절대 후회하지마라
좋았다면 추억이고
나빴다면 경험이다
(Jangan pernah menyesal
Itu kenangan jika baik
Itu pengalaman jika buruk)
🌵🌵🌵Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Saat di depan pintu kamar Min Hee, Min Jae bertanya. “Kau butuh kutemani atau ingin sendiri?”
“Kau keren sekali tadi,” ujar Min Hee, yang sebenarnya tidak nyambung dengan pertanyaan adiknya. “Tidak seperti seseorang,” sindir Min Hee.
“Benar kata Won Woo Hyung, kau itu belum dewasa sama sekali.” Min Jae mengomentari.
“Apa maksudmu?” tanya Min Hee tak mengerti.
“Kita sudah banyak merepotkan Won Woo Hyung. Bisakah kau tidak mencampuradukan dua perasaan yang bertolak belakang menjadi satu?” ujar Min Jae. “Kau mencintainya, tapi juga membencinya. Aku heran kau belum juga meledak jadi abu sampai sekarang,” lanjutnya.
“Siapa bilang aku mencintainya?” tanya Min Hee sombong, bohong pula. Ia yang tahu kalau itu percuma, mengerutkan wajahnya jadi sendu. “Apa aku terlihat menyedihkan?”
“Kau hampir menangis di sana,” jawab Min Jae datar.
Min Hee menghela napasnya berat. “Lagi pula aku sudah terlanjur tak punya muka di depan Won Woo,” ratapnya sedih. “Eh, menurutmu hubungan mereka seperti apa?”
“Kenapa tidak kau tanyakan tadi?” timpal Min Jae.
“Aku tidak mau penasaran dengan hubungan mereka,” jawab Min Hee polos.
“Kalau begitu, jangan pernah tahu!” kata Min Jae terdengar tegas karena sudah lelah meladeni sifat absurd kakaknya, tapi sedetik kemudian wajahnya kembali hangat. “Tidurlah!” lanjutnya.
“Kau juga,” balas Min Hee. Ia pun pergi masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
Saat berada di ruangan yang senyap itu, Min Hee tidak bisa menyingkirkan rasa penasaran yang menyeruak masuk dalam dirinya, apa yang tengah dilakukan Won Woo dan Lu Si berduaan di rumah sebelah. Bisa apa saja, bisa sesuatu yang akan mengecewakannya jika ia tahu.
Min Hee juga tidak bisa mengendalikan perasaannya sesuka hati. Kantuknya sudah datang, tapi gemuruh dalam dadanya tak mau berhenti. Mungkin kepulangannya dengan cepat bukanlah ide yang bagus sejak awal, pikirnya.
Jika pun ia menangis sangatlah percuma baginya, memanjakan emosinya adalah hal yang paling membantunya saat ini. Ia pun memutuskan untuk menelepon Min Gyu.
Selama menunggu telepon tersambung, ia teringat dengan kata-kata Min Gyu yang bilang bahwa suatu hari Min Hee akan memanggil nama laki-laki itu duluan. Belum satu minggu kejadiannya, tapi Min Hee sudah terjerat dengan semua itu.
“Min Hee-ya.” Akhirnya panggilan pun tersambung.
“Halo! Min Gyu-ya, bisakah kau menjemputku besok jam setengah delapan pagi?” kata Min Hee yang langsung pada perkaranya.
“Tentu saja, tapi tumben. Ada apa?” tanya Min Gyu.
“Aku hanya ingin berangkat ke kampus denganmu,” jawab Min Hee bohong.
Min Gyu tertawa. “Aku tidak tahu kalau kau akan secepat ini berubah pikiran,” katanya penuh percaya diri.
“Ingat! Jangan sampai terlambat!” ancam Min Hee, tapi Min Gyu sepertinya tidak mengerti gertakan nyata itu.
“Oke oke, aku akan memasang alarm untukmu,” ucap Min Gyu. “Sampai ketemu besok, dan mimpi indah,” lanjutnya. Kemudian sambungan pun terputus.
Min Hee menyemangati dirinya sendiri, berkata bahwa dia sudah melakukan yang terbaik sejauh ini. Ia tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya, jika pun begitu maka orang itu harus merasakan yang sama seperti dirinya. Ia bersumpah.
Saat tidur, waktu berjalan tanpa terasa. Pagi pun kembali menyapa Min Hee yang sulit tidur nyenyak semalaman. Seperti biasa, ia bersiap-siap ke kampus, membuat sarapan terlebih dahulu untuk dirinya dan Min Jae.
Pukul setengah delapan pas, mobil Min Gyu sudah terparkir di depan rumahnya. “Kita melewati sekolah Min Jae dulu ya,” kata Min Hee saat berhadapan dengan laki-laki jangkung di depannya.
Min Hee hendak masuk ke dalam mobil Min Gyu, namun sosok Won Woo baru saja keluar dari kediamannya. Mata mereka kembali bertemu beberapa detik, tampak asing satu sama lain. Pada akhirnya Min Hee melanjutkan niatnya untuk masuk mobil, lalu meninggalkan Won Woo.
Selama perjalanan bersama Min Jae, tidak ada yang mau membuka percakapan terlebih dahulu. Namun setelah Min Jae memasuki sekolah dasarnya, Min Gyu baru mengajak bicara Min Hee. “Kau tahu? Aku senang sekali kau meneleponku semalam,” katanya.
“Jam berapa kau pulang nanti?” tanya Min Hee.
“Aku mau mengantarmu pulang kok,” jawab Min Gyu bersemangat.
Min Hee terdiam di samping kursi pengemudi sambil menatap lawan bicaranya itu. Melihat ketulusan Min Gyu, ia jadi tak tega menjadikan laki-laki itu hanya sebagai pelampiasan emosi sesaatnya saja.
“Sebenarnya kau bisa saja mendapatkan wanita manapun yang kau suka,” komentar Min Hee terhadap sosok tampan di sampingnya. Tidak hanya itu, Min Gyu juga perhatian dan pengertian. Pokoknya tak punya cacat.
“Aku cukup tahu. Itulah kenapa aku juga cukup yakin bisa mendapatkanmu,” jawabnya sambil menunjukkan gigi gingsulnya yang bikin gemas.
Min Hee mencoba membalas senyum itu, entah kenapa hatinya yang lemah terasa sedang ditopang oleh sosok bernama Kim Min Gyu itu. Ia merasa kekesalannya semalam terhadap Won Woo mulai terkikis sedikit demi sedikit karena kenyamanan yang berusaha diberikan Min Gyu padanya.
“Terima kasih sudah menyukaiku, Min Gyu-ya,” ucap Min Hee manis.
“Eii, jangan begitu! Aku malu karena belum melakukan apapun untukmu,” kata Min Gyu.
Min Hee menahan balasannya selama beberapa detik. “Aku rasa dua orang yang saling mencintai dalam waktu bersamaan adalah bagian dari keajaiban, iya kan?”
“Ada orang lain yang kau sukai, Min Hee?” tanya Min Gyu terdengar enteng.
“Jika boleh jujur, iya,” jawabnya. “Selama beberapa tahun ada seseorang yang aku sukai. Tiap kali melihatnya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikutinya. Dan yang lebih parah bahwa aku jelas-jelas tahu dia tidak akan memilihku,” jelas Min Hee yang tidak sadar sudah berbicara banyak dengan Min Gyu.
Min Hee menghapus air matanya yang menetes. “Aku minta maaf. Kau tidak perlu menggubrisnya,” ucap Min Hee lagi.
“Izinkan aku menolongmu, Min Hee!” kata tak terduga keluar dari mulut Min Gyu. Min Hee hanya bisa melongo tanpa tahu harus menjawab bagaimana.
***
TBC
Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfic[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018