I THINK! I LOVE YOU 2 : 03

105 7 1
                                    

Karena aku percaya, bahwa Tuhan sedang mempersiapkan MIRACLE terindah untuk hidupku.
Jadi, tidak ada salahnya jika aku kembali mengharapkannya.

💘

TIDAK ada hal yang paling menakutkan di dunia ini bagi Hitto, kecuali saat ia mendapati Adiknya tak kunjung bangun dari tidur di pangkuannya. Saat itu Hitto benar-benar panik sendiri kala ia menyadari tidak ada respon dari Sang Adik ketika ia berusaha untuk membangunkan Adiknya yang sudah tidur hampir dua jam lamanya. Di situlah Hitto baru menyadari satu hal, jika Adiknya itu tidak baik-baik saja.

Hitto beralih mendekatkan telinganya pada hidung Adiknya. Namun, hatinya semakin nyeri luar biasa kala hanya mendapatkan helaan napas lemah dari Sang Adik. Lalu ia meraih lengan Adiknya memeriksa denyut nadi. Namun, lagi dan lagi Hitto harus berusaha menguatkan dirinya, meyakinkan bahwa Adiknya itu baik-baik saja, tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri dengan segala fakta yang ia ketahui. Sebagai Mahasiswa Kedokteran. Hitto benar-benar tahu keadaan Adiknya saat ini.

Tanpa pikir panjang Hitto menggendong Adiknya menuju mobilnya yang terparkir di garasi bawah tanah. Setelah sampai di depan mobil ferrari hitam miliknya. Hitto bergegas membuka pintu mobil lalu mendudukkan Adiknya di samping kursi kemudi, kemudian Hitto mengitari mobilnya dan mendudukkan diri di kursi kumudi. Di tatapnya sekilas Sang Adik yang sampai saat ini masih memejamkan matanya itu. Dadanya kembali merasakan sesak ketika ia mengingat hasil pemeriksaan Adiknya minggu lalu. Hitto takut jika sekarang ini waktunya, ia benar-benar belum siap, bahkan tidak siap untuk kehilangan.

"Udah gue bilang, kalo sakit itu ngomong. Kenapa malah pilih bungkam di depan gue?" lirih Hitto seraya menghapus kasar air mata yang tanpa sadar keluar dari sudut matanya.

Tanpa memedulikan teriakan dan makian pengendara lainnya. Hitto terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia harus sampai ke rumah sakit sesegera mungkin.

Tak sampai tiga puluh menit. Hitto sudah berhasil memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Tanpa banyak membuang waktu. Hitto segera menggendong Adiknya masuk ke dalam rumah sakit, ia langsung membawa Adiknya ke salah satu unit gawat darurat di rumah sakit ini lalu membaringkan Adiknya di atas brankar. Hitto bisa sedikit leluasa di rumah sakit ini karena rumah sakit ini adalah tempatnya magang.

Hitto segera menghubungi Dokter Michael. Dokter sekaligus dosennya itu, tidak sampai tiga menit Dokter Michael beserata dua orang suster lainnya tiba di ruang itu dengan wajah yang cukup panik.

"Hitto, What's up with your brother? Why can he relaps again?" (Hitto, ada apa dengan adikmu? Kenapa dia bisa kambuh lagi?), tanya Dokter Michael seraya melirik sekilas Adiknya di atas brankar itu.

Hitto mengusap wajahnya kasar, matanya seketika memanas. "Doctor please save my brother," (Dokter tolong selamatkan adik saya), lirih Hitto berusaha sekuat tenaga menahan air matanya.

Dokter Michael bingung melihat ekspersi Hitto, tanpa menjawab permintaan Hitto. Dokter Michael segera memeriksa keadaan Adiknya.

Dokter Michael tercekat ketika mengetahui keadaan Vitto saat ini, keadaannya benar-benar buruk dibanding beberapa minggu lalu. " Immediately plug the oxygen cylinder and check the blood pressure, please." (Segera pasang tabung oksigen dan periksa tekanan darahnya), perintah Dokter Michael dan langsung segera dilaksanakan oleh kedua suster itu.

Hitto terduduk lemas di lantai menyaksikan kepanikkan Dokter Michael dan kedua Suster itu dalam menangani Adiknya. Hatinya nyeri luar biasa, kenapa bukan dia saja yang merasakan sakit itu. Hitto benar-benar tidak sanggup melihat Adiknya seperti itu.

I Think! I Love You [SUDAH TERBIT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang