Selesai makan malam, gue kumpul keluarga di ruang tengah sambil ngobrol banyak. Apalagi ketemu Manse yang makin hari makin jahil. Sama kayak Daehan, huhu, jadi kangen! Mereka itu anak-anak yang menggemaskan! Greget deh pokoknya!
Sampai akhirnya di sela-sela obrolan, kalimat yang selalu enggak gue harapkan meluncur begitu saja dari mulut ibu mertua.“Kalian udah ‘usaha’?” tanyanya bikin gue sama Kyungsoo kompakkan saling tatap. Gue mendadak awkward, mau jawab rasanya bingung, untuk ketawa pun kayaknya bakal garing. Tapi kalau mau jujur, untuk jatuh cinta pun ... gue masih mempertanyakan itu.
Oke, gue akui memang semakin hari gue semakin merasa dekat dengan Kyungsoo. Di saat-saat tertentu pun gue merasa ada debaran yang menyenangkan, gue terbawa perasaan, gue gugup, gue malu, gue canggung, tapi gue bahagia.
Apa itu bisa mendeskripsikan bahwa gue jatuh cinta? Enggak. Rasanya belum cukup bagi gue untuk menerima seutuhnya perjodohan ini. Karena buktinya, gue masih seenaknya sama Kyungsoo, gue masih enggan manggil dia selain “Professor”, gue masih bicara formal sama dia, dan masih banyak hal yang bikin gue merasa belum jatuh cinta sama Kyungsoo.
Gue enggak ngelak, cuman ... gimana ya ...? Entahlah, gue juga bingung.
“Kenapa emangnya?” tanya Kyungsoo mengerti dengan air muka gue yang mulai enggak nyaman. “Emangnya cucu ibu yang sekarang belum cukup bikin bahagia?”
“Ya bukan gitu maksudnya ...” sahut ayah mertua sambil terkekeh. “Udah, kalian nikmati aja masa-masa pengantin baru. Biasa, ibu-ibu emang suka kepo.”
“Ih, ayah ... kan ibu cuma nanya. Ibu perhatiin mereka tambah deket, gituloh.” Gue ketawa dikit lihat wajah ibu yang masam. Berusaha untuk menikmati obrolan dan waktu keluarga. Tapi saat pandangan gue beralih ke Kyungsoo, dia lagi lihatin gue sambil senyum tipis.
Kenapa dia ...?
👀
Setelah pulang dari rumah mertua, gue buru-buru mandi dan mau langsung tidur. Rasanya hari ini benar-benar capek, karena gue banyak ngabisin waktu di luar rumah.
Tapi belum aja gue beranjak dari sofa setelah mengeringkan rambut, Kyungsoo udah duduk di bawah, tepatnya di hadapan gue sambil bilang, “Keringin rambut saya sebentar, ya.”
Gue yang lagi pegang pengering rambut pun hanya mengangguk sambil melakukan apa yang dia mau. Seketika wangi dalam rambutnya menguar ke indera penciuman gue, baunya kalem dan sangat cowok. Kyungsoo cuma memejamkan mata, enggak berusaha memecahkan keheningan di dalam kamar kami.
Biasanya gue ngajak dia ngobrol, tapi mendadak bingung. Rasanya kaku banget berduaan gini di dalam rumah yang suasananya hening. Soalnya, setiap malam biasanya gue langsung tidur pas dia lagi ngerjain pekerjaan, atau kadang dia yang tidur duluan di saat gue lagi nonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prof. Astigmatism
FanfictionJatuh cinta ... Bisa berawal cuma dari bertatapan. Miliknya, sangat menusuk tapi membuat penasaran. Siapa sangka? Professor muda dengan tatapan tajam itu akan menjadi suami dari seorang cewek yang jomblo dari lahir? Jadi, mari kita belajar mencint...