Hari ini, rencananya gue mau minta maaf sama ibu mertua karena kemarin-kemarin sempat berlaku enggak sopan. Dan jangan lupa, gue juga mau nyoba –lagi- buat ngobrol sama Kyungsoo soal pindah rumah. Niat gue baik, kan?
Sayangnya hari ini tidak sebaik yang gue harapkan.
Sekarang gue lagi dimaki-maki sama salah satu pelanggan, ibu-ibu rempong yang kecewa berat karena gue salah oles saat luluran. Padahal jelas-jelas botol yang gue bawa tuh lulur kuning Jawa, tapi gue baru sadar itu isinya semen. Parah enggak, sih? Dan sialnya lulur itu udah sampai ke kulitnya pelanggan gue.
Alhasil dia marah-marah karena ada di beberapa titik yang udah mengering. Soalnya tadi pas gue mau bersihin, dia mengutamakan ngomel. Bahkan sampai sekarang pun dia belum puas marahin gue.
“Maaf ya, nanti saya ganti rugi.” Pemilik salon udah ngomong itu berkali-kali sambil minta maaf, dan pelanggan itu pergi juga dengan amarah yang belum reda. Akhirnya pemilik salon ngasih kode agar gue ikut sama dia ke ruang kerjanya.
Sebelum bener-bener masuk, gue sempat lihat Inha pegang botol yang tadi jadi biang masalah gue dengan senyuman tipisnya. Tangan gue mengepal, tapi sayangnya gue belum bisa apa-apa.
👀
Gue masuk dengan terburu-buru ke dalam rumah. Bahkan gue banting pintu yang membuat ibu mertua dan kak Irene kaget. Mereka nyamperin gue dengan raut khawatir.
“Kamu kenapa, Mia? Ada masalah?” tanya ibu mertua dengan lembut. Gue cuma menggeleng sambil mencoba nyari jalan biar bisa ke kamar. Sesak, napas gue naik-turun enggak beraturan. “Ngomong dong, Nak. Biar kami bisa bantu. Kita kan keluarga sekarang.”
“Iya, kalau ada apa-apa cerita,” tambah kak Irene pegang tangan gue yang satu lagi. Gue secara spontan hentakkin kedua tangan dan natap mereka jengah.
“Aku mau sendiri!” Setelah ngomong itu, gue nutup mulut dan ngerasa bersalah banget. Ledakkan amarah tadi enggak gue rencanakan. Gue pikir, sekarang gue bener-bener cewek yang enggak tahu sopan santun. Gue malu sekaligus takut. “Maaf, aku enggak maksud-”
Belum sempat omongan gue beres, air mata yang daritadi menggenang akhirnya jatuh juga. Gue buru-buru lari, mengabaikan ibu mertua dan kak Irene yang manggillin gue.
BRAK!
Gue terlonjak kaget setelah menutup pintu dan mendapati Kyungsoo, suami gue, si Prof. Asti lagi buka kameja putihnya. Dia natap gue bingung sekaligus kaget karena bantingan pintu tadi. Sedangkan gue masih belum bisa mengkondisikan air mata dengan baik, dan alhasil jatuh terus ke pipi.
“Tumben ... pul ... pulang cepet ...?” tanya gue sesegukan sambil berusaha buat menghindari tatapan dia.
“Kamu kenapa?” tanya dia datar. Gue cuma duduk di bibir kasur dan melepaskan jam tangan sambil sesekali ngusap air mata. Tapi belum selesai kelepas, Kyungsoo yang enggak mendapat jawaban apa-apa udah duduk di samping kanan gue dan tiba-tiba meluk dengan gerakan yang pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prof. Astigmatism
FanfictionJatuh cinta ... Bisa berawal cuma dari bertatapan. Miliknya, sangat menusuk tapi membuat penasaran. Siapa sangka? Professor muda dengan tatapan tajam itu akan menjadi suami dari seorang cewek yang jomblo dari lahir? Jadi, mari kita belajar mencint...