Tidak ada salahnya jika aku berharap kepada Tuhan Bahwa MIRACLE itu benar-benar ada
💘"Berapa kali harus gue bilang, kalo sakit ngomong jangan bungkam." Ujar Hitto seraya menggenggam tangan Adiknya.
Vitto tersenyum mendengarnya, kakaknya ini bawel sekali. Tapi, Vitto tahu kebawelan kakaknya itu karena dia merasa khawatir dan peduli terhadap dirinya. "Harus berapa kali juga gue bilang ke Kakak, kalau gue nggak mau bikin kakak khawatir?" Vitto malah bertanya balik pada Kakaknya.
"Justru kalau lo nggak ngomong, gue bakal tambah khawatir, Vitto. jadi gue mohon, apapun yang lo rasakan. Kasih tahu gue, okey?"
"Gue nggak bisa janji, Kak, karena gue nggak akan biarin lo merasa khawatir lagi, Kak. Lo harus yakin kalau gue baik-baik aja. Dengan kekhawatiran lo buat gue tambah takut, Kak, gue takut kalau sewaktu-waktu gue bakal ninggalin lo,"
Hitto menggeleng pelan sebelum berkata. "Jangan ngomong kayak gitu lagi, plis, lo nyaris ninggalin gue tadi. Tapi, untung. Tuhan masih memberikan lo kesempatan untuk kembali bernapas."
"Gue takut kalau gue pergi sebelum gue bisa mastiin dia bahagia," ujar Vitto gamang.
"Siapa?" tanya Hitto.
Vitto tersenyum mengabaikan pertanyaan Kakaknya, ia justru mulai menceritakan pertemuannya dengan Rafkha entah di dimensi apa namanya itu, ia pun tidak tahu. "...Rafkha bilang ke gue, gue boleh ikut dengan dia kalau gue udah berhasil mastiin 'dia' bahagia,"
"Kalau begitu jangan pernah mastiin dia bahagia, karena ketika lo udah berhasil memastiinnya, itu artinya lo bakal ninggalin gue," jawab Hitto cepat.
"Itu amanat Rafkha, Kak,"
"Gue bilang jangan ya jangan, Vit, biar gue aja yang mastiin dia bahagia, lo tetap fokus dengan kesehatan lo, okey?" tidak ada sama sekali nada marah di setiap kalimatnya. Namun, Vitto yakin kakaknya itu tengah menyembunyikan sesuatu kegelisahaan yang tampak begitu jelas dari sorot matanya.
Tak ada pilihan lain selain Vitto menganggukkan kepalanya, ia benar-benar merasa berat hati karena terus-terusan membuat kakaknya mengantikan perannya. "Maaf selalu bikin, lo repot, Kak." Ucap Vitto lirih.
"Gue lebih suka di repotkqn sama adik gue sendiri, ketimbang orang lain, gue nggak peduli gue nggak bahagia. Asal lo bisa bahagia gue pasti ikut merasakannya."
"Betapa beruntungnya gue punya Kakak berhati malaikat seperti lo, gue janji bakal sembuh demi lo, Kak."
"Gue tunggu janji lo itu, Vit," kata Hitto seraya tersenyum pada Adiknya.
"Sini peluk dulu," ujar Vitto dengan suara yang sengaja di buat-buat manja sambil merentangkan kedua tangannya.
Hitto menggeleng sekilas seraya terkekeh pelan melihat sikap Adiknya itu. Namun, tak ayal Hitto menurutinya. Ia memeluk Adiknya cukup erat, ia benar-benar takut jika Vitto benar-benar meninggalkannya. "Janji sama gue, lo jangan pergi, okey?" bisik Hitto.
Vitto hanya mengangguk mengiyakannya. Ia benar-benar merasa beruntung mempunyai kakak seperti Hitto, Hitto selalu ada untuknya. Meskipun kakaknya itu bawel, tapi Vitto yakin kakaknya itu sengat menyayanginya.
"Thanks for everything, Hitto."
Hitto tersenyum sesaat. "Your welcome," balasnya. "Anyway, im so sorry, Vit, gue harus bilang ke Papa dan Mama serta kak Nisa tentang keadaan lo saat ini. Hampir tiga tahun kita nutupin ini dari mereka. Udah saatnya mereka tahu yang sebenanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think! I Love You [SUDAH TERBIT✔]
Teen Fiction[RE-POST] [VERSI WP TIDAK DI REVISI] I Think! I Love You, bercerita tentang kisah cinta remaja, antara siswi cantik yang bernama Nicky wahyuni, seorang siswi yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil setiap harinya, hari-harinya bagaikan neraka...