Part 12

2.3K 333 16
                                    

니가 웃으면 나도 좋아
(Aku juga senang jika kau tersenyum)
🌹🌹🌹

Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁

Akhir pekan yang seharusnya menyenangkan itu berubah menyeramkan ketika melihat Won Woo pergi bersama wanita lain yang entah siapa, yang Min Hee akui lebih cantik darinya. Mungkin itu yang terasa mencekiknya, ia takut Won Woo akan jatuh cinta dengan wanita itu.

Langit mulai meredup, dan hati Min Hee semakin padam seiring berjalannya waktu. Untuk mengalihkan rasa jenuhnya, ia pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malamnya dengan Min Jae.

"Aroma apa ini?" tanya seorang bocah di belakang Min Hee yang sedang memasak.

"Japchae (masakan khas Korea yang terbuat dari mie tepung ubi yang ditumis bersama aneka macam sayuran yang diberi kecap dan gula)," jawab Min Hee bahkan tanpa menoleh.

"Dan suasana macam apa ini?" tanya Min Jae lagi yang ikut merasakan kejemuan kakak perempuannya.

Min Hee menoleh. "Kau tadi main di mana?" tanya Min Hee mengalihkan topik pembicaraan.

Min Jae bilang dari rumah temannya, Hong Gi. Anak itu baru saja hendak duduk jika tidak mendapat semburan dari kakaknya. "Cuci tangan dulu!" teriaknya.

Min Jae langsung menurut. Dalam situasi yang tidak mendukung ini, mengikuti perintah mungkin lebih menjanjikan dibanding ikut jadi keras kepala.

Setelah semuanya siap, hanya dentingan sendok dan piring yang memenuhi ruang dapur itu selama beberapa saat. Min Hee menghentikan makannya lalu memegangi bonekanya untuk meminimalisir keraguan.

"Min Jae-ya," panggil Min Hee terdengar sendu.

"Hmm?" Min Jae menatap kakaknya.

"Apa kau rindu ayah?" tanya Min Hee.

"Terkadang," jawab adiknya tak acuh.

"Apa kau..." Min Hee menggantung kalimatnya beberapa saat, mengumpulkan energi untuk melanjutkan kata yang paling tidak ingin diucapkannya. "Kau mau tinggal bersamanya?"

"Mau, jika kau juga ikut," kata adiknya sambil terus melahap masakan Min Hee.

"Kau tidak mengerti betapa seriusnya masalah ini," kata Min Hee.

"Aku mengerti." Min Jae menimpali. Ia menaruh sendoknya dan mengunci tatapan dengan kakaknya. "Aku cukup mengerti seberapa seriusnya masalah ini, setidaknya untuk dirimu. Kau membenci ayah, tapi di lain hal kau merasa bersalah padaku dengan keadaan ini."

Min Jae menghela napasnya sebelum melanjutkan. "Wajar kau berpikir begitu, tapi tidak semua orang berpikir dengan cara yang sama sepertimu. Menurutku, tinggal bersamamu adalah pilihan terbaik yang aku lakukan saat ini. Kau pikir, kau salah karena telah membenci ayah dan membuat kita tidak bisa hidup bersamanya setelah ibu meninggal. Tapi kau harus tahu, ayah yang meninggalkan kita. Setidaknya aku cukup tahu yang satu itu," jelas Min Jae.

"Min Jae-ya." Hati Min Hee yang sedang rapuh semakin terenyuh, matanya berkaca-kaca menahan haru.

"Jangan merasa bersalah, Noona! Aku tahu kau sudah berusaha," ucap Min Jae lagi. "Kau juga kerja paruh waktu untuk mengendalikan masalah keuangan, kan? Tapi ibu meninggalkan banyak uang untuk kita, jangan menyusahkan dirimu sendiri!"

"Uang itu bukan untukku saja, uang itu untuk kita berdua. Tapi biaya masuk kuliahku dan biaya semester yang aku keluarkan, belum lagi biaya tambahan lainnya. Ini tidak adil untukmu," kata Min Hee.

"Kau harus paham dulu kata adil itu." Telunjuk Min Jae mengacung ke arah Min Hee. "Coba tanyakan pada Won Woo Hyung! Dia pasti paling bisa menjelaskannya," katanya lagi.

"Jangan sebut nama itu lagi!" sentak Min Hee, yang suasana hatinya berubah menjadi kacau setelah mendengar nama Won Woo disebut.

"Ada apa lagi sekarang?" Min Jae menghela napasnya layaknya orang dewasa.

"Dia itu seorang pembohong," jawab Min Hee sambil meremas sendoknya kencang. Bersyukurlah kalau itu hanya benda mati, jadi tidak akan mati karena kehabisan napas!

"Kau itu terlalu negatif pikirannya," ucap Min Jae mengomentari. "Kau seharusnya belajar menempatkan dirimu di posisi orang lain. Mungkin Won Woo Hyung punya urusan yang lebih penting."

"Melebihi aku?" Min Hee semakin terbawa emosi. "Kalian tidak mengerti wanita." Ia menganggukan kepalanya menyetujui ucapannya sendiri.

"Aku sudah kenyang," ucap Min Jae kemudian menaiki tangga untuk membersihkan badan dan belajar lagi, walaupun besok masih ada hari minggu yang menawari kenyamanan untuk istirahat.

"Kenapa sulit sekali menemukan laki-laki yang peka sih?" Min Hee jadi gemas sendiri di tempatnya.

Baginya, laki-laki adalah makhluk terbodoh yang menghuni bumi. Laki-laki selalu datang sesukanya, tapi selalu melewatkan waktu yang paling penting, waktu dimana dia paling dibutuhkan oleh wanita.

Won Woo tega sekali padanya, selama ini laki-laki itu hanya mengiyakan apa katanya agar membungkam mulutnya untuk tidak mengoceh terus. Menyebalkan.

***

TBC

Jangan lupa vomentnya yaa
😉😉😉

Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang