Prof. Asti POV
Gue bener-bener pusing setelah mengulang reka adegan kejadian tadi. Saat Inha menuduh bahwa anak dalam kandungannya itu anak gue, semua bukti yang dia keluarkan, dan Mia yang mulai runtuh kepercayaannya terhadap gue.
Sekarang, rumah rasanya sepi. Mia kabur lagi entah kemana.
"Kyungsoo ..." Gue melirik sekilas kak Irene yang sempat memperkeruh suasana. Dia ikut ke rumah karena mau penjelasan, sedangkan gue masih diam. " ... jujur deh, bener kamu ke hotel itu waktu seminar?"
"Iya."
Buat apa gue bohong? Memang kenyataannya gue ke sana. Apa yang gue katakan sama Mia pun bukan sebuah kebohongan, gue memang ke hotel itu dengan Inha.
"Ngapain? Kamu tuh udah nyakitin perasaan Mia, tahu," sahut kak Irene dengan nada yang lelah. Sama halnya dengan gue yang daritadi buang napas, lelah. Dia duduk di samping gue dan meminta jawaban dengan raut wajahnya.
"Waktu itu Inha menghubungi saya ..." Dan tumpahlah semua kebenaran yang terjadi. Saat itu, Inha menghubungi gue dan meminta datang ke hotel tempat di mana dia menginap untuk membicarakan surat terror.
Setelah gue menikah dengan Mia, memang ada beberapa surat terror yang enggak gue tahu siapa pengirimnya. Gue enggak ambil pusing, karena gue pikir kalau orang itu berani, dia enggak bakal menggertak gue dengan cara rendah begitu.
Tapi lama-lama, beberapa kali itu hampir ketahuan Mia dan gue mulai khawatir. Gue enggak mau bikin dia kecewa dan sakit hati.
Sampai Inha bahas surat itu yang membuat gue tertarik untuk menemukan pelakunya.
Saat gue datang ke hotel, Inha menyambut gue dengan raut takutnya. Entahlah itu hanya perasaan gue aja atau bukan, yang jelas itu yang gue ingat.
Gue sempat menuduhnya secara enggak langsung kalau dia peneror itu, tapi Inha menyanggahnya. Dia hanya memberikan secarik foto yang membuat gue mulai mengerti situasi yang sebenarnya.
Dia memberikan gue foto IU, orang yang pernah sangat mengganggu kehidupan gue karena rasa cintanya. Foto di mana IU menulis sebuah surat.
Saking marahnya, gue enggak sadar kalau sebenarnya itu jebakan Inha untuk gue agar bisa datang ke hotel. Entahlah, gue enggak tahu dia dapat bukti darimana soal gue yang membayar hotelnya.
Tapi yang jelas, gue memang datang ke sana tapi enggak melakukan apapun dengan Inha. Kami hanya mengobrol!
"Inha gila, Kyungsoo ..." desis kak Irene sambil menggeleng, dan gue setuju sampai saat ini. Biarlah urusan IU gue kesampingkan dulu, yang jelas masalah Inha lebih penting untuk gue selesaikan.
Bisa kacau kalau Mia benar-benar menganggap gue menghamili gadis lain ...
"Tapi masuk akalnya di mana dia bisa punya bukti pembayaran atas nama kamu, di saat jelas-jelas kamu enggak bayarin dia?" tanya kak Irene membuat gue mematung. Hening merayap dengan perlahan. Otak gue bekerja seketika, dan gue keluarkan foto IU di dalam saku dan mengingat beberapa hal.
"Hotel yang dipakai anak-anak waktu saya kena obat perangsang dan lokasi hotel yang Inha tempati waktu itu ..."
"Kenapa?"
Gue menelan ludah dengan pelan, " ... sama."
Gue menunjuk IU dan menatap kak Irene dengan sedikit enggak percaya.
"Hotel keluarga dia."
"Kamu serius?" tanya kak Irene yang diangguki yakin oleh gue. "Dia orang yang nganterin Mia tadi, loh. Sama cowok juga. Dan sebelum aku bener-bener masuk ke kamar Inha, aku sempat nyuruh mereka pulang. Tapi cewek ini ... Malah diam."
Ahh ...
IU ...
Apa mungkin dia biang masalahnya? Gue harus menyelidiki ini.
👀
"Mas?"
Gue tersentak saat Mia menepuk pundak gue lembut, tapi gerakkan yang sangat tiba-tiba itu membuyarkan lamunan.
"Ngapain?"
"Ngelamunin yang random aja," sahut gue sambil senyum tipis. Sampai saat ini, Mia belum tahu kebenaran yang gue lamunkan tadi. Kalau gue kasih tahu, dia pasti bakalan ngerasa bersalah banget sama Inha.
Karena apa? Karena saat itu, secara enggak langsung Inha membantu gue untuk menyambungkan masalahnya dengan masalah gue. Dia menjalankan perintah IU supaya gue datang ke hotel dan membuat bukti palsu, tapi di sisi lain dia memberitahukan siapa dalang dari semua masalah yang tercipta.
Saat itu, gue melakukan banyak hal yang enggak Mia tahu. Agar rumah tangga kami kembali utuh seperti sekarang. Dikelilingi kebahagiaan.
Biarlah, untuk apa bilang padanya kalau hanya mengorek luka di hati Mia? Lagipula maslaah itu udah berakhir lama.
"Mas, enggak ngambil cuti buat dia?" tanya Mia sambil duduk di sebelah gue yang tadinya sibuk memeriksa tugas mahasiswa. Mia nunjuk perutnya yang sudah membuncit, membuat gue tersenyum spontan.
"Sebentar lagi, ya?" tanya gue sambil mengelus perutnya lembut. Mia mengangguk dan menatap gue di sela-sela kegiatan kecil itu. "Nanti lagi aja dibahasnya. Omong-omong, mau kita kasih nama siapa?"
Mia mengedikkan bahunya, dan gue berpikir keras untuk mencari nama anak pertama kami ini. Memang sebelumnya kami belum pernah membahas perihal nama.
"Jangan serius gitu, ih," ujarnya ketawa manis yang bikin gue ikut tersenyum. "Kalau Gio gimana? Artinya putra yang murah hati, loh! Bagus, kan? Itu saya baca cerita di Wattpad, lucu aja gitu."
Gue mengangguk, nama itu enggak buruk juga. Apapun, asal Mia bahagia pasti bakal gue turutin. Dengan gerakkan halus gue mengelus perutnya lagi dan terkekeh.
"Halo, Gio. Sebentar lagi kita bakal bertemu dan bermain bersama ..." Dan kalimat itu sukses bikin Mia ketawa sambil mengusap rambut gue pelan.
"Halo, ayah! Sambut Gio dengan baik, ya! Jangan kasih Gio tatapan tajam!" sahut Mia sok-sok meniru gaya anak kecil yang tampak lucu di mata gue.
"Kamu apa-apaan, sih? Kan saya enggak akan ngasih tatapan tajam ke Gio kalau dia lahir." Tawa Mia makin keras mendengar ucapan gue.
Dia bilang, "Lucu juga ya kalau misalnya nanti Gio lahir terus Mas pelototin."
Dan setelahnya, dia meniru cara gue menatap ke semua cowok yang suka curi-curi pandang ke arah Mia. Walau gue kesel, tapi gue senang melihatnya ketawa gini. Kecantikannya akan menjadi walau dia sering ngeluh soal berat badannya yang naik banyak, dan menuduh gue untuk berpaling ke perempuan lain.
Siapa juga?
Perempuan secantik dan sebaik ini enggak bakal gue sia-siakan.
Itu pasti.Nah, bagian itu yang Mimu lupa jelaskan wkwk. Apa mungkin dari kalian ada yang bertanya-tanya, "Terus kenapa Kyungsoo ke hotel waktu itu?"
Jawabannya ya, itu. Kalau enggak ada yang bertanya-tanya, wahh ... parah wkwkwk. Kalian enggak teliti (?)😂😂🔫🔫
Selesai! Udah, ya! Stay tune, udah ini Mimu update DO'S FAMILY! Sampai jumpa di lapak sebelah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prof. Astigmatism
FanfictionJatuh cinta ... Bisa berawal cuma dari bertatapan. Miliknya, sangat menusuk tapi membuat penasaran. Siapa sangka? Professor muda dengan tatapan tajam itu akan menjadi suami dari seorang cewek yang jomblo dari lahir? Jadi, mari kita belajar mencint...