Senyuman tidak sekalipun meredup dari wajahnya yang tidak lagi muda, ketika gadis yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya memberi kejutan ulang tahun berupa kue ulang tahun dan juga syal berwarna merah. Warna merah adalah warna favoritnya, maka sudah pasti ia senang. Andai saja gadis itu juga sesenang dirinya, ia akan jauh lebih bahagia.
Kenyataan kadang memang tidak sejalan dengan keinginan, hingga membuat hati manusia terluka. Hampir semua orang mengatakan, selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Tapi, wanita bernama Yi Jae itu tidak menemukan hikmah apapun dari kebencian Kyuhyun terhadap So Hyun. Entah apa yang salah pada So Hyun, ia merasa kalau So Hyun sudah sempurna sebagai seorang anak.
Yi Jae sungguh pernah mengira kalau Kyuhyun akan berubah seiring berjalannya waktu, namun kini ia sungguh meragukan pemikirannya. Kyuhyun semakin menjadi, bahkan tadi memintanya untuk mengatakan pada So Hyun agar bersiap-siap karena secepatnya akan dipindahkan ke rumah yang dibeli khusus untuknya.
Apa maksud Kyuhyun? Mengusir So Hyun secara halus? Ataukah mencoba melindungi So Hyun dari kebenciannya? Apapun alasannya, Kyuhyun tidak sepantasnya membuat So Hyun yang baru berusia 17 tahun tinggal sendiri.
"Bibi kenapa? Apa Bibi tidak menyukai hadiah dariku?" So Hyun bertanya, sebab melihat ekspresi wajah Yi Jae perlahan berubah.
"Bukan begitu. Bibi sangat menyukai hadiah yang Nona berikan. Terima kasih." Yi Jae tersenyum pada So Hyun, kemudian memeluk gadis cantik itu.
Demi apapun, Yi Jae sungguh tidak sanggup mengatakan pada So Hyun bahwa Kyuhyun memintanya pergi dari sini. Apa yang So Hyun alami selama ini sudah sangat menyakitkan, kenapa harus ditambah lagi? Apa Kyuhyun benar-benar tidak memiliki hati? Ataukah pria itu memang bukan manusia melainkan iblis?
Kyuhyun melihat moment manis antara So Hyun dan Yi Jae dari lantai dua, membuat ia kembali mengingat keputusannya untuk membelikan So Hyun rumah dan membiarkannya tinggal sendiri. Keputusan itu ia ambil tanpa unsur paksaan, tapi karena ia merasa itu memang yang terbaik. Ia dan So Hyun tidak saling bicara, jadi percuma saja tinggal satu rumah.
Cukup lama Kyuhyun menatap So Hyun dan Yi Jae, kemudian ponsel didalam saku celananya berdering. Ia mengeluarkan ponselnya, menatap benda berwarna hitam itu sejenak dan setelahnya masuk ke perpustakaan pribadi. Ia membutuhkan privasi saat menerima telepon ini, sebab ini adalah urusan pribadi yang bahkan tidak boleh diketahui oleh istrinya sendiri.
"Temukan secepatnya dan jangan meneleponku jika kau belum menemukannya!" Setelah beberapa saat bicara, Kyuhyun menyudahi panggilan itu dengan bentakkan dan disaat bersamaan Yoo Jin masuk ke perpustakaan.
"Siapa yang Oppa telepon?" Tanya Yoo Jin, yang seketika membuat Kyuhyun terkejut.
"Hanya rekan bisnis. Kenapa kau masih di rumah? Bukankah tadi kau bilang ingin pergi dengan temanmu?" Kyuhyun berbohong, sekaligus mengalihkan topik pembicaraan. Ia sungguh tidak ingin Yoo Jin siapa yang tadi meneleponnya dan untuk urusan apa. Sekali lagi Kyuhyun tegaskan, ini benar-benar urusan pribadi!
"Oh! Aku akan pergi sekarang. Sampai nanti." Yoo Jin tersenyum tipis pada Kyuhyun, kemudian keluar dari perpustakaan dengan tatapan penuh curiga.
Helaan napas lega keluar dari mulut Kyuhyun begitu Yoo Jin keluar dari perpustakaan. Ia mendudukkan tubuhnya diatas sofa, menatap langit-langit yang entah kenapa malah menampilkan wajah Jiwon ketika tersenyum. Tanpa Kyuhyun sadari, ia tersenyum tipis melihat senyuman wanita yang ia benci sekaligus diam-diam ia rindukan.
Seiring berjalannya waktu, senyuman Jiwon digantikan oleh gambaran sebuah pengkhianatan. Jiwon pergi dengan pria lain, meninggal ia dan So Hyun yang saat itu baru berusia 3 bulan. Wajah Kyuhyun terlihat marah, kecewa dan juga menahan sakit karena luka tidak berdarah di hatinya. Namun tidak lama, bayangan baru muncul. Ia melihat So Hyun mengaku sebagai Jiwon dan juga saat Yi Jae mengatakan bahwa So Hyun bisa melihat hantu dan sejenisnya, membuka kemungkinan kalau Jiwon sudah tidak ada lagi di dunia ini. Mata Kyuhyun berair ketika mengingat kemungkinan itu, tatapan marah pun tidak ada lagi di wajahnya dan tergantikan oleh air mata kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Dad? ✔
Fanfiction"Ada hal yang ingin aku tanyakan pada pria bernama Cho Kyuhyun itu, kenapa kau begitu membenciku? Aku anakmu, Tuan Cho, tapi kenapa kau begitu membenciku?"