Chapter 01
Rindu mengajarkan ku.
Bahwa segala sesuatu yang diharapkan itu,
Tidak selamanya akan terwujud.💘
TUBUH yang ringkih itu terbaring lemah di ranjang tidurnya dengan wajah yang begitu pucat pasih. Bahkan untuk mendudukkan dirinya saja ia sama sekali tidak sanggup lagi. Sementara sosok yang sangat mirip sekali dengannya tengah duduk di pinggir sisi ranjang tempatnya berbaring itu. Sosok itu menggenggam tangannya erat seolah-oleh tidak ingin kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Jika posisi itu bisa tergantikan, sosok itu bersedia menggantikannya saat ini juga. Namun sayang, keinginan hanya sebatas keinginan, nyatanya sosok itu tidak bisa berbuat apa-apa selain mendoakannya.
"Gue kuat Kak, gue bisa jalani ini, jangan sedih. Gue pasti sembuh," kata laki-laki yang tengah terbaring di ranjang itu, sejak ia di vonis mengidap kanker otak dua tahun yang lalu. Hidupnya selalu dibayang-bayangi kematian. Rasanya ingin sekali ia menyalahkan Tuhan akan kondisinya saat ini, namun ia bisa apa? Ia hanya bisa berpegangan pada harapan, semoga Tuhan masih memberikannya secercah harapan barang itu setitik pun. Meskipun ia yakin, harapan hanya sebatas harapan yang sudah ia tahu dengan pasti, jika harapan itu tidak akan pernah terwujud. Namun, biarlah saat ini ia membohongi dirinya sendiri seolah-olah harapan itu benar-benar terwujud nantinya. Setidaknya demi orang-orang yang ia sayang.
"Jangan sok kuat, kalo sakit bilang ke gue. Jangan lo tahan sendiri, gue kakak lo, saudara kembar lo. Seharusnya gue juga meraskan apa yang lo rasakan saat ini," balas sosok yang duduk di tepi ranjang itu sambil terus mengeratkan genggamannya. Sorot matanya sarat akan kesedihan, kerongkongannya serasa ada gumpalan yang menyumbat, sesak ia rasakan ketika melihat saudara sedarahnya tengah melawan penyakit itu sendirian, rasanya ingin sekali ia ikut berada di posisi Adiknya itu.
Sosok yang tengah terbaring itu tersenyum pada saudara kembarnya sebelum berkata. "Terimakasih Hitto, lo adalah salah satu alasan, kenapa gue harus bertahan,".
***
Aroma petrichor khas setelah hujan turun menusuk indra penciuman Nicky.
Sesekali gadis itu menatap ke luar jendela. Menatap sisa-sisa hujan berupa rintikkan kecil yang jatuh ke permukaan bumi, rasa kehilangan itu begitu nyata ia rasakan, tiga tahun sudah ia menanggung rasa rindu yang sepertinya tidak akan pernah terbalas, anehnya, rasa rindu itu tidak bisa ia abaikan barang sedetik pun. Tiada sedetikpun tanpa merasakan kerinduan akan sosok itu, sosok yang memberikkannya kenangan manis, meskipun hanya sesaat.Menghirup napasnya panjang seraya menghembuskannya perlahan berharap rasa rindu itu bisa melebur disetiap hembusan napasnya. Namun, lagi dan lagi, setiap memejamkan matanya sosok itu terus terlintas di ingatannya. Dering panggilan masuk di ponselnya menyadarkan Nicky dari lamunannya, diliriknya nama yang tertera di layar ponselnya itu, lagi dan lagi, Nicky menghela napas berat karena harapannya tidak lagi terwujud, setiap kali ponselnya berdering Nicky mengharapkan sosok itu yang meneleponnya, memberikannya kabar, dan tentunya Nicky sangat ingin mendengar suara sosok itu. Namun nihil hasilnya, bahkan sampai tiga tahun saja sosok itu tidak pernah lagi menghubunginya, sosok itu benar-benar hilang tanpa jejak.
Nicky menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya sebelum menempelkan benda pipih itu pada telinganya. "Nicky, gue udah di depan resto ini, lo dimana?" Tanya orang di seberang sana.
"Gue di meja nomer 23, dekat jendela," jawab Nicky sekenanya.
"Oke, meluncur," balas seseorang dari seberang sana lalu memutus panggilan secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think! I Love You [SUDAH TERBIT✔]
Teen Fiction[RE-POST] [VERSI WP TIDAK DI REVISI] I Think! I Love You, bercerita tentang kisah cinta remaja, antara siswi cantik yang bernama Nicky wahyuni, seorang siswi yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil setiap harinya, hari-harinya bagaikan neraka...