BAB 30

2.5K 206 12
                                    

Assalamu'alaikum, Bucinnestar!
Always happy yaa. Jangan suka overthinking. Sukses selalu.

Baca terus ya, beri krisar bisa kali. Enggak maksa banget sih, btw aku ultah hahaha.

Thanks, udah mau bertahan hidup sejauh ini. Luv u Bucinnestar 💜

****

Jaz––Teman Bahagia

"Katakan tidak pada jodoh orang, dekat diri pada Tuhan. Sungguh, itu menyenangkan."

****

Gemericik hujan membasahi halaman sekolah, membuat suasana menjadi dingin namun menyenangkan untuk si penyuka hujan. Dalam keadaan hujan rasanya nyenyak sekali untuk tidur, apa boleh buat jika guru sebagian tidak masuk, entah itu telat atau memang berhalangan hadir yang jelas murid-murid senang bisa menggunakan jam kosong untuk tidur atau mengobrol sembari mendengarkan lagu di dalam kelas. Seperti kelas Rian saat ini yang sama sekali tidak ada guru yang mengajar sejak pagi.

Kelas XII IPS 3 memang berisi anak murid yang susah diatur, hampir semua murid yang nakal berada di dalam kelas itu. Rian––ketua Vernski sekaligus ketua kelas kadang tidak peduli dengan omongan guru. Moto Rian, 'selagi hidup lo berhak untuk bebas!'. Semacam tidak peduli dengan hidup jika terlalu membebaskan diri, namun Rian percaya jika hidup bebas itu menyenangkan.

"Hujan gini enaknya nyeblak nih," ujar Diego yang duduk di atas meja.

"Lo yang bayar Go," celetuk Fahri lalu tertawa.

"Setuju!" sahut teman-temannya membuat Diego sedikit syok.

"Anjir gue mana ada uang." Diego menggelengkan kepalanya. "Tao nih bapaknya pertambangan," Diego menunjuk Tao, "bisa kali Wok traktir kita," sambungnya. Diego memainkan alisnya naik turun.

Tao yang sudah paham maksud Diego pun langsung mengangguk. "Pesan aja," ujar Tao. Tidak apa uang tabungannya terkuras asal bisa membuat teman-temannya senang.

"Wih, asik nih, kalo gitu gue pesen bakso, cilok, cimol, Go," ujar Kevin pada Diego yang sedang menatapnya malas.

"Kok gue?" Diego menunjuk dirinya. Apa-apaan dia 'kan hanya menyarankan.

"Udah lo aja yang ke kantin, suruh bawa sini makanannya," balas Kevin.

Rian langsung bangkit dari tempat duduk. "Kita aja yang ke kantin jangan nyusahin orang tua. Mereka jualan bukan ngebabu," ujar Rian dengan tatapan biasa namun membuat temannya segan terhadapnya.

Mendengar perkataan Rian barusan sontak Kevin tercenung. Apa yang dikatakan Rian benar, intinya gini, selagi masih bisa sendiri jangan merepotkan orang lain. Mengingat penjual di kantin didominasi oleh orang tua, tidak baaik juga jika mereka harus mengantar makanan dari ujung ke ujung.

Mereka semua mengikuti perintah Rian untuk keluar secara bergantian untuk mengantisipasi kecurigaan guru terhadap mereka yang ingin membolos ke kantin.

"Kevin, Ogi, Diego, keluar duluan entar sisanya nyusul," ujar Rian memberikan instruksi. Tidak mungkin mereka keluar sekaligus, Rian sedang malas berurusan dengan guru BK.

"Richard, lo ke kantin juga enggak?" tanya Rian pada temannya yang sibuk bermain ponsel.

Richard memandang Rian sebentar sebelum kembali fokus pada ponselnya. "Enggak," jawab Richard singkat.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang