BAB 1

18.2K 717 37
                                    

Cie ... mampir.

Warning: Wajib Membaca sampai Bab 5 ⚠️ setelah itu Anda bisa memilih, lanjut atau tidak?

Usahakan jangan overthinking. Bahaya!

****

Gadis berkerudung hitam berdiri di depan rumah tak berpenghuni. Sudah jelas rumah itu kosong dan ia masih mengharapkan seseorang yang menempatinya kembali. Bahkan ia mengharapkan keajaiban datang agar tak terus-terusan merenung. Setelah merasa puas dengan rindu, Gadis itu pun memilih pulang ke rumahnya.

Gadis itu tersenyum saat daun jatuh tepat di kakinya. Ia pun kembali melanjutkan langkah agar sampai di rumah tepat waktu. Dengan begitu ia bisa mengistirahatkan pikiran yang menumpuk.

"Assalamu'alaikum," sapa gadis itu saat memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam." Kedua orang tuanya menjawab dengan kalem. Mereka sedang asik menonton acara kajian di televisi.

"Darimana, Nak?" tanya Ali selaku Abi gadis itu.

"Rumah Zahra, Abi." Gadis itu mengulas senyum sambil menyalami tangan orang tuanya.

"Ya udah, buruan mandi sebentar lagi Maghrib," sahut Umi. Gadis itu mengangguk patuh.

Buru-buru ia memasuki kamar untuk segera membersihkan tubuhnya yang lengket. Beberapa menit kemudian gadis itu telah rapi kembali dengan pakaian tidurnya.

Gadis itu merebahkan diri di kasur sambil bermain ponsel. Dari ponsel ia bisa melihat informasi baru dan ceramah para Ustadz/Ustadzah yang bagus untuk ditonton.

"Alsa," panggil seseorang sambil mengetuk pintu kamar gadis berkerudung hitam.

"Iya, bentar."

Alsa turun dari ranjang lalu membuka pintu kamar. Di hadapannya sudah ada Kakak-nya bernama Aisyah. Usia mereka selisih empat tahun, tidak terlalu jauh apalagi wajah mereka terlihat seumuran.

"Kenapa Kak?"

"Mau cari novel, kakak udah cari kemana-mana nggak ada. Kamu 'kan yang ambil?" hardik Kak Aisyah dengan mata menyalang tajam.

Alsa menggeleng ribut. "Nuduh, ih." Alsa memilih duduk di ranjang sembari melihat Kakak nya yang sibuk mencari novel.

"Terus kalo bukan kamu, siapa?" Aisyah menyenderkan tubuhnya ke meja belajar. Ia sedang memikirkan kembali di mana terakhir kali ia meletakkan novel.

"Mana aku tahu." Alsa mengangkat kedua bahunya. Ia mengingat jelas sudah mengembalikan novel itu ke kamar Kak Aisyah.

Aisyah menghela napas. Dari banyaknya novel yang ia punya, novel yang hilang adalah novel paling berharga. Sebab novel itu pemberian dari sahabatnya yang hendak ke Turkey. Aisyah merasa bersalah sudah menghilangkan barang pemberian orang lain.

"Coba Kakak ingat-ingat lagi. Siapa tau ketinggalan di kampus," ujar Alsa yang kasian pada kakak-nya.

"Gak mungkin. Kakak udah taro dalam tas pas mau sholat."

"Kalo beneran ketinggalan gimana? Atau udah diambil orang novelnya," ledek Alsa dengan alis naik-turun.

"Gak lucu."

Aisyah memberi tatapan tajam pada Alsa yang tidak mengerti situasi. Adiknya itu benar-benar tidak membantu sama sekali. Mereka berdua seperti kucing dan tikus, jika tidak bertengkar tidak puas.

Malam harinya selepas makan malam dan sholat Isya' keluarga Alsa berkumpul di ruang tengah. Mereka bercerita tentang kehidupan hari ini dan apa saja yang menjengkelkan. Tentu tidak semua Alsa beritahu, sebab rasa kecewa selalu ada di dalam hati. Bagi Alsa menceritakan satu hal itu tidak merubah keadaan, namun ia percaya takdir Allah itu indah.

Ditengah-tengah obrolan mereka tiba-tiba bel rumah berbunyi. Alsa memutuskan biar ia saja yang membukanya.

"Siapa yang datang malam-malam gini?" ujar Alsa bermonolog. Gadis itu membuka pintu dengan rasa penasaran.

Alsa terkejut melihat di hadapannya sudah ada seorang Laki-laki dengan baju batik khas Indonesia. Dia datang bersama dua orang lainnya, mungkin itu ibu dan bapaknya.

"Assalamu'alaikum," ujar Laki-laki itu dengan senyum terukir di wajah.

"Waalaikumsalam," jawab Alsa lalu membalas senyum. "Maaf, ada apa ya kemari?"

"Ada hal yang ingin kami sampaikan. Jika berkenan, boleh kami bertemu dengan orang tuamu?" Lelaki itu mengambil kesempatan berbicara.

Alsa dibuat kaku mendengar kata 'orang tuamu'. Apa maksud semua ini? Ia tidak akan dilamar secepat ini 'kan? Alsa tidak ingin jika harus menikah muda apalagi ia masih sekolah, masih butuh setahun lai untuk lulus.

"O–orang tua?" Alsa gugup bukan main sekarang.

"Iya." Mereka sebagai tamu mengangguk.

"Maaf, tunggu sebentar, ya."

Alsa menutup kembali pintu, lalu masuk menemui orang tuanya. Sungguh ia menyadari sikapnya terhadap tamu tidak sopan. Apalagi tamu dibiarkan menunggu tanpa menyuruhnya masuk.

Saat di ruang tengah keberadaan ia membuat orang tuanya bingung. Raut wajah Alsa tampak gelisah, bahkan terlihat sangat jelas.

"Kenapa Alsa?" tanya Umi yang langsung berpindah duduk di dekat putrinya.

"Dek, kenapa, sih? Yang datang maling?" sahut Aisyah.

Alsa mengambil napas, setelah itu barulah ia berujar, "Umi sama Abi gak jodohin Alsa, kan?"

Sontak semua yang mendengar melebarkan matanya. Mereka sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Alsa.

"Alsa, Umi sama Abi gak pernah jodohin kamu. Kamu juga masih sekolah," ujar Abi dengan tampang menyakinkan.

"Tapi tamu yang di luar itu datang sama orang tuanya mau ketemu Abi, Umi."

"Mereka masih di luar?"

"Iya." Alsa mengangguk ragu.

Abi lantas menemui tamu yang menunggu itu. Tidak baik membiarkan tamu berlama-lama menunggu.

****

REVISI!

Akhirnya update dengan warna baru. Gimana suka revisi nya?
Spam komen ya!

Bantu votmen ♥️ share Bucinnestar ✨

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang