Bab46

31.4K 1.3K 11
                                    

Bab 46 : "Hari Skor Terakhir."




Hari Ke-34

"Hari ini hari terakhirnya Ken di skorsing kan?" tanya Tobias saat ia dan ketiga temannya sedang nongkrong diruang musik. "Gimana kalau kita nengok Ken."

"Ahh udah telat banget. Dia udah baik-baik aja sekarang. Lo itu teman apa terong sih!" Jamie mengungkit-ungkit lagi.

"Tadi malam gue ke rumah Ken, sama Eric." Sahut Adam.

"Iya, diajakin makan malam lagi sama bokapnya." Sambung Eric.

"Eh kok nggak ngajak-ngajak gue sih." Ucap Tobi tidak terima.

"Kan elo sendiri yang bilang gak mau kemana-mana tadi malam." Eric menambahkan.

"Lo gak bilang kalau mau ketempat Ken. Kalau bilang Gue kan pasti mau ikut."

"Nanti sore kalau mau, lo bisa ketemu Ken ko," sahut Adam sambil menepuk-nepuk pundak Tobi.

"Kalau Ken hari senin udah boleh masuk sekolah, gimana sama Levin?" Tanya Jamie membuat Jamie menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Katanya sih Levin dirawat." Eric meletakan gitar yang dipegangnya keatas meja.

"Anj***,, dirawat? Lebay banget cuman kena tonjok harus dirawat segala." Jamie menanggapi dengan wajah serius yang sulit dipercayai.

"Ya gue enggak tau juga sih,, gue juga dikasi tau Vian, dia kan teman lengket nya Levin tuh." Lanjut Eric.

"Kayak gak tahu nyokap Levin ada deh lo Jam," Adam menambahkan juga. "Gue percaya sih kalau Levin dirawat, karena kemarin waktu kejadian si Levin hidungnya pendarahankan."

Tobi terkekeh. "Lo pikir emak-emak mau beranak!"

"Iya Bi, beneran kan Vian bilang hidung Levin patah." Tambah Adam dengan memastikan.

"Iya juga sih."

"Ternyata pukulan Ken kuat juga yah," Suara Eric yang terdengar langsung menarik perhatian teman-temannya.

"Makanya, Ken itu diam-diam menyakitkan tau." Tambah Tobi sambil mulai tertawa. Eric dan Tobi juga mulai tertawa.

"Eh ngegosipin Ken ya! wah-wah,, gue bilangin ya lo bertiga biar tau rasa, biar kena tonjok juga." Jamie berdiri berdrama yang bahkan lebih mirip mau Tausiah sambil menunjuk teman-temannya.

"Eh jangan dong Jam, gue traktir Bakso bang jajang selama seminggu deh."

"Iya Jam, jangan! Gue bakal bagi jajan gue ke elo 70% deh setiap jumat sabtu."

"Iya kalau perlu gue kasih lo buah kurma sama kebon-kebonnya!"

********

Ken duduk di atas kursi kayu yang sisi kanan kirinya dikaitkan dengan tali besi yang bergantung ditengah taman kecil disamping halaman rumahnya.

Lama-kelamaan ia mulai berbaring diatas kursi kayu yang lebih mirip ayunan itu. Panas sinar matahari sore tak mau mengalah dan tetap menyinari dengan terang dan cerah. Sesekali Ken mengangkat sebelah tangannya keudara dan membuak telapak tangannya untuk melindungi matanya dari sinar matahari.

Selama beberapa hari berada didalam rumah Ken juga butuh asupan matahari masuk kedalam kulitnya. Ia yakin ia pasti sudah kekurangan vitamanin dari sehatnya matahari sore, beberapa kali Ken melihat beberapa orang yang sedang jogging di sore hari melewati taman rumahnya.

Ponsel Ken bergetar, Ken segera meraih ponsel yang sedari tadi ia letakan diatas perutnya.

Ayah

Tolong nyalain saklar air panas dikamar mandi

Ayah ya, ayah 10 menit lagi sampai rumah.

3:13 PM

Ken terkejut bukan main, ia bergegas duduk dan memasukan kedua kaki nya kedalam sepasang sendal yang terletak diatas rumput hijau. Sebelum itu Ken juga sempat memegang kursi Ayunan yang bergoya karena pergerakannya, Ken tidak ingin ayahnya marah karena menghabiskan waktu sedari tadi dengan berada diluar rumah.

Ken melompat melewati pagar balkon kamar nya lalu langsung masuk kedalam kamar. Seperti yang diperintakhan ayahnya, Ken langsung menghidupkan saklar air panas di kamar mandi yang terletak dikamar Ayahnya. Ayah Ken sering menyuruh Ken seperti itu dikala ia sudah lelah saat pulang bekerja dan langsung ingin mandi saat tiba dirumah.

*******

"Lusa kamu udah masuk sekolah." Ucap Bram, disaat ia dan Ken tengah berada dimeja makan dan menyantap makan malam.

"Iya." Sahut Ken.

"Lebih baik kamu sama Levin berdamai." Lanjut Bram, membuat Ken menjatuhkan sendoknya keatas piring tanpa sengaja.

Ken tidak menjawab, ia memilih mengambil air dan meminumnya. Entah mengapa nama Levin terdengar tidak begitu cocok dengan telinga dan juga suasana hatinya.

"Besok kamu udah bisa keluar, Ayah ijinin kamu latihan Band lagi."

Kali ini Ken membalas dengan anggukan. Ia akhirnya selesai menjalani hari skorsing nya yang membuatnya begitu kesepian, tapi jauh sebelum di skorsing Ken memang akan selalu menjadi seseorang yang selalu kesepian.

Ia tidak tahu dimana letak kesepian yang selama ini dirasakannya. Teman? tentu saja Ken punya, ia punya banyak teman, bahkan orang-orang ingin menjadi temannya, Hanya saja ia terlalu dingin dan cuek untuk dijadikan seorang teman. Atau Pacar? Ken tidak tahu apa yang selama ini ia rasakan. Rasa yang selama ini selalu datang disaat yang tidak diinginkan. Ia tidak tahu apa ia punya pacar sekarang. Atau seorang Ibu? Sosok yang tidak pernah dikenalnya selama hidupnya. Seorang anak hingga usia 17 tahun tanpa ibu bagaikan seorang manusia yang hidup ditengah pulau mati yang tidak memiliki tanda-tanda kehidupan satupun.

Ken juga bingung apa yang ia rasakan sekarang, apa yang sebenarnya ia butuhkan, apa yang sebenarnya ia inginkan untuk sekarang bahkan untuk kehidupannya yang masih terhampar panjang dan memiliki perjalanan jauh yang tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan ia temui di penghujungnya.

*******




VOTE & COMMENT


Thankfull<3

21 DAYS WITH MY ICE BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang