Ada beberapa hal dikehidupan ini yang sebaiknya tidak kau ingat lagi. Biarkan hilang bagai debu yang tertiup angin. Kau yang sekarang belum tentu sama dengan kau yang kemarin, siap menerima kebencian atau rasa sakit. Jika dunia baru datang padamu, kenapa harus mencari dunia lama dimana kau sangat sengsara?
Tidak ingat, berarti kau memang tidak harus mengingatnya. Ada saat dimana lupa menjadi sebuah anugerah, bukan kemalangan. Percayalah, Tuhan tidak mungkin menghadirkan sesuatu tanpa sebuah tujuan. Hanya butuh waktu, agar tahu bahwa apa yang saat ini terjadi memiliki tujuan yang jelas.
Masih di rumah sakit. So Hyun nampak asik berbicara dengan Kyuhyun, seperti tidak ada kebencian sebelumnya. So Hyun terlihat begitu bahagia, bahkan ia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Sementara Kyuhyun juga bahagia, namun juga ada kesedihan dan rasa malu di dalamnya.
Sekarang, Kyuhyun terlihat seperti manusia tanpa dosa padahal jelas ia memiliki dosa begitu banyak. Belum lagi ia harus berbohong, ketika So Hyun menanyakan apa saja yang ia, So Hyun dan Jiwon lakukan saat akhir pekan.
"Apa kita sering menghabiskan waktu saat akhir pekan? Seperti menonton film mungkin?"
Kyuhyun tertegun saat So Hyun bertanya seperti itu padanya dan jujur, ia ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi, ia sangat menikmati moment ini. Ia bahagia melihat So Hyun tersenyum dan tidak sanggup melihat perubahan ekpresi So Hyun, jika ia mengatakan yang sebenarnya.
"Ya, kita sering melakukannya."
Hingga akhirnya, Kyuhyun harus berbohong. Sering menghabiskan waktu bersama So Hyun? Sudah jelas itu omong kosong. Dulu, ia bahkan malas menatap So Hyun, sampai memilih sendirian atau kadang bersama Yoo Jin dengan penuh keterpaksaan. Biarlah dosanya bertambah banyak karena berbohong, yang penting ia bisa melihat So Hyun tersenyum sebab ia sudah merenggut senyuman itu dari So Hyun.
Kyuhyun sadar bahwa So Hyun ada bukan untuk ia benci, melainkan untuk menjadi alasan kuat baginya untuk hidup ditengah rasa sakit. Dan ia tahu, keputusan terbesar apa yang telah So Hyun ambil dalam hidupnya hingga membuat dia sangat menderita.
"So Hyun tahu, kau begitu benci saat dipanggil Ayah. Maka, So Hyun memanggilmu dengan sebutan Tuan Cho. Coba bayangkan, bagaimana rasanya saat harus memanggil Ayah sendiri dengan sebutan Tuan? Ketahuilah, So Hyun merasa menjadi anak paling tidak diinginkan saat harus memanggilmu dengan sebutan Tuan Cho."
Ucapan Heechul begitu menyakitkan bagi Kyuhyun, terlebih ketika ia membayangkan bagaimana perasaan So Hyun. Seorang anak yang dimarahi tanpa sebab pasti akan terluka, lalu bagaimana jika dibenci tanpa sebab yang tidak anak itu ketahui? Terbayangkan betapa sakitnya?
Disaat anak lain mendapat perhatian dari orangtua, tapi ia malah mendapat kebencian. Membayangkan saja sudah nembuat dada sesak, apalagi jika sampai memgalaminya.
"Kenapa Ayah menangis?" So Hyun berucap, ketika melihat sang Ayah, Cho Kyuhyun, meneteskan air mata.
"Apa aku salah bicara?" So Hyun kembali bertanya, sebab ia takut jika salah bicara dan membuat Ayahnya sedih.
Tidak ada lagi ucapan memojokkan dari So Hyun, seperti yang sering ia keluarkan jika bicara dengan Kyuhyun. Ia bicara dengan sopan, layaknya seorang anak yang sangat menghormati dan menyayangi orangtuanya.
Kyuhyun menggeleng, lalu mengusap air matanya sembari tersenyum pada So Hyun. "Ayah baik-baik dan kau tidak salah bicara. Tidak sedikitpun." Ucap Kyuhyun dengan nada meyakinkan, karena So Hyun memang tidak salah bicara. Ia menangis sebab membayangkan betapa sakitnya So Hyun selama ini.
Tidak jauh dari sana, tepatnya diambang pintu. Ada Jiwon tengah berdiri dengan kotak makanan di tangannya. Jiwon memilih untuk berhenti sejenak, setelah melihat kedekatan Kyuhyun dan So Hyun. Mungkin hilangnya ingatan So Hyun sebuah awal untuk hubungan yang baik antara Ayah dan anak. Tapi, bagaimana jika nanti So Hyun terluka lagi?
"Ibu, kenapa diam disitu?" Suara So Hyun membuat Jiwon sadar dari lamunannya, kemudian mulai melangkah mendekati gadis cantik itu.
