BAB 29

2.4K 204 16
                                    

Assalamu'alaikum Bucinnestar!
Semoga kalian sehat dan murah rezekinya. Makasih udah mau lanjut baca ceritaku.

Untuk sekarang kalian yang overthinking mending jangan baca deh. Ya walaupun cerita ku ini biasa aja tapi aku harap kalian suka ya.

Aku siapin nama nih buat pembacaku.

"Dengan ini saya Kim menyatakan bahwa Bucinnestar menjadi panggilan khusus untuk readers Saya tercinta!"

Oct, 30 21

****

Antique––Satu Bintang

****

"Meski saat ini tak bersama, ada doa yang tersemat semoga di dalamnya."

****


"Alhamdulilah." Alsa mengucap syukur saat perawat membawa Reynand keluar dari ruangan kemoterapi.

Reynand harus dirawat dahulu untuk memulihkan pasca kemoterapi. Kondisinya sangat lemah jika dipaksakan untuk pulang, lagipula itu sudah jadi prosedur kemoterapi. Jarang sekali orang pasca kemoterapi diperbolehkan pulang lebih awal. Yang pasti Reynand harus segera dipindahkan ke ruang rawat jalan.

Senang rasanya ditemani orang terkasih, terlebih lagi dia adalah sahabat. Reynand yang terbaring di kasur dengan senang mengukir senyuman meskipun dalam kondisi lemah.

"Kamu temani dia ya, kalau ada apa-apa segera hubungi saya." Dokter Ribka selaku dokter yang menangani Reynand memberi pesan pada Alsa.

"Baik Dok." Alsa mengangguk mengerti.

"Ya sudah kalau begitu saya tinggal dulu," kata Dokter Ribka sambil tersenyum manis.

"Makasih Dokter," ujar Alsa sopan.

"Sama-sama."

Alsa duduk di sebelah kasur Reynand dimana tempat lelaki itu sedang terbaring menahan sakit pasca kemoterapi. Alsa tidak bisa membayangkan betapa sakitnya tubuh setelah kemoterapi, dan Reynand sudah melakukan itu beberapa kali selama lima tahun ini.

Reynand tersenyum melihat Alsa di sebelahnya. Duduk dengan wajah terpantau cemas, entah itu cemas karena baru pertama kali menemani atau prihatin terhadap dirinya. Reynand jadi optimis untuk sembuh jikalau benar Alsa mencemaskannya.

"Are you okay?" tanya Reynand pada gadis yang sedang menatapnya dengan bingung.

Sebentar, bukankah seharusnya Alsa yang bertanya pada Reynand bukan malah sebaliknya.

"Harusnya aku yang nanya ke kamu." Alsa menjawab dengan wajah berusaha baik-baik saja. "Rey, are you okay?" tanya Alsa mengulang pertanyaan Reynand.

"No." Reynand menggeleng pelan. Jujur, memang dia tidak baik-baik saja. Apalagi melihat Alsa yang terlihat cemas.

Alsa mengerti dengan kondisi Reynand. "Nanti aku buatin kue," ujar Alsa berjanji.

"Janji?"

"Janji." Alsa mengangguk mantap. Mana mungkin dia berbohong, lagipula sudah lama sekali Alsa tidak memberikan kue pada sahabatnya. "Kamu mau kue apa?" tanya Alsa. Siapa tahu sahabatnya ini sedang menginginkan kue spesial.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang