Bab 63 : "Mencoba Mengerti Masalah Orang Dewasa."
**********
Tirsa memeluk Hazel dalam-dalam, ia mengelus punggung anaknya dengan perasaan yang paling sedih. Ini adalah pertama kalinya bagi Tirsa melihat Hazel menangis sampai seperti ini.
Hazel bukan anak yang cengeng, tapi Tirsa tahu ketika seorang ibu yang begitu di percayainya sedang menyembunyikan sesuatu darinya itu sama saja rasanya seperti melihat putrinya terjatuh kedalam jurang yang berapi.
Tirsa menyesali semuanya, seharusnya ia tidak menyembunyikan apapun dari Hazel. Seharusnya Tirsa juga bersikap sama seperti sikapnya kepada Harris. Ia membiarkan Harris tahu tentang Papa nya tapi menyembunyikannya dari Hazel.
Ia menjelaskan semua apa saja yang menyebkan ia harus merahasiakannya pada Hazel. Hubungan Tirsa dan Papa Hazel tidak sehrmonis seperti yang dibayangkan saat Tirsa mengandung Hazel. Mereka merasa terlalu mudah dan belum cukup dewasa membuat mereka berpikir ceroboh, Tirsa meminta Papa Hazel untuk tidak menemuinya dan anak-anaknya lagi, walau sempat terjadi pertentangan namun Tirsa menang saat itu.
Hazel lahir tanpa Papa, dan sampailah pada saat yang sekarang ini. Tirsa berencana akan memberitahu pada Hazel tentang Papa nya, namun ia tidak kunjung memberitahu hingga Hazel beranjak remaja. Ia tidak mau Hazel juga di boyong oleh Papa nya seperti halnya Harris. Ya dengan siapa lagi Harris kalau bukan dengan Papa nya yang sekarang tinggal di Amerika.
Memang benar Harris tinggal di sebuah asrama, namun dibalik semuanya, Papa mereka lah yang ada di belakang untuk menyokong mereka. Harris dapat bertahan hidup di Amerika selama bertahun-tahun tanpa bekerja, karena Papa nya yang memenuhi semua kebutuhan Harris disana.
"Mama minta maaf." Tirsa mengusap rambut dan air mata Hazel. "Mama janji, mama akan pertemukan kamu sama Papa."
Hazel hanya menangis tersiak dan memeluk Mama nya lagi. Lagipula Hazel tidak akan bisa marah lama-lama pada wanita yang kuat seperti Tirsa. Ia adalah seorang wanita dan ia mampu membesarkan dua orang anaknya seorang diri.
"Suatu hari nanti kamu akan mengerti yang Mama lakukan hari ini. Dan suatu saat kamu harus mencoba mengerti masalah orang dewasa." Tirsa mencium kening Hazel dan memeluknya erat-erat.
************
Hazel berdiri di depan pagar rumahnya dan menarik napas panjang lalu menghembuskannya pelan-pelan. Rasanya lega ketika Hazel mencoba mengerti apa yang di alami orangtua nya.
Semua orang pernah muda dan semua orang pasti akan tua. Hazel harus belajar tentang hal-hal kecil seperti itu mulai dari sekarang.
Hazel memeluk helmetnya dan berusaha untuk tersenyum. Masalah tentang rahasia Mama nya di loteng rumah sudah selesai, Hazel hanya menunggu waktu yang membawnya bisa bertemu dengan Papa nya.
Hazel melirik ponsel dari saku seragamnya, dan suara motor Ken pun terdengar hingga berhentu di depan Hazel.
Ken turun lalu berdiri di depan Hazel. Ken tiba-tiba membungkuk dan menengok wajah Hazel. "Udah gak sedih?" tanyanya.
Hazel melihat Ken sambil menahan senyumannya. Dan kenapa Ken masih melihat Hazel dengan senyun simpul dan wajah manis itu. Hazel merasakan panas yang menjalar di wajahnya.
Ken berdiri tegak kembali, ia mengambil helmet yang di pegang Hazel lalu memakaikannya ke atas kepala Hazel.
"Lo jelek." Ucap Ken.
Hazel terkejut. Apa Ken sedang mengajak Hazel berkelahi dengan mengatakan itu. Melihat raut wajah Hazel yang aneh, Ken langsung tersenyum lagi, kali ini menampakan dereta gigi-giginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/140804588-288-k126724.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
21 DAYS WITH MY ICE BOYFRIEND
Teen FictionHazel, seorang cewek yang Begitu Normal. Dia gak cengeng, bawel, alay, cerewet tapi dia itu bersikap ditengah rata-rata cewek Remaja pada umumnya. Tahun 2017 adalah tahun dimana Hazel duduk dibangku SMA. Tiga bulan bersekolah di SMA Victory. Bertepa...