59 [THE END]

2.9K 490 109
                                    

Kyungsoo memegang tangan gue yang ikut beresin barang-barang. Waktu gue menoleh, dia menggeleng tanda gue enggak boleh melakukan apa-apa. Setelah cukup lama, akhirnya gue pulang hari ini. Tentu saja rawat jalan jadi pilihan daripada gue mendekam di rumah sakit.

Gue berangsur duduk di kasur dan Kyungsoo beresin apa yang tadi gue kerjakan. Kak Irene datang sebentar lalu pamit nungguin di rumah, bantuin ibu mertua.

“Saya mau nanya deh, Mas,” ujar gue memecah keheningan. Mumpung Ayah sama Mark lagi siapin mobil di luar. Kyungsoo menyahut pelan dan melirik sekilas. “dulu Mas pernah pacaran ya sama kak Irene?”

Seketika Kyungsoo menatap gue dengan sorot yang cukup tajam dan menggeleng yakin.

Ck, tatapan itu lagi.

“Serius?”

“Ngapain saya enggak seriusin kamu?” tanya dia bikin gue cemberut. Akhirnya gue nyari foto Kyungsoo dan kak Irene yang sempat gue abadikan di handphone. Soalnya foto yang gue curi entah kemana.

Gue tunjukkin ke dia dengan dagu yang terangkat. “Nih!”

“Itu foto kelulusan apanya yang bisa buat kamu berpikir kami pacaran?” tanya dia sambil menghentikan kegiatannya, mungkin tahu tatapannya tadi khilaf, ia sedikit meneduhkannya. Dengan cukup banyak pertimbangan, gue menjelaskan kecurigaan gue soal hubungan mereka.

Keanehan kenapa ibu mertua kayak menyembunyikan sesuatu pas gue tanya soal foto itu, dan beberapa kejadian yang bisa gue tangkap kalau kak Irene pernah punya hubungan lebih dari teman. Apalagi kak Irene bisa nikah sama kakak Kyungsoo karena kedekatan mereka.

“Oh.”

Gue kebal dong, guys. :)

Kyungsoo beresin barang-barang lagi. Membiarkan gue dongkol sendirian sambil meremas seprai kasur.

“Mas!”

“Ya ampun, kami hanya berteman. Alasan Ibu enggak mau ngasih tahu kenapa kami bisa sedekat itu, soalnya dulu enggak ada yang mau deketin kak Irene. Dia itu Mahasiswa Abadi, makanya bisa kenal sama saya.”

“Saya bantuin dia lulus tahun itu, makanya fotonya pakai toga bareng.”

“Dia malu kalau ada banyak orang yang tahu. Jadi dia wanti-wanti ke anggota keluarga yang lain, supaya enggak cerita siapa-siapa. Termasuk Ibu.”

“Puas?”

Gue mengedipkan mata berkali-kali mendengarnya.

Sungguh … ini di luar ekspetasi!

Wanjeon daebak!

Mahasiswa abadi katanya?! Wajah yang bak orang pinter itu?! Waw, gue ketipu!

“Kyungsoo!” teriak seseorang membuat kami tersentak dan menoleh ke pintu. Kak Irene datang dengan wajah merah padamnya, tapi gue yakin itu bukan karena tersipu. Mungkin lebih ke menahan amarah. Dia langsung aja masuk ke kamar dengan langkah yang besar-besar.

“Loh? Bukannya tadi izin pul-AAAARGHH!” Gue mendekati Kyungsoo dengan panik, jelas aja ibu hamil itu tiba-tiba menjambak rambut suami gue dengan beringasnya.

“Kak! Ya ampun, jangan berantem di sini!” seru gue sambil ikut pegangin tangan kak Irene biar lepas. Mark dateng sambil ketawa, walau ikut susah payah melepaskan jambakkan kak Irene.

“Udah dibilangin jangan kasih tahu siapa-siapa! Nyebelin banget, sih!” serunya membuat Kyungsoo meringis, kayaknya menyesal.

Gue mengusap rambutnya sambil bilang, “Udahlah, Kak. Enggak apa-apa, itu kan bukan sesuatu yang buruk.”

Prof. AstigmatismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang