Bantal yang tadinya kering, kini mulai basah karena air mata dari gadis bernama So Hyun itu. Ia sama sekali tidak peduli pada lukanya yang harus segera diobati, atau ini sudah masuk jam makan siang. Ia benci suasana rumah ini, benci pada pria bernama Cho Kyuhyun dan benci pada dirinya sendiri.
Kenapa dulu ia tidak dibuang saja ke jalan dan dibiarkan mati? Kenapa harus mengurung ia dalam derita selama belasan tahun lamanya?
Jika bisa memilih, So Hyun sungguh ingin terlahir tidak sebagai anak Kyuhyun dan ia akan memilih tidak pernah ada di sini. Ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai ia harus mendapat kebencian dari satu-satunya orang tua yang ia miliki, sampai membuat ia tidak berani mengeluarkan kata Ayah dari mulutnya.
Ya, So Hyun tidak berani memanggil Kyuhyun dengan sebutan Ayah karena ia tahu betapa besar kebencian pria itu. Ia tidak ingin menambah kebencian Kyuhyun dengan mendengar suaranya, jadi diam adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.
"Di mana Ibuku? Kenapa dia tega sekali meninggalkanku di sini? Ini bukan rumah, ini adalah neraka!" Isak So Hyun dan terdengar sampai ke telinga Yi Jae, yang saat ini berada di depan kamar So Hyun.
Tadinya Yi Jae ingin mengobati luka So Hyun, sembari membawakan makan siang. Tapi sekarang ia malah menangis karena tidak sanggup mendengar ucapan So Hyun dan ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong So Hyun. Ia ingin membawa So Hyun tinggal bersamanya, tapi ia serba kekurangan dan tidak yakin bisa memenuhi kebutuhan hidup So Hyun.
'Kenapa bisa ada manusia tidak memiliki hati seperti Ayahmu? Aku bahkan ragu jika dia adalah manusia.' Hati kecil Yi Jae bicara, bersamaan semakin deras air mata jatuh di pipinya.
****
Seminggu telah berlalu setelah perkelahian itu dan semua masih sama, Kyuhyun tidak pernah sekalipun menanyakan kondisi So Hyun dan tidak pernah sekalipun ingin tahu luka apa saja yang dialami oleh So Hyun.
Seperti pagi sebelumnya, kali ini Kyuhyun hanya melewati kamar So Hyun begitu saja dan seumur hidup Kyuhyun, ia tidak pernah masuk ke kamar So Hyun. Ia langsung menuju ke ruang makan bersama Yoo Jin, yang selalu bergelayut di lengannya.
Tidak ada satupun yang tahu sedang apa So Hyun di dalam sana. So Hyun sedang duduk di pinggir ranjangnya, sambil memegang kertas hasil ulangannya. Ia mendapat nilai terbaik dan hanya Bibi Yi Jae yang merasa bangga padanya, selebihnya tidak ada.
"Untuk apa semua ini? Agar Tuan Cho bangga padamu? Dia tidak akan pernah peduli! Tidak akan..." tangisan So Hyun kembali pecah, sebelum ia memasukkan kertas itu ke dalam laci yang di dalamnya berisi setumpuk kertas hasil ulangan dan ujian sejak ia SD sampai sekarang kelas 2 SMA.
Bibi Yi Jae pernah berkata padanya, bahwa Tuan Cho pasti akan bangga dan peduli padanya jika ia mendapat nilai terbaik. Tapi nyatanya apa? Ini sudah bertahun-tahun berlalu dan ia selalu mendapat nilai terbaik, tapi Tuan Cho tidak pernah peduli padanya. Semua sia-sia saja, mungkin di ulangan berikutnya ia tidak perlu mendapat nilai bagus lagi bahkan kalau perlu ia berhenti sekolah.
So Hyun mengusap air matanya dengan kasar, lalu keluar dari kamar sambil membanting pintu. Sengaja ia lakukan, agar mengganggu waktu sarapan suami istri yang membuatnya sering kali muak. Dan usaha So Hyun berhasil, sebab ia mendapatkan tatapan tajam dari Yoo Jin, begitu sampai di meja makan sedangkan Kyuhyun sibuk dengan sarapannya.
"Apa harus membuat keributan? Mengganggu orang saja!" Bukannya memberikan sarapan seperti pada anak Ibu pada umumnya, Yoo Jin malah memberikan bentakkan pada So Hyun.
Tidak ada respon dari So Hyun, ia mengambil roti lalu mengolesi roti dengan selai kacang. Tidak lama, Yi Jae datang membawakan segelas susu dan membuat So Hyun tersenyum pada wanita paruh baya itu. Masa bodoh dengan Yoo Jin, ia tidak punya waktu meladeni nenek sihir seperti Yoo Jin.
"Kau menjadi tuli sekarang? Kau dengar apa yang aku katakan?!" Tapi So Hyun benci jika sudah seperti ini, So Hyun benci jika ada yang bicara dengan bentakkan ketika ia akan makan dan Yoo Jin baru saja melakukan apa yang So Hyun benci.
Brak!
So Hyun menggebrak meja dengan sangat keras, kemudian melempar tatapan tajam pada Yoo Jin. "Bisakah kau tutup mulutmu? Apa aku perlu membuatmu tidak bisa bicara?!" So Hyun membalas bentakkan Yoo Jin dan ini mengundang amarah Kyuhyun, sampai membuat Kyuhyun langsung berdiri dan melempar tatapan tajam pada So Hyun.
"Di mana sopan santunmu pada orang tua? Semakin hari, mulutmu semakin kasar saja!" Ucapan Kyuhyun membuat So Hyun ikut berdiri dan tersenyum miring.
"Anda masih bertanya sopan santun padaku, padahal Anda sendiri tidak pernah mengajarkan apa itu sopan santun! Mulutku kasar karena tidak mendapat didikan dari seorang Ayah, Ayahku tidak pernah mengajarkan apa yang pantas dikatakan dan apa yang tidak pantas dikatakan! Anda puas sekarang?!" Ucapan So Hyun penuh penekanan, kemudian ia menyambar tasnya dan berangkat ke sekolah walau belum sarapan.
Kyuhyun terdiam setelah So Hyun pergi dan di susul oleh Yi Jae. Ia sadar itu adalah sindiran, untuk Ayah yang tidak pernah mempedulikan anak, seperti ia. Tapi ini tidak akan pernah membuat Kyuhyun melunak pada darah dagingnya sendiri, Kyuhyun akan tetap membenci So Hyun dan akan selalu seperti itu.
"Sayang, kau..."
"Aku akan ke kantor sekarang." Kyuhyun menyela ucapan Yoo Jin, sebelum ia bergegas pergi ke kantor karena sudah hilang selera makan.
"Sial! Semua gara-gara anak itu!" Geram Yoo Jin, sembari menggebrak meja.
****
Earphone terpasang di telinga So Hyun dan ia memutar musik agar tidak mendengar ucapan murid yang ada di kantin tentang dirinya, terutama Yeri. Ia sedang tidak ingin berkelahi sekarang, jadi sangat menghindari ucapan yang membuat nafsu berkelahi dalam dirinya tumbuh.
So Hyun duduk di salah satu kursi dan tidak lama, hantu berpakaian seperti pasien rumah sakit sudah duduk di kursi yang ada di seberang meja. Ia memang memiliki kelebihan yang begitu istimewa, yaitu melihat makhluk yang tidak bisa dilihat oleh semua orang. Tapi tidak ada satupun murid atau Guru di sekolah ini yang mengetahui kemampuan So Hyun, hanya Yi Jae saja yang mengetahuinya.
"Kau bertengkar lagi dengan Ayahmu?" Hantu bernama Kim Jiwon itu bertanya dan ia tahu bagaimana kehidupan So Hyun, sebab So Hyun sering bercerita padanya.
Meski sudah mendengarkan musik, entah kenapa suara Jiwon masih bisa masuk ke indra pendengaran So Hyun dan membuat So Hyun mengangguk pelan. Memang seperti itu kenyataannya, tidak pernah ada kata harmonis diantara ia dan Tuan Cho. Hanya ada kebencian dan percakapan yang pasti selalu menjadi awal dari pertengkaran.
"Aku rasa... Aku ingin menjadi anggota gangster saja, daripada menjadi anak yang dibenci." Ujar So Hyun pelan dan tentu bisa didengar oleh Jiwon, maka dari itu Jiwon menggeleng.
"Jangan membahayakan dirimu, aku akan sangat sedih jika kau sampai kenapa-kenapa. Teruslah berjuang meluluhkan hati Ayahmu." Jiwon memegang tangan So Hyun, juga memberikan senyuman penuh arti pada So Hyun.
So Hyun merespon ucapan Jiwon dengan senyum tipis dan Jiwon adalah satu-satunya hantu yang membuat ia merasa nyaman, bahkan sampai bercerita. Apa mungkin sebenarnya ia memiliki hubungan dengan hantu cantik itu?
********
TBC...
Jangan lupa follow IG aku YooWon428
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Dad? ✔
Fanfiction"Ada hal yang ingin aku tanyakan pada pria bernama Cho Kyuhyun itu, kenapa kau begitu membenciku? Aku anakmu, Tuan Cho, tapi kenapa kau begitu membenciku?"