29

2.8K 572 141
                                    

Setelah kejadian di pernikahan Mira dan Chanyeol, gue puasa ngomong sama Kyungsoo. Sekeras apapun dia ngajak ngobrol, gue selalu cepat menghindar. Di saat begini, gue bakal keras kepala. Oke, gue memang tipe cewek yang cengeng dan berani di waktu yang bersamaan.

Buktinya? Kemarin gue kesel sampai rasanya dada gue sesak dan mau meledak saat itu juga. Meledak dalam artian gue pengen nangis karena pada dasarnya gue sulit untuk bisa marah. Tapi di sisi lain gue malah nyindir Kyungsoo dan Inha tanpa bisa mengeluarkan apa keinginan gue.

Gue mau Kyungsoo peka kalau gue enggak suka, gue mau Kyungsoo paham kalau Inha sedang berusaha buat menghancurkan pernikahan kami, dan gue mau Kyungsoo enggak terlalu lurus pikirannya. Sekali-kali dia harus mikirin perasaan, enggak melulu soal logika. Hampir semua cewek emang kayak gue, kan? Maunya dimengerti.

“Hei ...”

Dan sekarang ...? Padahal setahu gue kemarin malam Kyungsoo bilang mau ke kampus, tapi udah siang gini masih aja di rumah. Ganggu gue lagi baca-baca buku resep makanan.

“Hei

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hei ...”

“Manggil siapa, sih? Setan?” tanya gue menoleh ke dia dengan raut yang bosan. Kyungsoo langsung mukulin pelan bibir gue beberapa kali sambil geleng-geleng kepala.

“Ngomong kok jadi seenaknya?” tanya dia bikin gue memalingkan muka. Sejak gue merasa ada monster yang selalu membuat mood hancur, gue memang jadi seenaknya bahkan ketika itu sama Kyungsoo sendiri.

Biarin aja, biar dia tahu kelakukan asli gue kayak gimana!

Kyungsoo menghela napas terus bilang, “Mia, saya enggak ngerti, kamu marah kenapa? Saya emang enggak peka, jadi tolong bantu saya biar enggak bingung gini.”

Sebenarnya gue pun bingung, ini salah gue atau Kyungsoo, sih? Gue yang terlalu banyak diam dan maunya dimengerti mulu atau Kyungsoo-nya yang keterlaluan karena enggak paham situasinya?

“Mau itu baik atau buruk, kalau kamu bilang, mungkin saya bisa mengerti. Saya bisa perbaiki mana yang salah,” lanjut dia pelan. Otak gue berputar, di saat begini apa yang harus gue lakukan?

Mencoba jujur? Atau membiarkannya aja?

Tapi mungkin ini waktunya gue berbagi keluh-kesah sama dia ...

“Mas,” panggil gue duduk menghadapnya. Setelah beberapa pertimbangan, gue akhirnya mencoba terbuka. “saya enggak suka Mas deket-deket sama Inha.”

Kyungsoo mengangguk, ia menggenggam tangan gue sebagai bentuk supaya gue melanjutkannya.

“Mas tahu sendiri saya pernah punya masalah sama dia. Saya dijebak waktu kerja dulu, alasan saya dipecat kemungkinan besar karena ulah dia yang menukar lulur sama semen. Keterlaluan, Mas. Itu terjadi pas dia tahu kalau saya tuh istrinya Mas.”

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang