9

3K 549 22
                                    

"Tumben kalian pulang bareng?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut ibu mertua pas baru aja nyampe rumah. Beliau lagi beresin meja makan. Gue cuma ngangguk aja terus bersiap buat ke kamar.

"Kamu udah makan, Mia?" tanya ibu mertua.

"Uda-"

Seketika gue noleh ke Kyungsoo yang baru aja masuk kamar, ada sesuatu yang gue lupa. Gue akhirnya senyum ke ibu mertua terus pamit ke kamar. Ternyata Kyungsoo mau siap-siap mandi. Gue jadi agak canggung enggak jelas setelah untuk pertama kalinya Kyungsoo ngungkapin apa yang dia inginkan. Bahwa gue harus menghargai posisi dia sebagai suami.

"Professor," panggil gue dan dia noleh sebelum masuk ke kamar mandi. Gue juga enggak paham kenapa masih manggil gitu, padahal gue bukan murid yang dia ajar. "Udah makan?"

Dia menggeleng terus natap gue heran dan nanya, "Kenapa emang?"

"Saya siapin dulu makan malam, ya. Setelah mandi saya tunggu di bawah," ucap gue kikuk terus keluar dari kamar. Demi apapun setelah ke luar, gue bergidig sendiri karena geli. Walau begitu, gue tetap turun ke bawah dan masak seadanya buat Kyungsoo.

Enggak lama kemudian, dia nyamperin gue yang lagi nyiapin masakan di meja makan. Kayaknya mertua sama kakak Kyungsoo dan istri anaknya lagi di ruang keluarga. Soalnya rame banget di sana, tapi gue lebih memilih nemenin Kyungsoo makan.

"Maaf kalau enggak enak," ucap gue pelan. Ini pertama kalinya gue masak sendiri, biasanya bareng kak Irene atau ibu mertua. Dia cuma ngangguk terus makan. Enggak lama, dateng kak Irene sambil senyam-senyum.

"Duh, pengantin baru. Makan aja ditemenin," ledeknya dan gue cuma senyum paksa bak orang bodoh. Kyungsoo nyenggol lengan gue sambil nyuruh mandi. Alhasil, gue ke kamar dan membersihkan diri. Setelah selesai, gue udah lihat Kyungsoo lagi buka-buka buku di kasur. Belum sempat gue keluar kamar buat beresin meja makan, dia udah ngasih tahu kalau semuanya udah diberesin sama dia.

Istri macam apa gue?

Gue duduk di pinggir dia, dengan tentu saja sebuah guling udah ada di tengah-tengah kami. Gue enggak ada niatan buat turun dan gabung sama keluarga, soalnya hari ini capek banget. Tapi kalau langsung tidur malah enggak enak sama Kyungsoo.

Ini gara-gara dia ngelantur tadi nih! Jadi aja mau apa-apa canggung!

Akhirnya gue main handphone, sambil sesekali chat-an sama Mira atau Wonho. Saking asiknya, gue enggak nyadar kalau Kyungsoo lagi lihatin gue daritadi.

	"Kenapa?" tanya gue pas sadar, dia cuma menggeleng pelan terus baca lagi bukunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa?" tanya gue pas sadar, dia cuma menggeleng pelan terus baca lagi bukunya.

"Chat-an sama siapa?" tanya dia membuat gue ngerutin kening secara spontan. Tumben banget dia penasaran, biasanya juga diabaikan gitu aja. "Hmm?"

"Sama temen," jawab gue singkat dan balik lagi ngetik. Tapi enggak lama mulut gue ngomong, "sama Wonho."

Dia sama sekali enggak respons, bikin jantung gue berdebar lebih cepat dari biasanya. Gue jadi kepikiran, apa setelah pernikahan ini terjadi dia suka marah sama gue karena masih suka jalan sama Wonho? Tapi, kalau dipikir buat apa juga marah? Kami kan enggak saling mencintai?

"Jangan kemaleman tidurnya," ucapnya sambil merebah di kasur. Terus dia tidur membelakangi gue. Nah, gini nih. Gue paling benci kalau ngerasa bersalah kayak gini, bawaanya pengen marah tapi kenapa? Akhirnya gue simpan benda canggih itu dan nyusul buat tidur.

"Enggak ngerti deh mau dia apa ...?" gumam gue terus memejamkan mata.













👀

Besoknya di tempat kerja, Inha datang siang-siang tanpa diduga. Aneh banget karena enggak nyalon dan cuma merhatiin gue sambil sesekali ngobrol sama pemilik salon. Satu hal yang baru gue tahu, dia itu anak satu-satunya majikan gue. Jadinya gue enggak boleh seenaknya sama dia.

"Kakak kuliah?" tanya dia tiba-tiba pas gue lagi nunggu pengunjung ngisi formulir. Gue menggeleng seadanya sebagai jawaban. "Kok bisa ya Professor Kyungsoo suka sama kakak? Aku pikir dia bakal suka cewek pinter, yang pendidikkannya tinggi dan cantik. Ternyata ..."

Dia merhatiin gue dari atas sampai bawah terus senyum sinis. Dahyun salah satu temen kerja gue aja sampai nyenggol pertanda dia jengkel dengan tatapan Inha.

"... Malah suka yang biasa aja," lanjutnya terus nahan tawa. Kalau boleh, sebenarnya gue pengen mukul mulutnya yang udah kurang ajar dalam menghina orang. Tapi, gue enggak bisa seenaknya, apalagi dia bawa-bawa suami gue.

"Kenapa emang?" tanya gue natap dia datar.

"Kemarin pas aku nanya sama Professor, dia bilang kakak orang yang dia suka. Tapi, aku enggak percaya gitu aja, sih. Apalagi pas lihat sikap kakak sama dia kemarin kayak gimana ..." jawabnya enteng. Jujur, gue agak kaget sama jawaban Inha. Apalagi bagian Kyungsoo yang suka sama gue. Dan gue pikir Kyungsoo ngaku kalau gue istrinya, ternyata enggak.

Emang sih kami enggak merahasiakan status, tapi kata Kyungsoo enggak ada untungnya juga kalau dia koar-koar sama orang kampus kalau dia udah nikah dan gue istrinya. Hasil perjodohan pula.

Andai Inha tahu kebenarannya, gue yakin dia pasti patah hati. Ketebak banget kalau dia suka sama Kyungsoo, sayangnya dia udah milik gue.

Milik gue? Lah? Sejak kapan gue mengakui keberadaan si Prof. Asti?

Gue menggeleng cepat sambil nepuk kepala beberapa kali, membuat Inha risi -mungkin-.

"Dasar aneh," celetuknya membuat gue menoleh dengan wajah nahan kesal.

"Inha, jangan gitu. Walau kak Mia itu pekerja di usaha keluarga kamu, tetap aja kamu harus bersikap yang sopan. Kamu kan berpendidikkan tinggi," ucap Dahyun membela gue. Inha cuma ketawa sinis sambil mengalihkan pandangannya dari kita berdua. "Lagipula, kak Mia itu bukan orang sembarangan di sini. Dia udah tahu semua hal tentang dunia kecantikan, dan ilmu dia enggak bisa dianggap main-main."

	"Dahyun, tuh urus pengunjung!" ujar Inha menunjuk pengunjung yang sedang bersiap masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dahyun, tuh urus pengunjung!" ujar Inha menunjuk pengunjung yang sedang bersiap masuk. Mungkin dia malas diceramahi Dahyun yang memang benar adanya. Bukannya mau sombong, tapi gue emang termasuk senior di salon kecantikan keluarga Inha. Dan gue sangat suka dengan hal yang berbau kecewek-cewekan.

Gue bener-bener heran kenapa saat kita baru ketemu, Inha udah nunjukkin secara frontal kalau dia enggak suka sama gue? Kalau dipikir, gue enggak punya salah sama dia. Gue cuma merasa enggak enak kalau di dekat dia.

Seakan-akan gue bakal punya banyak masalah sama cewek itu.

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang