사랑해, 보고 싶어
'사랑' 해보고 싶어
(Aku mencintaimu, aku merindukanmu
Aku ingin mencoba untuk mencintaimu)
♥️♥️♥️Selamat membaca, guys
🍁🍁🍁Esok paginya, setiap bagian tubuh Min Hee punya keluhan yang berbeda tapi sama-sama menyakitkan. Lehernya terasa kaku dan perutnya terasa melilit. Matanya perih dan pelipisnya berdenyut kuat.
Sepertinya semalam aku salah tidur, tebaknya sembari mengelus leher. Lalu ia teringat kalau kemarin tidak sempat makan malam, jadi sekarang ia sangat kelaparan bukan main. Sedangkan matanya adalah efek dari menangis semalam setelah bertemu dengan ayahnya di tempat kerja.
Min Hee memijat kepalanya yang terasa pening sambil mengaduh pelan.
Kakinya melangkah menuju dapur yang ada di lantai pertama, membuka kulkas dan hanya tamparan udara dingin yang menyambut tubuhnya yang lemah. Ia menepuk jidatnya. "Aku lupa beli makanan kemarin," gerutunya.
Min Hee kembali ke kamarnya dengan ratapan. Belum lagi, ia harus menyiapkan sarapan untuk Min Jae. Jika terus ceroboh begini, ia bisa saja terpaksa mengirim Min Jae pada ayahnya. Tapi ia tak mau itu terjadi, pada akhirnya ia hanya bisa menjadi seorang kakak yang egois.
Alarmnya berdering saat tubuh lemahnya kembali direbahkan di atas kasur, ia mematikan bunyi nyaring yang mengganggu itu, sembari memikirkan apa yang akan ia lanjutkan setelahnya.
Tiba-tiba datang notifikasi pada ponselnya yang tergeletak di samping jam duduknya. Ia membuka pesan itu yang ternyata dari Won Woo. Isinya Won Woo menyuruhnya dengan Min Jae untuk sarapan di rumahnya.
Aneh sekali, bagaimana bisa Won Woo tahu kalau aku tak punya makanan saat ini, pikirnya. Seulas senyum terukir tak terkendali dari bibirnya.
Apa boleh buat.
Min Hee bergegas mandi dan bermaksud membangunkan adiknya yang ternyata sudah bangun dengan baju santainya. "Kau sudah siap?" tanya Min Hee.
"Hari ini kita akan..." "Makan di rumah Won Woo Hyung," sambung Min Jae.
"Bagaimana bisa kau tahu?" heran Min Hee.
"Menurutmu kemarin malam aku makan dimana?" Min Jae bertanya balik.
Min Hee menjawabnya dalam hati, pasti di rumah Won Woo. "Bukankah aku sudah memberimu uang untuk memesan makanan di luar?" tanya Min Hee sembari mengingat-ngingat apakah benar yang diucapkannya itu.
"Won Woo Hyung yang menyuruh," jawab Min Jae.
Min Hee hanya meng-oh saja. "Aku lupa membeli bahan-bahan dapur. Hari ini aku janji tidak akan lupa lagi dan akan menyiapkan masakan spesial untukmu."
"Ya sudah, ayo!" ajak Min Jae.
"Oke," sahut Min Hee.
Keduanya pun berkunjung ke rumah sebelah dengan sedikit malu-malu tapi tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Saat pintu terbuka, Nyonya Lee menyambut mereka dengan ramah.
"Maaf merepotkan lagi," ucap Min Hee tak enak hati.
"Apanya yang merepotkan?" respons Nyonya Lee tak setuju. "Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk datang kemari. O iya, waktu kecil kan kau sering tidur di kamar Won Woo," lanjutnya.
Deg.
Memori itu terputar dalam otaknya, sangat jelas dan sangat... ah entahlah perasaan aneh itu, antara senang campur sedih. Senang karena punya teman seperti Won Woo, dan sedih karena sekarang itu hanya bagian dari kenangan saja.
Walaupun sejak kecil Won Woo selalu jarang bicara, tapi laki-laki itu lebih perhatian jika dibandingkan sekarang ini. Mungkin karena sekarang mereka sudah dewasa dan punya kesibukan masing-masing.
"O iya, bisa kau panggilkan Won Woo? Dia ada di kamarnya," kata Nyonya Lee sambil merapikan meja makan.
"Iya." Min Hee meninggalkan Min Jae lalu berjalan menaiki tangga.
Saat masuk ke kamar Won Woo, Min Hee tak menemukan siapapun di sana, yang ada hanya bunyi guyuran air di kamar mandi. Ia melangkah lebih dalam dan rasanya tidak bisa menyentuh barang apapun karena semuanya sudah tertata rapi. Terlampau rapi malahan.
Tapi ekor matanya melirik meja belajar Won Woo lantas mendekatinya, membaca satu per satu catatan kecil yang tertempel di sana, yang ternyata berisi tentang beberapa pasal undang-undang kenegaraan, yang sangat wajar jika mengingat Won Woo yang masuk jurusan hukum.
Tak ada yang menarik, kecuali sebuah amplop berwarna merah muda yang terselip di sebuah buku besar yang terasa familiar di mata Min Hee. Keinginannya mencari tahu didukung oleh tangan nakalnya yang sudah mengambil amplop itu.
"Bukankah ini..." Jantungnya bergemuruh ketika otak dan hatinya menebak apa yang ada di dalamnya. Ia membuka amplop itu dengan rusuh.
Ternyata benar, katanya dalam hati. Amplop itu berisi surat cintanya untuk Won Woo beberapa tahun yang lalu seperti dugaannya.
Tangannya bergetar dan ia tidak bisa mendeskripsikan dengan pasti apa yang dirasakannya saat menemukan fakta bahwa Won Woo masih menyimpan suratnya.
"Sedang apa kau?" Sebuah suara besar dan dingin mengejutkannya.
"Ini..." Kalimatnya tertahan, dan tangannya mengacung lemah sambil menunjukkan amplop merah muda itu.
Mata Won Woo sama sekali tak menunjukkan kegoyahan, tapi kenapa rasanya Min Hee yang jadi salah tingkah. "Kau masih menyimpannya?" tanya Min Hee dengan suara yang hampir hilang.
"Dimana kau menemukannya?" tanya Won Woo. Min Hee langsung melirik buku besar yang berada di deretan koleksi buku Won Woo.
"Mungkin terselip di sana sejak dulu," sanggah Won Woo karena takut Min Hee berpikir macam-macam tentangnya.
"Surat ini sudah lebih dari empat tahun yang lalu," tukas Min Hee tak terima dengan alasan Won Woo.
Mereka saling menatap dengan dalam, tanpa tahu siapa yang akan melanjutkan topik pembicaraan ini. Namun Won Woo sama sekali tak terlihat tegang seperti Min Hee saat ini. Ekspresinya sungguh sulit untuk ditebak.
***
TBC
Jangan luoa vomentnya yaa
😉😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me We're Not Friend || Jeon Won Woo || ✔
Fanfic[Romance] Mencintai adalah salah satu kreatifitas hati, tapi bagaimana jika karya agung itu sama sekali tidak diindahkan, malah terbengkalai dan berdebu di suatu tempat yang tak terjamah? 31 Mei 2018 - 31 Agustus 2018