BAB 12

3.4K 288 16
                                    

Bucinnestar janlup votmen banyak-banyak! Bantu share juga 💓

****

Glenn Fredly–Kembali ke Awal
(Official Music Vidio)

****

Suasana tongkrongan yang membosankan membuat Rian jengah. Daritadi Lelaki itu mondar-mandir dengan pikiran berkelana. Semua anggota Vernski bingung dengan Rian–Ketua mereka. Tidak biasanya mereka melihat Rian sebegitu galaunya, biasanya jika galau melanda Rian akan menghabiskan waktunya dengan merokok dan tidur. Biasalah anak muda yang hidup bebas, bagi mereka jalan keluar masalah itu dengan merokok.

Fahri yang merasa kasian sekaligus penasaran berdiri menghampiri Rian. Tangannya mengambil bangku untuk duduk di samping Rian yang tengah berdiri.

"Duduk kali, Yan. Gak capek Lo berdiri mulu?" Fahri menepuk bangku di sebelahnya untuk Rian duduki.

Rian menghela napas berat, lalu mengikuti perkataan Fahri untuk duduk. Wajah tampan Lelaki itu terlihat sangat gusar, guratan di kening saja kelihatan.

"Lo kenapa, Yan? Cerita kali ke gue," ujar Fahri yang tidak ingin sahabatnya memendam cerita sendiri.

"Kepo lo." Bukannya menjawab Rian justru mengejek Fahri yang baginya hanya penasaran bukan peduli.

Fahri berdecih. Nasib punya sahabat yang sifatnya kaya kulkas tujuh pintu–dingin. Terlebih lagi dia harus tahan banting jika bersama Rian, disuruh apa-apa nurut.

"Terserah Lo aja, deh. Gue mah cuma kasian liat Lo mondar-mandir gak jelas." Fahri menyenderkan kepalanya di dinding–lelah dengan sikap Rian.

Rian beralih menatap mata sahabatnya. Sorot mata yang Rian layangkan pada Fahri begitu tajam seakan menembus ulu hati.

"Arrgh!" Rian berteriak sambil mengacak gusar rambutnya.

Teriakannya membuat yang lain menatap ke arahnya. Rian kemudian berdehem dan membuat semua yang lain kembali ke aktivitasnya masing-masing, mereka takut sebab deheman itu berupa kode yang harus mereka patuhi. Dan mereka tahu jika Bos nya itu tidak suka menerima tatapan mata dari siapa pun, sebab bagi Rian sorot mata saat anak buahnya menatapnya menunjukkan rasa sok peduli dan penasaran.

Rian tidak tahan jika begini terus! Bisa-bisa ia hilang kendali dan berkelahi. Mungkin, kali ini ia harus menceritakan masalahnya dengan Fahri–sahabatnya itu.

"Ri, gue mau cerita tapi bukan di sini." Rian bangkit dan berjalan keluar dengan tergesa-gesa.

Fahri yang mengerti maksud sahabatnya pun ikut bangkit dan keluar. Matanya mencari sosok Rian yang ternyata sudah   duduk di bawah pohon rindang, ia segera menghampirinya.

"Lo cerita aja biar gue dengerin." Fahri satu-satunya orang mengerti Rian, walaupun kadang Rian bersikap seenaknya namun Fahri tidak mempermasalahkan itu.

"Thanks, gue percaya lo." Rian menepuk pundak Fahri seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa, dan seperti sahabat kebanyakan orang.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang