약한 모습을 보여주면
악한 모습을 보이더라
(Jika kau menunjukkan sisi lemahmu
Sisi jahatlah yang akan terlihat)
🕸🕸🕸Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Min Hee mengerjapkan matanya beberapa kali, langit ternyata sudah mulai redup dari terakhir kali ia melihatnya, dan ia tidak tahu sudah jam berapa sekarang. Lalu sosok Won Woo muncul dari balik pintu. “Jam berapa sekarang?” tanya Min Hee terbangun.
“Jam tiga sore,” jawab laki-laki itu.
Min Hee cengengesan. “Aku ketiduran lagi di kamarmu,” ucapnya.
Tiba-tiba sebuah bayangan samar melintas dalam benaknya, tentang percakapan ia dan Won Woo sebelumnya dan tidak ketinggalan ciuman itu juga. Semua itu terasa nyata, tapi tidak mungkin begitu. Ia melirik Won Woo yang berdiri di depannya, mencari kebenaran dalam sorot kosong mata laki-laki itu. Pasti mimpi, Min Hee menyimpulkan.
“Kau kenapa?” tanya Won Woo yang menyadari keanehan dalam raut wajah gadis di depannya.
Min Hee menyentuh bibir bawahnya, merasa malu sendiri karena sudah memimpikan yang tidak-tidak dengan Won Woo. Tapi mungkin itulah kenapa itu disebut dengan mimpi, karena kau bebas melakukan apa saja di dalamnya, termasuk mencium laki-laki yang kau sukai lebih dulu.
“Pipimu memerah, kau sakit?” tanya Won Woo lagi.
Min Hee menyembunyikan pipinya yang memanas dengan kedua tangannya. “Bukan apa-apa. Kau tidak akan mengerti jika pun aku beri tahu, dan aku tidak berniat memberi tahumu. Ini rahasia,” jawab Min Hee tidak berani menatap mata Won Woo langsung.
Won Woo menggelengkan kepalanya. “Kambuh lagi penyakitnya,” gumamnya. “Bangunlah, siap-siap buatkan makan malam!” titahnya kemudian.
“Eh? Paman Jeon dan Bibi Lee belum datang?” tanya Min Hee heran.
“Jangan menanyakan hal yang sudah kau ketahui jawabannya! Itu kebiasaan buruk,” jawab Won Woo ketus.
Min Hee berdecak kesal. “Apa susahnya jawab,” gerutunya. Tapi akhirnya ia menurut dengan yang dikatakan oleh Won Woo untuk membuatkan makan malam.
Saat sedang memasak, ada bel di luar rumah keluarga Jeon tersebut. Lalu Won Woo yang membukanya. Awalnya mereka pikir, orang tua Won Woo sudah pulang, namun ternyata tamu tak terduga yang datang. Dia adalah wanita yang kemarin bertamu, wanita cantik itu.
“Aku baru saja hendak mengajakmu makan di luar,” kata wanita itu pada Won Woo saat mencapai ruang tengah. Min Hee dapat mendengarnya, suara wanita itu seperti ulat bulu yang menggerayami kulit, lembut, pelan tapi bikin geli.
“Oh.” Won Woo hanya meng-oh saja, tapi telinganya berubah jadi merah.
“Karena aku sudah datang, apa aku boleh bergabung dengan kalian malam ini?” tanya wanita itu pada para penghuni rumah yang masih dalam keterkejutan mereka.
Min Hee yang mendengar hal itu menjadi teledor sampai tangannya menyentuh penggorengan yang sangat panas, ia merintih kesakitan. Kemudian dua orang laki-laki yang begitu peduli padanya datang bagaikan air yang mengalir, mengkhawatirkannya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Min Jae pada kakaknya.
Namun Min Hee tak menggubrisnya. Ia malah bertanya pada Won Woo dengan ragu. “Kau ingin kami pergi?”
Mata mereka bertemu, ada hal-hal yang tak terurai lewat kata dalam sorot mata keduanya. “Kemana?” tanya Won Woo.
“Tentu saja pulang,” jawab Min Hee, yang sebenarnya mengalami kesulitan untuk mengatakannya, sebab seperti ada duri yang baru saja melewati tenggorokannya.
“Kau yang memasaknya, makanlah di sini! Lagi pula tanganmu terluka,” ujar Won Woo.
“Aku baik-baik saja.” Min Hee menarik tangannya, tidak ingin disentuh oleh Won Woo. “Aku tidak mau mengganggu kalian.”
“Tetaplah di sini!” ujar wanita itu memotong dialog Min Hee dan Won Woo. Kemudian ia mendekat dan mengulurkan tangannya yang mulus bersih ke arah Min Hee. “Namaku Lu Si. Kim Lu Si,” ucap wanita itu memperkenalkan.
“Min Hee,” jawab Min Hee menyambut uluran tangan itu.
Atmosfer kecanggungan pun tak terhindarkan menyelimuti keempat orang yang sedang makan malam bersama itu. Lu Si kemudian membuka percakapan yang sempat terjeda selama beberapa saat, dilihat dari raut wajahnya dia adalah yang paling tenang. “Masakanmu lumayan juga, Min Hee-ssi.”
“Tepatnya sangat enak sekali,” bantah Min Jae tak mau kakaknya merasa tertindas. “Iya kan, Won Woo Hyung?”
Semua pandangan langsung mengarah pada Won Woo, apalagi Min Hee. Ia sangat penasaran akan jawaban Won Woo, tapi ada juga rasa takut untuk mengetahuinya. Tubuhnya menjadi lemas, dan satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menunggu jawaban Won Woo.
Won Woo yang belum siap menerima pertanyaan semacam itu terkejut, namun langsung bisa menguasai dirinya lagi. Ia mengangguk kecil untuk menggantikan jawabannya.
“Kalau boleh tahu, apa hubungan kalian?” tanya Lu Si yang tidak peka pada sekitarnya, yang sudah merasa tidak nyaman dengan situasi yang tengah berlangsung ini.
“Aku temannya dari sejak kecil, tetangganya juga. Rumahku ada di sebelah,” jawab Min Hee cepat. Saat ia melihat Won Woo hendak membuka mulutnya, ia yang tak mau mendengar jawaban dari laki-laki itu mendahuluinya. Ia pikir, akan lebih baik jika ia saja yang mengatakannya. Walaupun ternyata kata itu terasa sangat pahit di lidahnya.
Lu Si segera mengalihkan perhatiannya pada Won Woo. “Saat pertama kali bertemu denganmu, aku bisa langsung tahu bahwa kau bukan laki-laki biasa,” ucap Lu Si dengan senyumnya seperti rubah betina dalam legenda.
Min Hee segera mengetahui bahwa hubungan mereka lebih spesial dari yang dipikirkannya. Ia tak ingin menangis di depan keduanya, tapi ia tak sekuat itu untuk mempertahankan hatinya yang telah tersayat-sayat itu. Ia bangkit dari kursinya. “Maaf kami harus pulang. Ayo, Min Jae!” ajak Min Hee terkesan mendadak.
“Makananmu belum habis,” ujar Won Woo.
“Aku sudah kenyang,” jawab Min Hee tanpa menatap lawan bicaranya.
Won Woo hendak membuka mulutnya lagi, tapi kali ini Min Jae mendahului tepat pada waktunya. “Akhir-akhir ini Min Hee Noona banyak tugas dari kampus,” jelasnya. “Kalian nikmatilah makan malamnya!” Min Jae pun memegang tangan kakaknya lalu membawanya pergi.
Jeon Won Woo kau brengsek, batin Min Hee.
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfiction[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018