Ini sudah 2 hari setelah So Hyun sadar dari koma dan beberapa hari lagi, dia sudah diperbolehkan pulang. Hanya saja, Jiwon bingung harus bagaimana menjelaskan tentang ia dan Kyuhyun setelah ini. Setelah sadar, So Hyun meyakini bahwa Jiwon dan Kyuhyun tinggal bersama, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
"Ini untukmu." Jiwon memberikan kotak makanan yang ia bawa pada Kyuhyun dan ia sendiri yang memasak makanan itu. Kyuhyun sangat sulit untuk diminta pergi makan, maka ia putuskan nembuatkan Kyuhyun makanan agar dia tidak sakit.
"Terima kasih." Ujar Kyuhyun, lengkap dengan senyumannya.
Jiwon hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya beralih pada So Hyun dan mengusap rambutnya dengan lembut. Jiwon berlalih memegang tangan kanan So Hyun, membuat ia kembali melihat sesuatu yang membingungkan.
"Ibu bingung kenapa ada gambar bunga Dandelion permanen pada telapak tanganmu. Tapi, ya sudahlah. Yang penting kau baik-baik saja sekarang." Jiwon tersenyum pada So Hyun dan So Hyun juga tersenyum pada Jiwon, meski pada dasarnya So Hyun juga merasa bingung.
****
Sementara di ruangan lain. Seo Joon masih setia duduk disebelah ranjang rawat Eun Ra, menunggu gadis itu membuka matanya. So Hyun sudah sadar, tapi kenapa putrinya belum?
Di belakang Seo Joon, berdiri roh Eun Ra dengan wajah sedihnya. Ia bukan sedih karena melihat Ketiakberdayaannya, melainkan melihat Ayahnya terus membuang waktu seperti ini. Bagi Eun Ra, sudah terlalu banyak waktu yang Ayahnya buang sia-sia disini. Ia ingin Ayahnya memiliki waktu bahagia untuk dirinya sendiri, bukan terus duduk dan menungu hal tak pasti.
"Relakan saja aku pergi. Hentikan saja semua ini, aku tidak akan pernah bangun lagi." Eun Ra buka suara, membuat Seo Joon seketika berdiri dan menatapnya.
Tatapan Seo Joon seperti orang tidak suka. Jelas saja, ia tidak suka mendengar Eun Ra bicara seperti tadi. "Jangan bicara seperti itu. Jiwon dan So Hyun saja bisa terbangun dari koma, maka kau juga pasti bisa!" Seo Joon memberi penekanan, tapi Eun Ra menggeleng.
"Aku berbeda. Aku tidak mungkin bisa seperti mereka." Eun Ra bicara sembari meneteskan air mata. Ia sudah tidak sanggup lagi menutupi kesedihannya dengan bersikap seperti roh yang amat ceria. Ia ingin terbangun dan menghabiskan waktu bersama Ayahnya, satu-satunya orangtua yang ia miliki. Tapi, takdir seperti enggan memberikan kesempatan itu padanya.
"Berbeda apanya? Kau sama saja! Kau akan bangun. Yakinlah, Park Eun Ra!" Seo Joon menatap dalam mata Eun Ra, gadis cantik yang baru saja ia beri marga Park. Itu harus, sebab Eun Ra adalah putrinya.
Eun Ra tersenyum disela tangisnya dan ia senang bisa memakai marga Ayahnya sekarang. Tidak lama, ia mengangguk, yakin bahwa ia akan terbangun dari koma ini. Jika Ayahnya sangat yakin, maka ia juga harus memiliki keyakinan itu. Sesuatu terjadi karena kita meyakini bahwa itu akan terjadi.
****
Hari sudah menunjukkan pukul 7.30 malam dan So Hyun sudah tidur setelah meminum obatnya. Kini, hanya menyisakan Kyuhyun dan Jiwon yang duduk ditempat berbeda. Jiwon duduk di kursi yang berada disebelah ranjang So Hyun, sementara Kyuhyun duduk di sofa.
Posisi mereka saling berhadapan, sebab kursi yang Jiwon duduki berada di sebelah kanan dan sofa yang Kyuhyun berada di sebelah kiri, beberapa langkah dari ranjang rawat So Hyun.
"Kau harus bercerita padaku, Jiwon." Kyuhyun lebih dulu bersuara, tanpa mengubah posisi duduknya ataupun mengalihkan sejenak pandangannya dari Jiwon.
"Bercerita apa?" Jiwon bertanya. Pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu betul apa yang harus ia ceritakan.
"Alasan kenapa kau harus sampai meninggalkanku, bahkan sampai harus berpura-pura selingkuh." Kyuhyun kembali bicara, nembuat Jiwon tersenyum tipis karena ternyata Kyuhyun percaya padanya.
Pandangan Jiwon yang tadi fokus pada So Hyun, kini beralih pada Kyuhyun dan ia mengangguk pelan. "Aku akan bercerita padamu."
********
TBC...
Untuk flashback KyuJi dipart selanjutnya ya...

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Dad? ✔
Fanfiction"Ada hal yang ingin aku tanyakan pada pria bernama Cho Kyuhyun itu, kenapa kau begitu membenciku? Aku anakmu, Tuan Cho, tapi kenapa kau begitu membenciku?"