Optimasi proses penyalutan produk colon-targeted baru Medika Pharma hampir selesai ketika Haiva merasakan getaran di saku celana produksi yang dikenakannya, pertanda sebuah pesan masuk ke ponselnya. Menyingkir sesaat dari ruang penyalutan tablet, Haiva keluar ke koridor ruang produksi dan mengecek ponselnya.
Kang Arya: Assalamualaikum Iva-chan.
Dan seketika, tanpa bisa dicegah, senyumnya terbit melihat nama sang pengirim pesan.
Saya: Waalaikumusalam Kang.
Kang Arya: Lagi apa, Va? Lagi sibuk?
Tentu saja dirinya sedang sibuk. Tapi siapa yang peduli? Waktunya selalu available untuk Arya.
Haiva bertemu Arya beberapa tahun yang lalu. Mereka sama-sama kuliah di Fakultas Farmasi, hanya di Universitas yang berbeda. Mereka bertemu saat diadakan PIMFI ISMAFARSI (Pertemuan Ilmiah Mahasiswa Farmasi, Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia) sebagai delegasi dari masing-masing universitas.
Pada pertemuan tersebut, mereka ngobrol beberapa kali. Karena Arya setahun lebih tua dari dirinya, dan dia mendengar beberapa teman sekampus Arya memanggil pemuda itu dengan "Akang", Haiva juga ikutan memanggil pemuda itu dengan panggilan yang sama.
"Di Bandung mah semua senior di kampus dipanggil Akang," kata Arya menjelaskan mengapa teman-teman sekampusnya memanggilnya begitu.
Bagi Haiva sendiri, panggilan itu terasa spesial. Apalagi setelah acara dua-tahunan mahasiswa farmasi tersebut berakhir, dan ternyata Arya masih menghubunginya sesekali untuk membicarakan urusan ISMAFARSI, Haiva merasa makin dekat dengan pemuda itu. Dan panggilan Akang jadi terasa spesial bagi Haiva, meski bagi Arya panggilan itu biasa saja, karena semua juniornya juga memanggilnya demikian.
Seiring berjalannya waktu, ketika hubungan mereka makin dekat dan Arya tahu bahwa Haiva suka membaca manga (komik Jepang) dan tergila-gila pada segala sesuatu tentang Jepang, Arya mulai memanggil Haiva dengan "Iva-chan". Dan Haiva hanya perempuan biasa, bagaimana mungkin dia nggak baper dengan panggilan itu kan?
Saya: Lagi di ruang produksi sih, tapi nggak sibuk2 amat. Kenapa Kang?
Kang Arya: Yaudah, nanti aja kalo Iva udah nggak sibuk aja. Nanti saya telepon kalo boleh.
Saya: Ada apa emang Kang?
Kang Arya : Ga ada apa2. Pengen ngobrol aja sama Iva. Boleh kan?
Saya: Oh, kirain ada yang penting. Nanti saya kabari ya kalau udah keluar dari ruang produksi.
Kang Arya : Ahsiap! Selamat kerja lagi, Iva-chan. Jangan lupa makan dan sholat.
Perempuan mana yang nggak baper kalau dikirimi pesan seperti itu kan? Makanya meski kini status WhatsApp Arya sudah offline, Haiva terus saja tersenyum memandangi layar ponselnya.
"Pasti WA dari pacar."
Tiba-tiba saja Randu sudah nongol dari balik punggung Haiva.
"Mas Randu!" pekik Haiva kaget. Spontan, dia memukul bahu Randu. "Kaget, tahu!"
"Nama gue bukan tahu," kata Randu.
Haiva memutar bola matanya, lelah.
"Bener ya, itu WA dari pacar?" tanya Randu lagi. "Patah hati deh gue."
Kalau belum lama mengenal Randu, Haiva pasti baper dibuatnya. Untungnya Haiva sudah cukup mengenal Randu untuk tahu bahwa Randu hanya menggombal.
"Optimasinya udah kelar?" tanya Haiva mengalihkan pembicaraan sambil berbalik hendak kembali masuk ke ruang penyalutan tablet.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG TIDAK DIMULAI
RomansaWORK SERIES #1 Aku selalu berandai-andai. Andai aku terlahir lebih lambat, atau kau terlahir lebih cepat. Apa kita bisa bahagia? First published on May 2018 Final chapter published on August 2020 Reposted on December 2021