Alsa menyusuri koridor sekolah dengan langkah pasti. Disetiap langkah ia melafalkan dzikir kepada Allah SWT. Suatu keharusan berdzikir untuk-Nya.
Tiba-tiba seseorang datang dan mengambil langkah di sampingnya. Alsa terkejut melihat lelaki itu dengan seragam sekolah yang kacau. Lelaki itu mengenakan baju yang tidak dimasukkan, bahkan kancing baju pun tidak terpasang sampai dada.
"Astaghfirullahala'zim." Alsa sontak memalingkan wajah dan pergi menjauh dari Lelaki itu.
Buru-buru Alsa memasuki kelas dengan napas naik-turun. Ia seperti orang yang habis melihat hantu. Biasanya Alsa melihat lelaki itu dari kejauhan dan hari ini ia berada tepat di sampingnya. Bagaimana pun Alsa harus berhati-hati agar tidak bertemu lagi dengan lelaki itu lagi. Sungguh ia sangat takut jika harus berhadapan dengan lelaki yang terkenal jahat dan urakan.
Sahabatnya yaitu Zahra baru saja masuk ke dalam kelas, kemudian ia duduk bersebelahan dengan Alsa. Melihat ada yang tidak beres dengan sahabatnya, Zahra mencoba bertanya.
"Alsa, lo kenapa?" tanya Zahra penasaran.
Alsa mencoba mengendalikan emosi dengan mengambil napas terlebih dahulu. Setelah itu barulah ia berujar, "Aku habis ketemu sama preman sekolah. Tiba-tiba dia jalan di samping aku."
"Yang benar, terus gimana? Dia macam-macam gak sama lo?" Alsa menggeleng ribut.
"Alhamdulilah, aku enggak di apa-apain. Habis liat dia aku langsung lari ke kelas, makanya ngos-ngosan." Alsa tertawa kecil. Sekarang ia tidak begitu takut sebab sudah menceritakannya pada Zahra.
"Bagus, deh. Kalo bisa setiap ketemu dia Lo harus lari biar enggak di apa-apain," ujar Zahra dengan penuh semangat.
"Tapi, Zah, menilai orang dari luarnya aja itu enggak bagus. Belum tentu dia mau nyakitin aku."
"Benar, sih, tapi kita harus antisipasi dini biar gak nyesel." Zahra mengeluarkan buku harian yang tak pernah absen di dalam tas. "Gak heran sih kalo preman sekolah itu jalan di samping Lo. Orang kerjaannya godain cewek mulu. Ingat Lo jangan sampai ke goda," pesan Zahra untuk kebaikan bersama.
Alsa mengangguk patuh. Ia sangat berharap jika apa yang dikatakan Zahra sepenuhnya tidak benar, namun bagaimana pun ia harus mendengarkan ucapan sahabatnya.
Saat istirahat Alsa memilih untuk tinggal di kelas, sedangkan Zahra pergi ke kantin untuk membeli batagor Bude. Alsa membuka buku catatannya untuk belajar, setelah istirahat akan ada ulangan harian kimia. Tadi malam ia sama sekali tidak membuka buku karena tamu yang tak diundang itu datang.
Alsa mendongakkan kepalanya, menatap satu piring batagor dan es teh mendarat di atas meja. Alsa kaget melihat itu datang tiba-tiba. Kebiasaan.
"Makasih––" ucapan Alsa menggantung di udara.
"Sama-sama." Suara berat lelaki itu menembus ke telinga Alsa.
Buru-buru Alsa berdiri dan menjauh dari lelaki di hadapannya. Preman sekolah itu datang lagi, padahal tidak ada kepentingan sama sekali. Apa benar jika Lelaki itu sedang mencari mangsa untuk di goda? Lantas mengapa harus ia. Sungguh Alsa tidak ingin masuk ke dalam lubang masalah.
"Ka--kamu mau ngapain?" tanya Alsa yang gugup sebab takut. Lelaki di hadapannya menatap dengan intens.
"Makan dulu." Lelaki itu menepuk bangku agar Alsa duduk di sebelahnya. "Lo gak usah takut, gue gak akan ngapa-ngapain."
Alsa menggeleng ribut. "Tolong jangan ganggu aku."
Suasana kelas yang sepi membuatnya harus berhati-hati. Saat Alsa ingin berlari keluar, lelaki itu menahan dengan perkataan yang serius.
"Gue bakal ganggu Lo terus kalo Lo gak makan."
Lelaki itu mengangkat telunjuk dan memberikan arahan agar Alsa mengikuti perintahnya. Hal itu tidak membuat Alsa menurut justru ia berlari keluar hingga tergesa-gesa bertemu Zahra. Zahra lantas kebingungan melihat tingkah Alsa.
"Alsa, Lo kenapa, sih?" tanya Zahra sambil mengerutkan kening. Di kedua tangannya sedang membawa makanan untuk mereka berdua.
Alsa mengatur napasnya sejenak, setelah itu barulah ia berujar, "Di dalam kelas ada preman sekolah. Dia kasih aku batagor sama es teh. Serem tau gak." Alsa menggidikkan bahunya.
"Wah, harus diomelin nih."
Zahra berjalan cepat dengan tangan masih memegang makanan. Alsa mengikutinya dari belakang, takut terjadi sesuatu jika ia membiarkan Zahra melawan preman itu sendirian. Sesampainya di kelas Zahra tanpa takut langsung mengusir Lelaki yang berani mengganggu sahabatnya.
"Eh, ada preman sekolah. Mau ngapain? Mau godain temen gue, huh?" Zahra mengangkat dagu dan kedua tangan memegang pinggang. "Mending keluar, deh, gak bagus nyelonong masuk kelas orang. Pada takut apalagi yang masuk preman."
Sungguh Alsa merasa bersalah sudah membiarkan Zahra mengatakan itu. Seharusnya ia tidak usah berlebihan menanggapinya. Alsa maju selangkah untuk menahan Zahra agar menghentikan apa yang diucapnya.
"Zah, udah ya, aku gak mau masalahnya makin panjang," bisik Alsa sambil memalingkan wajah dari Lelaki di depan sana.
Gadis berkerudung itu merasa tidak nyaman saat siswa lain menjadikannya objek tatapan. Bahkan ada yang berbisik karena penasaran dengan kejadian sebenarnya. Baiklah, waktunya Alsa mengatakan sesuatu untuk menyudahi kesalahan pahaman ini.
Tanpa disangka Lelaki itu berjalan mendekati Alsa, alhasil membuat suasana semakin riuh. Lelaki itu kini berdiri di hadapannya dengan tampang tak terbaca. Jika perempuan lain yang menjadi Alsa, mungkin mereka akan berteriak kegirangan sebab preman berwajah tampan itu sangat mudah digapai.
Tiba-tiba lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari saku dan memberikannya pada Alsa.
"Ini uang lo, gue nemu di koridor," ujar lelaki itu sambil memberikan uang yang ditemuinya pada Alsa.
Alsa baru sadar setelah mengecek saku yang kosong. Itu berarti Lelaki di hadapannya berkata benar jika uangnya memang hilang. Alsa pun mengambil uang itu dari tangan lelaki di depannya.
"Makasih," ujar Alsa yang merasa bersalah sudah berburuk sangka pada lelaki itu.
"Gue mau balikin tapi lo udah keburu lari. Dan itu," tunjuk lelaki itu ke arah meja. "Gue kira lo mau jajan jadi gue bawain batagor." Lelaki itu mengulas senyum yang jarang diperlihatkannya.
"Dimakan jangan cuma diliatin," ujar lelaki itu, kemudian berjalan keluar kelas.
Suasana kelas benar-benar riuh melihat preman sekolah bisa berlaku sebaik ini. Bahkan guru BK yang hendak membubarkan kerumunan pun ikut menonton dan bertepuk tangan setelah melihat kejadian itu.
****
REVISI!
Gimana nih suka ga?
Jangan lupa spam komen ya! Main gih ke instagram @Kimelsxri folow"an kita.Bantu votmen ♥️ share Bucinnestar ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita
EspiritualAWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semesta menciptakan kita untuk saling melengkapi. Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Namun, ada baiknya jangan beri cintamu untuk Dia yang...