50

2.9K 555 159
                                    

Mata gue mengerjap pelan. Hal pertama yang gue lihat adalah cahaya lampu, dan raut khawatir milik Kyungsoo. Beberapa kali dia menanyakan keadaan gue, lalu tangannya memencet bel yang membuat suster masuk ke dalam ruangan.

Ah, gue pingsan tadi ...

Setelah selesai diperiksa, gue bangun tanpa diminta dan duduk. Mematung beberapa saat lalu menghela napas. Cuplikan kejadian sebelumnya melintas, tanda bahwa itu semua bukanlah mimpi.

Kembali, Kyungsoo menanyakan keadaan gue sambil menyondorkan air putih. Setelah minuman itu tandas, suami gue dengan telaten mengusap rambut gue dan merapikannya. Enggak lupa duduk di tepi ranjang, berusaha memperhatikan wajah gue yang terus menghindar.

“Pengirim surat itu-"

“Mia, kamu baru aja sadar. Kenapa harus itu yang kamu pikirkan?” tanya Kyungsoo memotong ucapan gue. Sejelas-jelasnya gue mengeluarkan opini kalau masalah ini harus segera selesai. Atau kalau enggak, orang itu bakal bikin ulah lebih dan lebih.

Kyungsoo mengerti, dia bahkan berniat menyeret orang itu ke hadapan gue hari ini. Sayangnya Mira menghubungi Kyungsoo dan ia lupa pada niat awalnya. Gue pun sempat memaksa menanyakan penerornya, tapi Kyungsoo langsung mengelus perut gue yang belum membuncit seperti kak Irene sambil menjelaskan kalau kandungan gue yang terpenting saat ini. Andai kata gue terus banyak pikiran, enggak baik juga, kan?

Toh, kebencian gue menghilang entah kemana setelah bertengkar sama Inha. Terutama fakta yang hari ini terkuak banyak. Jadi gue enggak membantah perintah Kyungsoo yang menyuruh gue supaya istirahat.

	“Orang itu akan saya jebloskan ke penjara,” ucap Kyungsoo tiba-tiba setelah kami terdiam cukup lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Orang itu akan saya jebloskan ke penjara,” ucap Kyungsoo tiba-tiba setelah kami terdiam cukup lama. Mata gue membulat mendengar keputusannya, dan ia hanya mengangguk pelan. “hanya itu yang boleh kamu tahu. Sekarang, merasa tenang?”

Emm ...” sahut gue seadanya. Belum sempat bertanya lebih, seseorang masuk dan mengganggu Kyungsoo yang sibuk memainkan jari-jari gue. Dia adalah Wonho, seseorang yang membohongi gue selama kami bersama.

Dia meminta izin untuk bicara sama gue hanya berdua, walau awalnya Kyungsoo menolak keras, gue menyetujui ucapan Wonho. Gue bahkan memperbolehkan Kyungsoo untuk mengawasi gue di luar kalau Wonho macam-macam.

Akhirnya, kami berdua sekarang. Enggak ada yang berniat membuka suara dari masing-masing. Gue? Jangan harap deh membuka mulut. Rasanya gue kecewa banget sama Wonho.

“Kamu harus denger penjelasan aku dulu, Mia.” Seakan mengerti walau kami hanya saling tatap, dia langsung menjelaskan kejadiannya tanpa gue minta.

Hari itu, hari di mana Wonho menghamili Inha. Persis saat malam di mana gue diculik sama Kyungsoo ke sebuah hotel dalam keadaan mabuk. Setelah Kyungsoo memukul wajahnya sampai lebam bahkan terluka, dia bilang untuk enggak mendekati gue lagi apapun keadaannya.

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang