Bab41

32.9K 1.4K 12
                                    

Bab 41 : "Jamie Galau."





Hari Ke-30 (selasa)

Suasana kelas Sebelas IPA/A Kelas Ken dan Jamie menjadi dapat banyak ceramah dari kepala sekolah dan wali kelas, bukan hanya Sebelas IPA/A, kelas Levin Sebelas IPA/C juga mendapatkan ceramah serupa. Tentunya ceramah yang dijabarkan panjang lebar oleh kepala sekolah dan wali kelas adalah soal menyikapi kejadian perkelahian kemarin, supaya seluruh siswa-siswi tidak mengulangi hal serupa, menjadikannya sebagai pelajaran.

Bagaimanapun tentu saja masing-masing wali kelas dari kelas sebelas IPA/A dan sebelas IPA/C tidak percaya. Bagaimana bisa dua murid yang dibanggakan disekolah bisa terlihat perkelahian seperti itu. Terlebih Levin yang sedang menjabat sebagai wakil ketua osis, dan sekarang Levin sedang di diskualifikasi dari jabatannya yang terbilang cukup mulia.

Dan sekarang didalam kelas sebelas IPA/A, Jamie sedang di landa rasa kesepian. Bagaimanapun juga biarpun Ken tidak terlalu sering menanggapinya ngomong, dan mengajaknya ngomong setidaknya ada yang mendengarkan curhatan hati Jamie selama ini.

Jamie sangat kesepian sekarang, mendadak Jamie yang dikenal seluruh kelas dengan kebiasaannya yang tidak bisa diam dan pecicilan sekaligus hobi ngomong lebih dari cewek cerewet itu menjadi lesu dan menatap meja bangku Ken disampingnya dengan rasa sedih yang teramat banyak.

Tangannya menumpu dibawah dagu, ia memandang meja bangku Ken dengan rasa kehilangan yang begitu besar. Belum setengah hari ia tidak bersama Ken disekolah tapi Jamie sangat begitu kehilangan sosok teman yang sering menjadi bahan ejekan, dan bahan leluconnya walau temannya yang bersikap lebih dingin dari es di kutub utara itu tidak tertawa, yang penting sesuatu hal yang ada di pikiran Jamie adalah ia sendiri dapat bahagia dan tertawa.

Dan sekarang Jamie tidak dapat tertawa lagi.

Jamie sudah kehilangan salah satu manusia yang berperan penting dalam hidupnya.

Jamie kehilangan seorang yang berperan penting dalam tugas fisika nya.

Jamie kehilangan Ken yang sering menjadi kambing hitamnya.

Jamie menjadi heran sebenarnya, kenapa Ken terlalu berperan dalam hidupnya walau Ken pasti hanya menganggap Jamie sebagai orang gila sejenis psikopat akut yang menjadikan apapun untuk bahan tawaan.

"Jamie,, jangan ngelamun entar lu kesurupan!" Teriak Ronal yang duduk tidak jauh dari bangku Jamie.

Bu Lira, wali kelas Jamie yang sekaligus menjadi guru bahasa inggris dikelas itu menengok kearah murid-murid didepannya. "Kenapa Ronal?" tanya Bu Lira yang lebih biasa disapa akrab Miss Lira itu oleh semua siswa di SMA Victory.

"Jamie Miss, ngelamun mulu. Entar kalau dia kesurupan kan kita sekelasan yang repot." Sahut Ronal.

Bu Lira berdiri dari mejanya lalu melangkah menuju ke arah meja Jamie yang letaknya di barisan didepannya nomor tiga. "Kamu kenapa Jamie? Sakit?"

Jamie meletakan penanya keatas meja lalu melihat Bu Lira dengan perasaan sedih. "Miss, Ken besok boleh gak masuk sekolah?" tanya Jamie yang mendadak sepolos bocah 5 tahun.

Bu Lira melihat Jamie dengan tatapan tidak mengerti. Beberapa saat setelahnya ia mulai mengerti ucapan Jamie. "Gak bisa, Keanu Bramasta sudah di skorsing dari sekolah selama 5 hari, dan dia tidak boleh kembali kesekolah sebelum 5 hari."

"Lama banget sih, kan saya gak punya teman nih Miss." Lirih Jamie dengan wajah kesal.

"Itu sudah ketentuan dan peraturan sekolah Jamie. Bahkan sebenarnya Keanu Bramasta dan Levin Aditya seharusnya di Skors lebih dari 5 hari, tapi karena ada keringanan mereka mendapatkan 5 hari saja untuk memperbaiki sikapnya dirumah masing-masing."

"Kan Levin duluan Miss yang nonjok Ken, seharusnya Levin aja dong yang di skors lebih lama. Cctv kantin punya buktinya kok." Protes Jamie, beberapa dari teman-temannya ada yang tiba-tiba menahan tawa mendengar protesan Jamie.

"Itulah peraturan, semuanya harus diadili dengan hukuman." Sahut Bu Lira dengan tersenyum hangat membuat siapa saja menjadi merasa nyaman. "Kamu masih bisa ketemu Keanu kan, kamu kan temannya."

Jamie seperti mendapatkan penjelasan halus dari seorang guru seperti ia waktu TK dulu. Jamie menundukkan kepalanya sebentar lalu ia melihat Bu Lira lagi. "Bu, saya ingin diskorsing juga dong."

Seketika suasana Kelas yang hening menjadi bergumuruh dengan gelak tawa. Yang benar saja, Jamie minta diskorsing dari sekolah membuat ledakan suara tawa menyambur diseluruh isi kelas. Tapi ada juga beberapa orang yang iba serta terharu dengan aksi Jamie yang begitu peduli dengan Ken sebagai sahabatnya.

Bu Lira juga mengulum bibirnya kedalam, ia menahan supaya tidak tertawa dengan sikap Jamie yang masih bisa menabur humor didalam kelas dengan wajah datar nya yang kadang membuat orang tertawa.

"Jangan gila Jam, bayangin 5 hari gak masuk sekolah, lo bisa ketinggalan banyak pelajaran." Bisik Carla yang duduk dibelakang Jamie.

"Biarin yang penting bareng Ken." Sahut Jamie dengan wajah kusut.

"Iya kalau pinter, lu kan pas-pasan Jam,," Ronal ikut-ikutan mengompori Jamie lagi

"Udah gue bilang, ada Ken kok." Sahut Jamie lagi dengan masih sok polos.

"Udah-udah!" Bu Lira mengintrupsi. "Lanjutin selesain tugas kalian, dikumpul 10 menit lagi."

"Ya alloh, gue belum sama sekali nih," si Doni tergesa-gesa menuliskan sesuatu diatas bukunya.

"Tuh kan, gara-gara ngedengerin Kisah haru Jamie sih,," Si Wati sesegukan sambil mengelap ujung matanya terharu dengan curhatan hati Jamie.

******

Eric, Jamie, Adam dan Tobi sudah berjejer seperti biasa mengantri mengambil makan, lalu masing-masing membawa nampan keatas meja yang sering mereka tongkrongi. Untuk kekacauan yang terjadi kemarin sudah di betulkan.

"Kita latihan pertama hari kamis, check in studio." Ucap Eric membuat ketiga temannya langsung menatap kearahnya.

"Ken gimana?" tanya Tobi. Ia melihat wajah teman-temannya bergantian.

"Ken kan di skors dari sekolah bukan dari band kita," sahut Eric, membuat Tobi mengangguk-angguk sok sudah paham.

"Sebagai informasi nih," Adam membuka percakapan membuat Eric dan Tobi melihat kearahnya, kecuali Jamie yang sibuk mengaduk nasi goreng didepannya menjadi nasi campur. "Tadi pagi sebelum kesekolah gue pergi kerumah Ken balikin gitar nya. tapi gue gak ketemu sama Ken, sama bokapnya aja."

"Terus?" Tanya Tobi penasaran, Eric juga terlihat sebaliknya walau ia hanya diam.

"Om Bram bilang Ken gak usah ikut latihan dulu. Om Bram juga bilang kalau Ken gak dibolehin keluar kamar."

"Ken pasti dimarahin tuh, gue kemarin takut juga waktu ngasih surat Panggilan ke bokapnya." Ucap Jamie tanpa melihat teman-temannya. "Om Bram udah datang kesekolah. Tadi gue berpas-pasan, Om Bram ke kantor bareng Miss Lira."

Eric dan Tobi terlihat berfikir masing-masing, mereka mungkin tidak bisa latihan tanpa Ken, Karena penulis lirik lagu dan penentu irama serta nada adalah dirinya, dan ia seorang gitaris, bagaimana Alaric Band bisa latihan tanpa seorang gitaris.

"Apa kita batalin jadwal latihannya, diundur sekitar selasa, rabu, kamis depan kan Ken udah masuk tuh?" Solusi Tobi, membuat semua teman-temannya yang mendengar ikut berpikir.

"Kita tetap latihan." Sahut Adam.

Eric sependapat dengan Adam. "Iya, gue gak yakin cuman karena di skors Ken gak latihan. Dia sering latihan sendiri kan? Dirumahnya bahkan tanpa kita, Seperti biasa."

Tobi memegang dagunya. "Iya juga sih."

Sementara teman-temannya sedang berunding. Jamie diam lagi dan mengaduk nasi campurnya menjadi nasi yang aneh. Jamie masih sedih sebenarnya, karena Bu Lira tidak ingin memberikan skorsing kepada Jamie walau Jamie suka ngomong keras didalam keras.

******


VOTE&COMMENT



Thankfull<3

21 DAYS WITH MY ICE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang