Delapanbelas

10 4 1
                                    


"Hallooo... Semuaaa....." sapaku saat sudah sampai di ruangan musik.

"Hmmm..." Vincent hanya diam bergumam dan menyetel gitarnya.

"Eh, kok sepi nih ruangan. Kalian kenapa nggak latihan?" tanya Wullanjelly yang masih tidak mengerti dengan situasi diruangan ini.

"Gak usah sok asyik lu. Sono ambil alat lu, terus lu nyanyi," Vincent mengucapkan kata itu dengan sangat cuek.

Wullanjelly berjalan ke tempat sendok dapur (baca : mic ) dan mengambilnya, menaruh ke gagang dan melihat kesekelilingnya. Mereka semua sudah pada siap dengan alat masing-masing, Wullanjelly sudah mau memulai bernyanyi.

"One.. Two.. Three.. Four... Go." kode Leo yang memegang drummer.

Dung.. Dung... Tek... Dung... Tek..  (Sebenarnya ini suara apaan sih?)

"Ekhem.. Ekhem.."

Tahukah hatiku galau
Tak tahu harus melangkah
Sejak pertama mata jatuh menatap
Hatiku tak pernah dusta

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku

Mencoba lupakan keinginan hati
Namun tak ingin ku menyerah
Tapi mengapa bila ku mendekat
Rasanya semakin jauh

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku
Ternyata ku hanya bisa ooo
Menggapaimu di mimpiku

Namun kenyataannya parah
Dirimu (dirimu) tak pernah untukku

(bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu) dirimu (tak pernah untukku)

Bila cintaku ini salah
Hatiku tetap untukmu
Namun kenyataannya parah
Dirimu tak pernah untukku
Dirimu tak pernah untukku

(Lagu Yovie and Nuno - GALAU)

~

Wullanjelly selesai menyanyikan lagu yang benar-benar sesusai dengan isi hatinya, ntah apakah cowok itu akan PEKA atau tetap TIDAK PEKA.

"Masih seperti waktu itu bagus."

"Iya, terimakasih."

"Vincent, gimana?" tanya Leo ke Vincent yang sedang membereskan alat bandnya.

"Wullanjelly, nanti kita ketemuan di Cafe."

Wullanjelly hanya mengangguk.

***

Teettt... Teettt.. Teeetttt...

"Udah jam berapa nih? Main bel aja," tanya Leo Lay yang masih memainkan Drumnya.

"Woy, mesum.. Udah jam 4 sore ini mah.."

"Warbyazah... Jadi, kita ngadem disini berapa jam? Ampe pulangan gitu."

"Mana gue tempe guekan ikan," ucap Raka dengan muka datar -__-

"Udah deh guys, kita pulang sekarang, besok lanjut lagi. Ingat kita tinggal beberapa hari lagi untuk menuju kontes musik ini," Vincent menutup latihan hari ini, mereka semua bersiap-siap untuk pulang kecuali Wulanjelly yang harus ke kelas dulu untuk mengambil tasnya.

"Wul... Lu mau ke kelas?" Tanya Rendy

"Iya, Ren. Aku mau ngambil tasku dulu."

"Sam? Vincent? Diantara kalian apa gak ada yang mau nemenin Wulanjelly?" Tanya Rendy yang menaik turunkan alis kearah Sam dan Vincent.

"Gue aja deh.." Leo yang tidak mengerti dan tidak tahu kondisi ini main ceplos aja untuk nemenin Wulanjelly.

Wulanjelly pun yang sama-sama O2N sama Leo, ikutan ngangguk-ngagguk kek ayam lagi nge-DJ dan yah gitulah, susah juga kalau punya temen model kek gitu.

"Siap... Leo.. Ayo.. Ayo.."

Wulanjelly menarik tangan Leo dan langsung berlari melaju ke kelas, kalian tahukan kalau 2 orang yang koplak bin somplak bin o2n bin absurd disatukan. Jadinya, kek gitu sepanjang jalan kenangan mereka bercanda, nyanyi-nyanyi gak jelas.

"Leo.. Leo.. Leo... Leo.."

"Apaan Wul?"

"Leo..... Aku kan nonton film..."

"Iya, film apa?"

"F... F.... F... Apa tuh yang di benda kotak besar tuh."

"Benda besar? Kotak? Apaan?"

"Ih, yang ada gambarnya bisa gerak-gerak."

"Oalah, itu.. Ya... Ya... Televisi maksud lu," Leo yang akhirnya ngeh dengan apa yang dimaksud Wulanjelly, tersenyum bahagia hingga membuat dia berlari kesana-kemari dan memutari tiang-tiang di depan kelas.

"Llllleeeeeeooooo.... Tuuunnngggguuuuu....." Wulanjelly yang gesrek itu pun ikutan lari-lari dan joget-joget bak india.

***

Sesampainya dikelas...

"Huft, capeknyaaa...." Leo dan Wulanjelly duduk saling bersendaran di kursi guru.

"Ho'oh capek juga. Eh, Leo kok itu ada tas 3. Satukan punya ku, terus punya Eo, terus satunya lagi punya siapa?"

"Oh, iya ya. Hmmm, wait... Itukan tempat duduknya Rini."

"Rini? Dia itu siapa?"

"OMG.... Lu berapa minggu disini? Gak tahu Rini... Rini tuh yang tadi ngobrol ama lu," Leo berdiri dan mengambil tasnya, dia jingkrak-jingkrak sangking keselnya ama Wulanjelly.

Wulanjelly yang tidak merasa kalau dia yang membuat Leo kesel, hanya diam saja tanpa bergerak, tapi bernafas.

"Oy.. Wul.. Gue mau tanya coba."

"Tanya coba apa kamu Leo?"

"Busyet tuh omongan belibet amat."

"Hehehe... Leo tanya mau apa?"

Leo yang frustasi karena, Wulanjelly hanya bisa garuk-garuk kepala dan hidung yang tidak gatel, tapi banyak kotoran macam ketombe dan Yu-Pil (diidung).

"Loe tuh asalnya darimana? Omongan lu gak kayak orang indo atau pun orang barat apalagi orang asia luar sono, terus loe itu muncul darimana coba? Masa iya ada murid baru yang masuk sekolah pas deket-deket akhir sekolah ini, apalagi kita udah kelas 12. Hmm, oh iya nama lu juga aneh."

Deg....

Deg....

Deg....

Deg....

Deg....

Deg....

Next....

ABSURD LOVERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang