I THINK! I LOVE YOU 2 : 02

118 8 3
                                    

Chapter 2

Boleh aku kembali berharap disaat aku mulai goyah Dengan segala harapanku selama ini?
💘

Hitto mengerutkan dahinya bingung, pasalnya ia tidak mendapati Adiknya di kamar. Hitto terus menyusuri semua tempat yang berada di apertemennya ini. Namun, ia tidak dapat menemukan sang Adik. Hitto baru teringat satu hal, ada satu tempat yang belum ia datangi, kemungkinan besar Adiknya berada di sana, tanpa pikir panjang Hitto keluar dari apertemennya lalu memasuki lift dan menekan tombol satu yang menuju ke lantai dasar bangunan apertemen ini.

Setelah lift terbuka. Hitto langsung melangkahkan kakinya cepat menuju taman di belakang bangunan apertemen ini, dan benar saja, di sana adiknya tengah duduk sendirian sibuk dengan kamera yang ia pegang. Seulas senyum terbit di bibir Hitto, laki-laki itu mulai melangkahkan kakinya mendekati sang Adik. Namun, langkahnya terhenti sejenak, kala melihat sang Adik membersihkan sesuatu yang baru saja keluar dari hidungnya. Hitto tahu betul apa yang di bersihkan Adiknya barusan, hatinya semakin pedih kala mengingat kemungkinan Adiknya bertahan tidak akan lama lagi.

"Lo ngapain di sini? Anginnya kenceng, ntar lo masuk angin." kata Hitto sambil mendudukkan dirinya di samping sang Adik. Yang Hitto lihat hanyalah kepanikkan sang Adik yang berusaha menyembunyikan sapu tangannya. Namun, Hitto tak berkomentar soal itu, biarlah. Anggap saja ia tidak melihat apa yang adiknya tadi itu lakukan.

"Kakak kapan pulang?" tanya Adiknya terlihat sekali menyembunyikan rasa panik dari raut wajahnya itu, takut, kalau-kalau kakaknya tadi melihat apa yang baru saja ia lakukan.

Tangan Hitto terulur mengelus rambut Adiknya sesaat, Namun. Pergerakkan tangannya terhenti, kala melihat helai demi helai rambut Adiknya menempel pada telapak tangannya.

"Kenapa, Kak? Rambut gue rontok lagi?" pertanyaan itu sontak menyadarkan Hitto dari lamunannya. Lalu dengan cepat ia menyingkirkan tangannya dari kepala Sang Adik sambil menyembunyikkan sebelah tangannya dibalik punggung. Hitto meremas rambut Adiknya yang menempel di tangannya, tidak, bukan menempel lebih tepatnya helaian rambut itu rontok dengan sendirinya.

"Enggak, nggak rontok kok," ujar Hitto seraya tersenyum menenangkan. Sang Adik menghela napas perlahan, dia tahu kakaknya tengah membohongi dirinya. Namun, biarlah seperti itu, biarkan dia memainkan sandiwaranya seakan-akan ia hidup dengan baik-baik saja tanpa penyakit yang siap merenggut kebahagiaannya kapan saja.

"Udah minum obat?" Tanya Hitto mencairkan suasana.

Sang Adik hanya mengangguk lalu kembali fokus pada kameranya. Hitto menyayangi Adiknya, maka dari itu ia tidak pernah melarang Adiknya untuk melakukan apapun yang ia sukai, termasuk melarang hobby Adiknya yang menyukai seni photography. Hitto takut, kalau jika sewaktu-waktu kepala Adiknya merasakan pusing ataupun sakit yang berlebihan karena radiasi dari kamera itu. Namun, Hitto hanya membiarkannya saja, memberikan Adiknya itu sedikit kebebasan untuk merasakan indahnya hidup karena melakukan sesuatu yang disukai.

"Vit, masuk yuk, udaranya dingin." tersirat rasa khawatir di setiap kalimat yang Hitto lontarkan. Tapi Vitto hanya tersenyum mendengarnya seraya berkata.

"Bentar Kak, langit malamnya lagi indah banget dengan bintang dan bulan di atas sana. Sayang banget kalo gue lewati."

Hitto menghela napas berat sambil menatap sekilas Adiknya yang tengah antusias mempotret langit malam itu. "Tetap seperti itu ya, Vit, jangan tinggalin gue." ucap Hitto lirih.

Tidak ada sahutan dari sang Adik, cukup lama suasana hening sampai akhirnya sang Adik memecahkan keheningan. "Kak, boleh gue tiduran di pangkuan lo bentar? Bentar aja." pintanya.

I Think! I Love You [SUDAH TERBIT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang