otot-otot tubuhnya melangkah ke tempat yang tidak bisa dijangkau matanya.
"Kenapa dia rajin sekali sih?" Ia menggerutu.
Min Hee mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi, bersenandung dramatis di bawah pancuran air yang mengalir dari ujung kepalanya.
"Noona!" panggil seseorang, dan bukan hanya sekali saja.
Saat Min Hee keluar dari kamar mandi dengan agak sedikit terburu-buru, berdiri seorang anak laki-laki yang sudah rapi. "Noona, aku lapar," katanya.
"Oke, sebentar lagi. Aku akan ganti baju dulu," jawab Min Hee sambil mendorong paksa pundak adiknya untuk keluar dari kamarnya. Anehnya, ia merasa agak malu menghadap adiknya dengan hanya sehelai handuk saja, mungkin karena adiknya sudah berumur dua belas tahun.
"Noona, kali ini jangan dandan dulu! Kau tahu itu percuma saja," protes adiknya, Min Jae.
"Bocah ini!" Tangan Min Hee bersiap menjitak kepala Min Jae, tapi tidak sempat karena anak laki-laki itu segera mengambil langkah seribunya untuk menghindar.
Min Hee berdecak berulang kali. "Apa maksudnya percuma?" gerutunya.
Suatu alasan yang tidak jelas membuatnya menoleh ke arah kamar seberang, seorang laki-laki tengah memandnag ke arahnya tanpa mengedip. Karenanya, dalam sekejap Min Hee melompat ke ranjangnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut yang belum sempat ia rapikan.
Rasanya Min Hee ingin menangis saja saking malunya. Jika kejadiannya sudah begini, bagaimana bisa ia bertemu dengan laki-laki itu nanti, ratapnya dalam hati.
Min Hee mengintip lewat celah kecil yang sengaja dibuatnya. Ia ingin memastikan apakah laki-laki itu masih ada atau tidak di tempat terakhir ia melihatnya. Kepalanya keluar seperti kepala kura-kura yang keluar dari tempurungnya, dan ia tidak menemukan siapapun di seberang sana.
Min Hee pun memberanikan diri untuk keluar dari tempat persembunyiannya untuk mengambil baju di lemari lalu membawanya ke kamar mandi, sekadar untuk jaga-jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fiksi Penggemar[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018