Part 14 [Stev~4]

4.5K 361 2
                                    

"Aku menemukanmu," ujarnya sambil menyeringai.

"Aaaaa!!!!" Kami berteriak ketika melihat nenek tua itu memasukan jarinya kelubang. Kukunya yang panjang dan hitam bergerak mengapai wajahku.

Aku langsung berdiri lalu menarik tangan temanku keluar dari gubuk itu. Jantungku bedegub cepat, keringat dingin membasahi tubuhku.

Aku juga merasakan tangan temanku yang dingin. Sepertinya ia  benar-benar ketakutan.

Aku menengok kebelakang dan melihat nenek itu dibelakang kami sambil menyeringai.

"Ikuti aku!" Ujar temanku berlari mendahuluiku.

Aku terus mengikutinya memasuki hutan. Entah kemana ia membawaku, aku tak peduli. Yang terpikir di benak ku adalah bagaimana caranya agar lolos dari nenek gila itu.

Lama kami berlari, hingga kakiku rasanya ingin patah. Mungkin nenek reyot itu sudah tidak mengikuti kami.

"Kita berhenti sebentar. Aku hah sudah ukhuk! Tidak kuat Hah!"
Aku mengambil napas dalam, mencoba netralkan jantungku yang memompa dengan cepat.

Temanku mengangguk setuju. Ia memegang lututnya dengan napas yang tersengal.

"Tapi kita harus waspada, sebaiknya kita harus cepat. Mungkin saja ia masih ingin menuruti nafsu gilanya itu," aku mengangguk dan mulai berjalan.

Kami terus berjalan menyusuri semak belukar. Hari belum senja, tapi matahari dengan cepat menghilang di balik pohon.

Sekarang yang ada hanya hening. Semua kebisingan lenyap, hanya suara hutan itu sendiri dan langkah kami yang terdengar.  Jujur saja, bahkan untuk bersuara pun kami masih takut.

Kami saling memandang ketika terdengar suara gesekan seperti rumput yang terinjak berjalan cepat kearah kami.

Jantungku hampir melompat kala melihat nenek reyot itu muncul tiba-tiba di hadapan kami.

"Aku menemukan kaliaaaannnn...." ia menyeringai dan mengulurkan tangan untuk menangkap kami.

"Aaaaaa.....!!" Aku langsung menarik temanku untuk lari dari sana. Menerobos rimbun nya semak belukar, bahkan kami tak peduli kala tubuh kami tergores tanaman berduri. Sepertinya pikiran kami hanya satu 'Lari, maka kau akan selamat'.

Samar-samar aku masih dapat mendengar suara tawa nenek tersebut. Suara jelek yang akan ku benci seumur hidup.

Aku ingin tetap berlari namun sungguh rasanya tubuhku tak sanggup lagi. Aku memandang sekeliling melihat pohon besar. Aku menepuk pundak temanku beberapa kali dan mengisyaratkan untuk besembunyi di balik batang besarnya sambil beristirahat.

Kami menutup mutut dengan tangan ketika merasakan kehadiran nenek reyot itu mendekat.

"Dimana kaliaaannnn..? Keluarlah sebelum aku menemukan kaliaaaannnn...."

Kakiku terasa lemas ketika melihat bayangan nenek itu yang semakin dekat dengan kami. Aku terkejut ketika merasakan seseorang memegang tanganku.

Aku melihat kearah temanku. Ia sedikit berbeda. Wajahnya lebih tenang dan datar. Aku baru sadar, matanya berwarna emas membuatku takjub. Ia mengisyaratkanku untuk kabur setelah hitungan ke tiga dan ku balas dengan anggukan.

"Kena kau!"

"Aaaaa!!!" Aku berteriak ketika nenek itu memegang tanganku erat.

Ku lihat temanku mengeluarkan cakar yang panjang dan tajam dari kukunya dan mengarahkan nya ke lengan nenek itu.

Nenek itu berteriak dan mengumpat saat lengan nya mengeluarkan darah akibat cakaran temanku. Ku manfaatkan situasi ini untuk melepaskan cekalan nenek itu dan berlari menarik tangan temanku.

"Hei, jangan lari kalian bocah sialan!"

Argh! Andai serigalaku sudah muncul, akan ku makan nenek reyot itu.

Aku terus berlari tanpa menengok kebelakang. Aku tak ingin mengambil resiko untuk melihat nenek reyot itu.

Kami berhenti ketika tepat di hadapan kami terdapat jurang. Dari sini aku dapat melihat sang bulan yang bersinar terang tanpa terhalang awan. Bintang-bintang bertebaran diangkasa membuat langit menjadi indah. Tapi sepertinya bertolak belakang dari kisah kami yang malang ini.

Ku lihat sebuah siluet muncul dari kegelapan. Perlahan namun pasti menghampiri kami. Perlahan, cahaya mulai menyinari tubuh reyotnya. Lagi-lagi dengan seringaian menjijikan itu. Aku benci melihatnya!

Ku genggam erat tangan temanku. Ia nampak tak bergeming. Wajahnya lebih tenang dari sebelumnya. Apa ia menjadi depresi karna pelarian ini? Atau ia kerasukan roh bulan?

"Kemarilah bocah, maka aku akan melakukan nya dengan cepat agar kalian tak merasakan sakit. Atau kalian akan jatuh dan merasakan sakit karna tubuh kalian yang hancur berkeping-keping. Hanya ada dua pilihan".

"Tiga," aku menengok kearah temanku tak mengerti, begitupun nenek reyot itu.

"Ada tiga pilihan," aku mengalihkan pandangan ketika mendengar suara. Entahlah, seperti langkah berat dan juga cepat?

Aaaauuuu!!

Nenek itu menggeram kala mendengar suara serigala yang tak jauh dari kami.

"Kau yang hanya memiliki dua pilihan. Mati atau kabur," kini giliran temanku yang menyeringai membuatku begidik. Entahlah, namun ada sebuah aura berbeda darinya. Dan mungkin nenek itu menyadari.

"Dasar bocah sialan!" Ia berlari kearah kami membuatku membelalakan mata.

Spontan kami langsung menghindar dari sana. Membuat nenek itu terjungkal dan terjatuh dari tebing.

Aku langsung melihat dalam jurang, "apa itu dalam?"

"Setidaknya itu menghentikan niat gilanya," kami berbalik ketika segerombolan serigala berjalan kearah kami. Baru saja aku ingin bernapas lega, namun sekarang harus dihadapkan lagi dengan masalah. Apa mereka Rogue?

Aku menelan ludah dengan susah payah. Serigala-serigala itu nampak melihatku dengan tatapan lapar. Gigi tajam mereka terlihat jelas di bawah sinar rembulan.

Apakah ini yang dinamakan keluar dari lubang ular dan masuk ke sarang serigala?





Tbc





🍃🍃🍃




Jangan bosen untuk dukung auto dengan cara

Vot🌟
And
Coment

Sorry for typo

.
.
See u next chap😉

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang