Part 11 [Stev~1]

7.1K 475 0
                                        

Flash Back

🍃🍃🍃

"Pergilah, jaga pangeran kecil kita," pria itu terus meyakinkan ibu bahwa ia akan baik-saja.

"Ku mohon jangan menangis. Kau taukan hatiku hancur jika melihat kau atau pangeran kita bersedih," ku lihat tangan pria itu terulur untuk mengusap bulir bening yang jatuh dari mata indah ibu. Ia memejamkan mata ketika mencium kening ibu dengan kasih sayang yang dapat kurasakan.

Tak lama, Ia beralih menatapku. Menyamakan tinggi badan kami dan memegang kedua pundak ku. Ia menatapku bangga. Namun aku bisa melihat kesedihan mendalam yang tersirat dimata birunya.

Seulas senyuman menghiasi wajah tampan yang di iringi rahang tegas miliknya. Membuatku ikut tersenyum walau hati ini terasa hancur.

"Berjanjilah, kau akan menjadi anak baik yang cerdik, kuat, bertanggung jawab dan dapat membuat orang lain bahagia," aku mengganguk patuh. Jujur saja, ini terasa berat bagiku untuk meninggalkan nya. Meninggalkan ayahku, sendiri.

Ayah membawa kami kedalam dekapan hangat miliknya. Menyalurkan kasih sayang,cinta dan kesedihan. Entah kami akan bertemu lagi esok atau tidak.

DUARRR!!!!!

Ayah melepaskan pelukan yang akan ku rindukan itu saat terdengar dentuman kuat dari luar rumah.

Ia memandang kami cemas "Pergilah ke Golden Pack. Disana kalian akan aman".

Ayah mengusap rambutku pelan "Jaga ibumu ya," ujarnya lalu meninggalkan kami.

Aku memandang ibu yang sudah tidak bisa membendung air mata. Ia memandangku dan mengusap kasar kristal bening yang sedari tadi terjatuh tanpa henti.

"Ayo Stiv, ikuti ibu. Jangan pernah lepaskan tangan ibu dan jangan menengok kebelakang. Teruslah berlari"

Aku dan ibu mengintip melalui jendela. Melihat serigala hitam milik ayah sedang bertarung melawan para Witch. Ya, rumah kami dekat dengan perbatasan wilayah netral yang di jadikan sebagai tempat pertempuran antara kaum Werewolf dan Witch. Jadi mau tidak mau, kami harus ikut berperang melawan para Witch.

Ibu menutup mataku ketika seorang Witch berhasil menyerang ayah. Ku dengar ia terisak pelan dan segera menarik ku dari sana.

Kami berhasil kabur lewat pintu belakang dan berlari menyebrangi wilayah netral bagian barat. Kata ibu, di sana adalah kawasan yang tidak tersentuh oleh pertempuran. Jadi berkemungkinan kecil bagi kami untuk bertemu Witch.

Nafasku memburu. Langkah kecil ku berusaha menyamakan langkah ibu yang lumayan besar. Tangan yang lembut itu terus memegang tangan kecilku erat. Menyalurkan ketenangan yang bahkan tak dirasakan oleh nya.

Tiba-tiba ibu menghentikan langkah. Mata biru laut nya menatapku nyalang. Sungguh, seumur hidup belum pernah ku melihat tatapan seperti ini dari ibu. Aku takut.

Ibu menarik tanganku kasar sampai aku terjatuh "pergi kau! Karna dirimu Suamiku mati oleh para Witch. Karna melindungi dirimu aku tak akan bisa lagi melihat Mate ku! Pergi!," aku terlonjak kaget. Tak mungkin ayah meninggalkan kami. Tak mungkin!

"I-ibu kenapa? Apa salahku bu?" Ibu meludah dan mendorong tubuh kecilku. Aku meringis merasakan sakit karna ulah ibu.

"Apa salahmu? Ini semua salahmu! Andai kau tak lahir. Pasti suamiku masih ada disini bersamaku!" Ibu memandangku marah dan melangkah pergi.

"I-ibu mau kemana? Jangan tinggalkan aku bu. Aku takut sendiri," aku mengikuti ibu dari belakang sambil menahan perih tangan dan lututku yang berdarah.

Ibu perbalik kearahku dan menatapku tajam "pergi kau sialan! Pergi! Jangan pernah menampakan wajah mu itu!" Ibu mengambil batu-batu kecil dan melemparkan nya padaku sambil berteriak histeris.

Aku terus melindungi kepala ku dengan tangan mungil ini "ibu, aku tak ingin meninggalkan mu. Apapun yang kau lakukan, aku akan tetap bersama mu," teriak ku.

Ibu berhenti. Ia memandangku sambil berkaca-kaca. Entah apa yang tengah ia pikirkan. Aku tau hatinya saat ini hancur. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku.

Ibu membalikan badan dan melangkah pergi. Ia terus menatap kedepan dengan pandangan kosong.

Langkahku terhenti ketika mendengar suara khas ibu "pergi atau aku akan membencimu selamanya," ujarnya tanpa menoleh kearahku.

Deg!

Tubuhku menengang. Suara ibu begitu dingin dan datar. Ku lihat ibu melangkah pergi. Meninggalkan ku sendiri di sini.

Hatiku hancur. Baru kali ini aku melihat ibu sebenci ini pada seseorang, dan itu adalah aku.

Apakah dia ibuku? Kenapa ia berubah seperti itu?
Jika aku memiliki salah yang membuat ibu membenciku, aku minta maaf.
Aku hanya tak ingin kehilangan nya.
Kenapa aku dilahirkan jika itu membuat kedua orang tuaku harus menderita?

Aku rindu senyuman manis mereka. Aku rindu pelukan hangat mereka. Aku rindu kasih sayang mereka. Aku hanya rindu. Apa aku salah?

Aku melangkah pergi berlawanan arah dengan ibu. Aku memegang kepalaku yang terasa berat. Dan terkejut ketika merasakan cairan kental yang berbau amis. Sepertinya salah satu batu yang ibu lempar tadi mengenai kepalaku tanpa ku sadari.

Langkahku terhenti seketika dan memegang jantungku yang bedegup cepat. Perasaan apa ini?
Aku menengok ke arah belakang yang masih menampilkan pudak ibu.

"Emmmphh," aku meronta-ronta ketika ada sebuah tangan yang membekapku dari belakang.

Tangan itu terasa kecil dan juga dingin. Ia mencengkramku kuat dan membawaku menuju semak-semak.






TBC

🍃🍃🍃


Sorry for typo,

Tinggalkan jejak kalian dengan cara

Vot🌟
And
Coment💬
.
.

See u next chap😄


Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang