Angin malam menerbangkan helain rambut gadis cantik itu, ketika ia berdiri di atas jembatan. Ia menjadi pusat perhatian saat ini, sebab sudah jelas bahwa ia ingin bunuh diri. Tidak hanya manusia yang meneriakinya agar menjauh dari pinggir jembatan, namun juga beberapa hantu dari berbagai usia.
Mereka, hantu dan manusia, terus memohon agar gadis itu kembali ke jalan yang benar. Bunuh diri bukanlah jalan yang harus diambil, tidak peduli apapun masalah yang tengah dihadapi.
Tapi gadis bernama Cho So Hyun itu tidak pernah mau mendengarkan. Ia malah memejamkan matanya selama beberapa saat dan setelahnya kembali membuka mata, ia siap untuk terjun. Belum sempat ia terjun dari atas jembatan, seorang pria berpakaian serba putih tiba-tiba muncul dihadapannya dalam keadaan melayang.
Terkejut? Tentu saja So Hyun terkejut dan ia yakin kalau pria itu bukanlah hantu. Jika bukan hantu, lalu apa?
"Kau tidak akan mati sekarang, bahkan jika kau lompat sekalipun. Bangunlah, kehidupan yang baru sedang menantimu." Pria berpakaian serba putih itu bicara, lengkap dengan senyuman yang begitu manis.
So Hyun hanya bisa terdiam, mencerna setiap kata-kata pria tadi. Bangun? Kenapa harus bangun saat ia sendiri dalam keadaan berdiri? Dia juga mengatakan kehidupan baik menantinya? Hei, omong kosong macam apa itu?
****
Mata yang tadinya tertutup, kini perlahan terbuka. Semua orang yang ada di kamar rawat inap itu kompak menghela napas lega, karena sudah 3 jam mereka menunggu seorang Cho So Hyun sadar dari pingsannya. Dan ya, apa yang tadi So Hyun alami hanyalah sebuah mimpi yang seakan mengisyaratkan bahwa kehidupan ini akan berubah. Hal baik akan datang, si pembuat karma akan mendapatkan balasannya dan penjahat akan mendapat hukuman setimpal.
Tapi sebelum berpikir terlalu jauh tentang masa depan, mari lihat keadaan So Hyun yang saat ini menatap satu persatu orang di ruangan itu. Bibi Yi Jae, Park Seo Joon, Pak Han dan juga Kim Heechul. Mereka selalu ada untuknya, berbeda dengan keluarganya sendiri. Baiklah, ia sebenarnya tidak memiliki keluarga. Ia seperti menumpang hidup pada keluarga Cho dan sekarang ia diusir karena keluarga Cho sudah bosan hidup dengannya. Seperti itu, bukan?
"Bibi senang melihat Nona sudah sadar. Bibi mohon, jangan lakukan tindakan berbahaya lagi." Bibi Yi Jae begitu memohon, sembari menggenggam erat tangan So Hyun.
Tidak ada tanggapan dari So Hyun, ia hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kenapa bukan Tuan Cho yang seperti ini? Kenapa harus orang lain? Sekali saja, biarkan ia melihat kepedulian Tuan Cho padanya.
"Lebih baik kita ke luar dan biarkan So Hyun beristirahat." Heechul buka suara, sebelum ke luar bersama Bibi Yi Jae, Seo Joon dan Pak Han.
Kini hanya tinggal So Hyun sendirian, menangis dalam diam karena meratapi nasibnya sendiri. Mati pun ia tidak bisa, seolah Tuhan ingin menyiksa lagi. Entah Tuhan buta atau memang jahat padanya, hingga terus menerus menyiksanya. Lebih baik dulu ia tidak lahir ke dunia ini, daripada lahir hanya untuk menderita.
Memang, tidak ada hidup tanpa penderitaan. Tapi, bagi So Hyun penderitaan ini sudah terlalu berat untuknya. Lebih baik ia menerima kebencian dari puluhan ribu orang, asal ia memiliki Ayah yang menyayanginya. Bisakah seperti itu?
****
Di ruangan Heechul, terlihat Seo Joon sedang bicara dengan pria yang akrab disapa Dokter Kim itu. Mereka sedang membicarakan So Hyun dan Cho Kyuhyun, yang sekarang juga berada di rumah sakit karena Seo Joon memberi perhatian pada anak buahnya untuk memukul Kyuhyun, namun jangan sampai mati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Dad? ✔
Fanfiction"Ada hal yang ingin aku tanyakan pada pria bernama Cho Kyuhyun itu, kenapa kau begitu membenciku? Aku anakmu, Tuan Cho, tapi kenapa kau begitu membenciku?"