Ternyata lmyn byk jg yg kangen Pakde ya. Uhuk! Selamat berjumpa lg dg Pakde 😍
* * *
"Haiva mau kemana?"
Lebih horor dari suara tawa kuntilanak, kalimat tanya dari Haris Hananjaya sang Plant Director membuat Haiva merinding.
Pria setinggi 187 cm itu membuka pintu gowning room (ruang ganti baju) laki-laki bertepatan dengan saat Haiva membuka pintu gowning room perempuan. Kedua gowning room tersebut memang berada bersebelahan.
Setiap personel yang akan masuk ke ruang produksi obat memang perlu mengganti bajunya dengan pakaian khusus. Pakaian tersebut hanya digunakan di ruang produksi obat sehingga kontaminasi/kotoran dari jalanan atau luar ruang produksi (yang terbawa oleh pakaian biasa) tidak akan mencemari obat yang diproduksi, dan partikel obat yang terbawa di pakaian khusus ruang produksi juga tidak akan terbawa keluar ruang produksi dan mencemari lingkungan. Selain berganti pakaian, setiap personel yang akan masuk ruang produksi juga harus mencuci tangan dan menjaga higiene diri. Itu mengapa selalu tersedia gowning room untuk setiap personel yang terlibat pada proses produksi mengganti pakaian dan membersihkan diri sebelum masuk ke ruang produksi.
"Baru selesai keliling, Pak. Ini mau balik ke office," kata Haiva, nyaris mencicit.
Terdapat dua bangunan utama yang bersebelahan di dalam komplek industri farmasi tersebut. Kegiatan perkantoran seperti administrasi, finance, rapat dilakukan di office building, sementara kegiatan produksi dan penyimpanan produk obat dilakukan di factory building.
"Keliling___" Suara Pak Haris lebih mirip seperti orang yang sedang menggerutu. "Memangnya Iva tukang bakso, keliling? You are quality inspector! You should observe, instead of strolling around!"
Seperti biasa, bahkan saat marahpun Pak Haris tidak pernah menggunakan suara yang keras. Namun meski hanya dengan nada suara normalpun, kata-kata Pak Haris barusan berhasil membuat Haiva mengkerut.
Haiva diam saja. Tidak berani menjawab.
"Ayo Haiva ikut!" kata Pak Haris kemudian. "Saya mau lihat hasil Iva keliling tadi."
Lemas, Haiva menghembuskan nafas pasrah. Seperti kambing yang siap disembelih.
* * *
Tidak terlalu banyak temuan/finding yang diperoleh Pak Haris saat melakukan inspeksi bersama Haiva. Haiva juga merasa lega karena beberapa operator yang sempat ditegurnya pagi itu (termasuk Pak Dul) sudah melaksanakan saran-sarannya sehingga ketika Pak Haris inspeksi, beliau tidak menemukan terlalu banyak kesalahan yang tidak perlu. Meski demikian, beberapa hal tetap terdeteksi oleh Pak Haris yang memang telah berpengalaman di industri farmasi selama 20 tahun.
Pak Haris menemukan sebuah logbook (buku catatan pemakaian) sebuah alat dengan beberapa stiker penanda. Stiker itu memang ditempelkan oleh Haiva untuk mengingatkan operator yang lupa menandatangani logbook tersebut setelah selesai menggunakan alat.
Bagai maling tertangkap basah, Haiva cuma bisa nyengir saat Pak Haris menatapnya dan logbook itu bergantian.
"Niat Haiva untuk mengingatkan ini bagus," kata Pak Haris kalem. Tidak tampak marah. Tapi aura horornya tetap terasa kental. "Tapi lebih dari itu, Haiva perlu memikirkan sistem supaya mereka nggak akan lupa mengisi logbook ini. Dan kalau deviasi kecil seperti ini terus berulang, barangkali memang perlu teguran dan sanksi nyata, supaya para operator aware dengan sistem dokumentasi ini."
Haiva mengangguk. Dia tahu semua teori yang dikatakan Pak Haris. Hanya saja dia terlalu penakut untuk melakukannya, untuk menegur dengan tegas para operator atau membuat laporan resmi yang akan menyebabkan kesulitan untuk para operator. Beberapa kali Haiva berpikir, barangkali dia tidak sepantas itu untuk bekerja di posisinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG TIDAK DIMULAI
RomanceWORK SERIES #1 Aku selalu berandai-andai. Andai aku terlahir lebih lambat, atau kau terlahir lebih cepat. Apa kita bisa bahagia? First published on May 2018 Final chapter published on August 2020 Reposted on December 2021