26

3K 589 138
                                    

“Mia, ini undangan dari Mira baru sampai,” ujar Kyungsoo dari ruang tengah. Gue yang lagi beresin baju di ruang khusus pakaian cuma menyahut seadanya. Setelah itu dia nyamperin gue dan bantuin.

“Kenapa? Enggak bantuin Inha skripsi-an?” tanya gue ketus. Soalnya hari ini dia santai banget, enggak kayak sebelum-sebelumnya.

Kyungsoo noleh ke gue dan bilang, “Sejak kapan dosen butuh sama mahasiswa?”

Iya juga, yang ada kan mahasiswa ngejar-ngejar dosen.

“Ya ... kadang kasihan sih kalau lihat mahasiswa pontang-panting ngejar dosen. Saya ngerasain waktu dulu.”

“Kamu curhat?” sahut dia dengan wajah yang datar. Mau sih melakukan tindak kriminal, tapi masa sama suami sendiri jahat? Ini tandanya gue harus memupuk kesabaran yang lebih-lebih daripada sebelumnya.

  Keep smiling~

Sambil nungguin Kyungsoo beresin sisanya, gue buka undangan Mira sama Chanyeol yang rencananya akan menikah minggu depan. Enggak kerasa ternyata Mira beneran bakal jadi emak-emak, dan merasakan apa yang gue rasakan setelah menikah dengan Kyungsoo.

Seakan ingat, gue buru-buru lihat gaun-gaun yang sekiranya mau gue pakai nanti.

“Kebetulan hari itu saya ada acara di kampus,” ujar Kyungsoo membuat fokus gue teralih. “Nanti kamu tunggu aja di gedungnya, tapi jangan dulu masuk.”

“Ya udah enggak apa-apa, lagian saya pasti nemenin Mira. Saya tunggu aja di belakang gedung, ya?” tanya gue dan Kyungsoo mengangguk. Setelah selesai beresin baju, dia narik gue ke kamar dan ngambil kunci mobil.

“Saya tunggu di luar, kamu siap-siap dulu.”

Gue yang bingung nanya, “Mau kemana?”

“Beli gaun baru.”

















👀

Setelah selesai beli gaun, Kyungsoo enggak langsung ngajakkin gue pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai beli gaun, Kyungsoo enggak langsung ngajakkin gue pulang. Malahan dia ngajak gue nonton, belanja yang lain, bahkan mau ngajak ke taman bermain. Tapi karena sayangnya udah sore, jadi gue tolak.

“Kenapa, sih? Tumben banget ngajak main?” tanya gue heran. Sekarang kami lagi ada di taman kota sambil makan ice cream. Dia enggak banyak omong dan cuma menggenggam tangan gue.

Dia bilang, “Mau ngerasain pacaran setelah menikah.”

Gue natap dia dengan sedikit rasa salah tingkah, terus melihat ke arah lain saat tahu dia ngetawain gue. Setelah duduk di kursi, dengan tiba-tiba dia menyandarkan kepalanya di pundak gue.

“Sebenarnya kemarin-kemarin orang tua saya selalu kode-kode cucu,” ujarnya membuka suara. Dari topik yang dia ambil pun gue udah tegang duluan. “saya bilang aja kalau kita masih mau pacaran. Makanya sekarang saya ngajak jalan-jalan. Saya mau tambah deket sama kamu.”

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang