꿈과 현실사이, 너와 나사이
(Antara mimpi dan kenyataan,
antara kau dan aku)
💧💧💧Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Won Woo dan Min Hee pergi bersama mengantarkan Min Jae. Perjalanan itu hanya diisi oleh derap langkah ketiganya. Biasanya Min Hee selalu menjadi pembuka, tapi kali ini ia hanya bungkam karena terus teringat dengan kejadian sebelumnya di kamar Won Woo.
“Noona,” panggil Min Jae, dan Min Hee menoleh. “Bisakah kau berhenti bekerja?” tanya anak laki-laki itu.
“Memangnya kenapa?” Alih-alih menjawab, Min Hee malah balik bertanya.
“Aku hanya tidak mau kau capek,” jawab Min Jae sedih.
Hati Min Hee terenyuh karenanya. Ia mengelus rambut legam Min Jae dengan sayang. “Aku akan mengusahakannya,” ujar Min Hee kemudian.
“Setidaknya, jangan pulang malam,” sambung Min Jae lagi.
“Oke, Bos.” Min Hee mencubit pipi Min Jae karena gemas.
Saat gerbang sekolah Min Jae sudah ada di depan mata, anak laki-laki nan tampan itu berlari kecil masuk ke dalam gedung sekolah.
Kini hanya tinggal Min Hee dan Won Woo saja yang terjebak dalam kecanggungan mereka, atau lebih tepatnya kecanggungan Min Hee sendiri.
“Rasanya...” Min Hee mengawali percakapan. “Sudah lama kita tidak berjalan berdua begini.”
Won Woo hanya menoleh saja, tidak menyuarakan apapun, atau minimal mengiyakan ucapan Min Hee.
“Kau tambah dingin saja,” tutur Min Hee menahan rasa sebalnya.
“Kau tambah cerewet saja,” balas Won Woo.
Min Hee tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengarnya, padahal itu bukanlah sebuah pujian, tapi entah kenapa ia merasa senang.
“Kalau aku boleh tahu, kau kerja apa sebenarnya?” tanya Won Woo.
Min Hee jadi bersemangat karena akhirnya laki-laki itu penasaran juga tentangnya. “Kasir di mini market dekat kampus,” jawab Min Hee. “Kenapa?”
“Tidak.” Suara Won Woo berubah menjadi dingin lagi.
“Aku merasa kau semakin jauh saja.” Min Hee mengomentari dengan nada sedih. “Apa perasaanku begitu membebanimu?” tanya Min Hee.
“Itu urusanmu,” jawab Won Woo biasa saja.
Tuh kan karma, pikir Min Hee.
“Sejak awal kan aku sudah berjanji untuk mengakhirinya. Apa kita tidak bisa berteman seperti dulu lagi?” tanya Min Hee lagi dengan nada yang memohon.
Won Woo yang semula fokus pada jalannya, kembali menoleh pada gadis di sampingnya. “Kau ini bicara apa sih?” Won Woo menggelengkan kepala tak mengerti.
“Buktinya kau sudah tak peduli lagi padaku, kita sudah jarang ngobrol, sudah jarang bertemu, dan kau semakin ketus saja padaku, padahal kan kita berteman, dan dari kecil loh,” jelas Min Hee panjang lebar dan berbelit-belit. Suaranya terdengar seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk minta dibelikan permen.
Won Woo menghela napasnya lelah, lelah mendengarkan celoteh Min Hee yang tidak jelas itu tepatnya. “Aku tidak tahu harus bicara apa. Tapi kau terlalu banyak berpikir, menurutku,” respons Won Woo.
“Apa maksudnya?” Min Hee mengernyit kebingungan.
“Maksudnya, kau seperti tidak suka kalau kita jadi sibuk masing-masing,” kata Won Woo.
“Kau suka?” tanya Min Hee benar-benar penasaran setengah mati jawaban yang akan diberikan Won Woo.
Won Woo malah mengunci tatapannya dengan Min Hee. Mereka tidak bergerak, tidak melakukan apapun dan kembali mencipatakan kesunyian yang tidak nyaman untuk dilanjutkan.
“Tidak juga,” jawab Won Woo akhirnya.
Saat sampai di halte, bus mereka sudah datang dengan cepat. Hanya butuh satu kali pemberhentian saja untuk mereka sampai ke kampus. Keduanya kembali berjalan berdampingan.
Untuk mencairkan suasana yang sempat membeku, Min Hee berpikir keras untuk mengatakan hal lain. Ia menciptakan suara lebah yang berdenging sambil berpikir. “Ah, aku jadi penasaran wanita seperti apa yang kau suka itu, yang jelas tidak cerewet, kan?”
Oops, Min Hee meratap. Ia salah lagi mengambil topik pembicaraan. Ini gara-gara surat cinta itu yang tiba-tiba datang lagi, padahal Min Hee hampir lupa kalau Won Woo adalah cinta pertamanya, dan parahnya belum ada yang kedua apalagi yang ketiga. Ia terlalu sibuk dengan hal lain selama ini, khususnya masalah keluarganya.
“Er, aku tidak bermaksud menyinggung masalah ini lagi. Eii, aku juga sudah paham kalau kau tak suka padaku, dan perasaanmu padaku adalah urusanku. Aku benar-benar bertanya hal itu sebagai seorang teman,” jelas Min Hee sedikit kelabakan. “Sumpah.”
Min Hee nyengir seperti seekor kuda yang bodoh.
“Kau benar-benar ingin tahu?” tanya Won Woo serius.
Ulu hati Min Hee terasa pilu mendengarnya dan ia hanya bisa mematung di tempatnya berdiri.
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fiksi Penggemar[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018