28

2.7K 571 133
                                    

"Eh, Mia ...?"

Tangan gue mengepal kuat saat melihat pemandangan di depan. Jauh-jauh dari rumah, capek-capek walau pekerjaan rumah belum beres demi ngasih makan siang buat suami gue yang udah request dari semalem.

Nyatanya?

Ohh, dia lagi anteng makan sama Inha yang selalu mengagungkan alasan bikin skripsi demi deketin suami gue. Padahal tadi gue kira dia lagi ada tamu, makanya gue rela nunggu di luar ruangannya. Tapi setelah IU dan Chen sempat lewat dan nyapa gue, mereka suruh gue masuk aja karena jam segini Kyungsoo enggak biasanya nerima tamu.

Benar. Di dalam tuh adanya perempuan yang selalu bikin gue bawaannya pengen marah. Orang yang selalu komporin gue biar cemburu. Inha.

"Makan siang, ya?" tanya Kyungsoo sambil narik gue supaya masuk. Rasanya kesel pas lihat ada makanan di meja dia. "Sini, saya makan."

"Enggak usah, nanti begah," sahut gue sambil berusaha pamit. "saya pergi dulu. Ini biar saya bawa pulang aja."

Sebelum pergi dan Kyungsoo mencegah gue, Inha berdiri dan menatap gue sok-sok sopan. Dia bilang, "Maaf Kak, saya kurang enak badan. Jadi ... saya pesan makan. Sekalian punya Professor juga, saya kira Kakak enggak bakal datang ke sini."

Di sela-sela tatapan Kyungsoo yang jatuh sama gue, wajah Inha selalu menampakkan raut kemenangan. Seakan dia bisa selangkah lebih maju daripada gue. Dia benar-benar menunjukkan rasa cintanya, dan selalu berusaha supaya Kyungsoo bisa melihatnya.

"Lainkali makan dulu kalalu mau ke kampus." Setelah ngomong gitu, gue ke luar begitu saja. Rasanya dongkol dan mau buru-buru mencari tempat yang tenang biar bisa jadi pelampiasan.

Kadang gue enggak ngerti, apa Kyungsoo enggak peka sama semua tingkah laku Inha? Seharusnya kan kalau dia tahu gue pernah punya masalah sama cewek itu, dia bisa ambil posisi. Bisa professional sama Inha sebagai gurunya, dan bisa mengerti keadaan gue sebagai istrinya.

Lagipula Inha selalu punya cara supaya bisa mendapat perhatian dia, masa enggak peka, sih? Apa gue harus blak-blakkan soal Inha yang pernah bilang cinta sama Kyungsoo lewat gue? Entah kenapa perasaan gue mengatakan kalau Kyungsoo pasti bakal lebih milih menasihati gue seperti sebelum-sebelumnya.

Semakin hari ... ada aja ulah dia buat bikin gue kesel.















👀

Dan semua kejadian kekesalan kecil itu terus berlanjut sampai pernikahan Mira dan Chanyeol tiba. Rasa kesal gue semakin menumpuk kala tahu Kyungsoo masih punya urusan dengan Inha saat gue sempat menelponnya.

Jadi maksudnya adalah Inha lebih penting dari waktu gue yang udah nunggu dia sampai kaki gue pegal. Iya, kan? Baiklah, gue emang cukup sensi akhir-akhir ini karena efek PMS. Rasanya sesak dalam dada gue butuh diledakkan di beberapa kesempatan.

"Belum dateng juga?" tanya Mira yang lagi mau ganti kostum. Gue cuma mengangguk seadanya. "makan aja dulu, gue kasihan lihat lo daritadi. Udah bantu gue banyak dan belum makan apa-apa."

"Udah, lo ganti baju dulu aja sana!" suruh gue sambil berusaha senyum. Enggak lama, gue lihat Wonho lewat dengan terburu-buru dan udahnya ada Chanyeol yang ketawa. "Kenapa dia?"

"Kebelet, kasihan nyari toilet daritadi. Bukannya nanya," jawabnya bikin gue geleng-geleng kepala. "Eh, Kyungsoo mana?"

Sebelum gue jawab pertanyaannya, ibu Chanyeol udah manggilin biar dia cepet ganti kostum. Dan enggak lama Wonho nyamperin gue sambil ketawa sendiri.

"Kenapa, deh?"

"Aku malu tadi lari-lari sambil kebelet gitu, hehe ..." Gue ketawa pas dia ngomong gitu. Lucu, seorang Wonho yang 'cowok' banget bisa agak pecicilan dan ngetawain kelakuan dia sendiri. " ... Kyungsoo mana?"

Ya Tuhan!!! Ini udah ke berapa kalinya orang-orang nanya?

"Daripada nanyain Kyungsoo, mending bantu aku nyari tempat duduk." Wonho membelalakkan matanya enggak percaya. Dia langsung lirik kanan-kiri menuruti perintah gue.

"Ya ampun, sok kuat banget sih. Apalagi pakai sepatu yang tinggi gitu, kalau kaki kamu sakit gimana?" tanya dia sambil ngasih kursi lipat yang dia dapat entah darimana. Gue cuma cengengesan sambil mencoba melepaskan sepatu yang gue pakai. "Sakit, kan?"

"Lumayan."

Wonho tiba-tiba jongkok di depan dan memeriksa keadaan kaki gue. Kemudian gue merasakan pundak gue didorong pelan sama seseorang.

"Ya ampun, lo enggak nurut banget sih sama omongan gue," ujar Mira sambil ngasih kode ke Wonho. Saat peka, gue cuma menghela napas pasrah. Pasti maksudnya Mira tentang gue yang enggak boleh berhubungan lagi sama Wonho.

"Ini kebetulan doang." Sampai setelahnya tatapan gue jatuh ke arah Kyungsoo dan Inha yang udah masuk ke dalam gedung sambil mengedarkan pandangan. Inha mengaitkan tangannya ke Kyungsoo dan itu jelas membuat gue jengah.

Sungguh mesra ...

Cukup!

Rasanya ini terlalu berlebihan untuk ukuran mahasiswa dan dosennya. Entah kurang masuk akal atau gue yang terlalu dibakar cemburu. Gue enggak peduli. Gue cuma enggak suka melihatnya!

Akhirnya tatapan Kyungsoo dan Inha jatuh ke gue setelah ibu Mira menunjukkan keberadaan gue. Dandanan gue udah rapi walau enggak masuk lewat pintu utama karena mau nungguin Kyungsoo di belakang.

	"Mia, kamu kenapa?" tanya Kyungsoo pas melihat kaki gue yang masih diperiksa Wonho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mia, kamu kenapa?" tanya Kyungsoo pas melihat kaki gue yang masih diperiksa Wonho. Walau setelahnya dia melepaskan kaki gue dan berdiri kaku. Seakan mengerti, Inha pun buru-buru melepaskan pegangan di tangan Kyungsoo.

"Weh, gue enggak ngundang Inha loh, sist! Gue enggak tahu!" pekik Mira tertahan di samping gue.

Inha akhirnya angkat bicara, "Ah, saya diundang teman saya. Kebetulan dia saudaranya kak Chanyeol. Terus karena Professor mau ke sini juga, jadi bareng. Soal pegangan tadi ..."

Dia lirik-lirik Kyungsoo, dan suami gue langsung mengalihkan tatapannya ke kaki Inha sambil berkata, "Dia terkilir di jalan. Sepatunya rusak, jadi tadi sempat beli yang baru dulu."

Miris banget, pikir gue. Akhirnya Wonho membantu gue yang mau berdiri walau masih sempoyongan. Ada tawa kaku yang gue keluarkan tanpa sadar, sambil menatap Kyungsoo dan Inha dengan tatapan siap menyindir.

"Emang sih, terkilir itu lebih parah dari kaki yang pegal-pegal karena nunggu seseorang." Gue menatap keduanya bergantian, melemparkan tatapan jengkel sekaligus enggak suka. Sadar mood gue lagi di ambang jurang, enggak ada yang berani membuka suara lagi. Sampai akhirnya Baekhyun dan Chanyeol menghampiri kami.

Baekhyun menyandarkan tangannya di pundak gue, dengan cengirannya ia berkata, "Lah? Kenapa pasangannya jadi ketuker gini?"


Itu mulut apa perlu gue jahit dulu, ya?

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang