BAB 35

2.4K 204 23
                                    

Assalamu'alaikum, hai, Bucinnestar 💜

Finnaly update! Jangan lupa spam vote & komen. Oh iya aku juga lagi butuh kritik dan saran dari kalian, tolong ya.

Happy reading, i hope not overthinking!

****



"Gimana Al udah siap?" tanya Zahra yang daritadi memperhatikan sahabatnya untuk bersiap pergi ke tempat olimpiade berlangsung.

"Insya Allah, siap."

"Ya udah yuk ke depan, bus-nya udah nungguin."

Mereka berjalan menyusuri koridor dengan derap langkah santai. Murid lain melihat Alsa bak putri Raja, sangat terpukau. Bisa dibilang Alsa menjadi famous karena mengikuti olimpiade, dan juga keanggunannya dalam berhijab. Sekolah Harapan Jaya minim yang berhijab, hampir semua anak perempuan beragama Islam disini tidak mengenakan hijab.

Dari kejauhan Rian melihat Alsa berjalan dan menjadi objek tatapan banyak orang. Ada rasa cemburu menyelimuti hatinya. Cepat-cepat Rian berlari ke tempat Alsa yang kini kaget saat melihatnya tiba-tiba muncul.

"Astaghfirullah," ujar Alsa kaget melihat kedatangan Rian yang ada disampingnya.

Rian tersenyum dan berujar, "maaf-maaf, aku enggak bermaksud buat kamu kaget."

Zahra yang melihat pun menggelengkan kepala. Kakak kelasnya itu ada-ada saja.

"Iya Kak enggak apa-apa."

Sambil mengikuti langkah Alsa, Rian masih dilanda cemburu. Ada dia bersama gadis itu saja masih banyak yang menatap Alsa. Rian tidak suka, rasanya dia ingin mencolok biji mata murid laki-laki yang mencuri pandang pada Alsa.

"Al, kenapa kamu cantik banget sih?" Rian benci kalau begini, meskipun Alsa tidak sadar dia menjadi objek tatapan banyak orang.

Alsa mengernyit heran. "Kenapa tiba-tiba Kak Rian bilang gitu?"

"Aku cemburu. Banyak cowok yang natap kamu."

Alsa celingukan melihat sekitarnya. Dan benar banyak yang melihat ke arahnya sekarang. Alsa tidak ingin dilihat banyak orang, tapi mau bagaimana lagi kalau mereka yang melihat memiliki mata sempurna. Bisa melihat dengan baik, dan tidak hak untuk melarang dalam artian masih dalam batas wajar.

"Cemburu kok bilang-bilang. Cemburu kenapa juga orang bukan siapa-siapa," celetuk Zahra yang berdiri dibelakang keduanya.

"Berisik, Zah." Rian melihat kebelakang memberi tatapan tajam pada Zahra. Sudah biasa seperti itu, adik dari Bang Dimas ini memang suka berbicara sesuai kenyataan.

"Aku boleh cemburu, kan, Al?"

"Setahu Alsa enggak boleh." Pada dasarnya Alsa juga bingung harus menjawab apa.

"Kenapa enggak boleh?" Sedikit terluka tapi tak berdarah. Rian terlalu banyak menaruh ekspetasi berlebihan, padahal realita sesungguhnya sudah tertulis di takdir.

"Apa yang mau dicemburuin, Kak? Cemburu juga datangnya dari syaitan."

"Harusnya kamu bilang boleh. Biar aku senang."

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang