Part 23 [Witch?]

4.4K 353 43
                                        

Dalam rimbun hutan, semilir angin berhembus membuat ranting-ranting pepohonan saling beradu.

Suara-suara hewan malam terdengar merdu ditelinga. Dari kejauhan, samar-samar masih terdengar suara Serigala yang melolong.


Gelapnya malam tak menghalangi pandangan seorang gadis yang berjalan gontai melewati dedaunan kering yang berserakan.

Setiap langkahnya di iringi oleh segerombolan kupu-kupu seakan mereka melindungi gadis tersebut. Ya, siapa lagi jika bukan Azura.

Kaki itu telah lelah berjalan. Membuatnya memutuskan untuk duduk di atas pohon tua yang telah tumbang. Menatap langit berawan tanpa bintang diterangi oleh beberapa Alga yang bersinar dikegelapan.

Sesekali ia menghelakan nafas lelah. Detik-detik kesunyian menggelayuti fikiran. Bukan karena ia berada dalam gelapnya malam. Tapi ia hanya bingung dengan sesuatu yang mereka sebut 'perasaan'.

Entah apa yang melingkupi dirinya sampai ia merasakan hancur seperti ini. Rasa kecewa karena ketidakpercayaan seseorang dan ingatan tentang seluruh mata yang memandangnya dengan penuh kebencian.

Hatinya hancur, tak ada yang ingin mendengarnya lagi. Sekarang ia bukanlah siapa-siapa dimata mereka.

Azura tersenyum miris. Memangnya ia siapa? Pikirnya.

Azura memejamkan mata, menarik nafas dalam dan membukanya perlahan.

"Keluar," ucap Azura pelan.

Tak lama, terdengar suara tepuk tangan dari balik pohon besar nan rindang.

"Wow! Aku salut padamu. Bagaimana kau tau? Apa mereka yang memberitahumu?" ucap pria itu sambil melirik segerombolan kupu-kupu yang terbang diatas mereka.

"Apa yang kau inginkan?"

Pria itu tersenyum masam. "Apa aku terlihat seperti lelaki cabul? Atau wajah tampanku terlihat seperti penjahat?"

"Mengintai seorang gadis bukanlah tindakan yang sopan," jawab Azura dingin.

Pria itu menghelakan nafas kasar dan berlutut dihadapan Azura. "Baiklah. Maafkan aku."

Azura menatapnya datar. Ia tau bahwa sejak tadi ada seseorang mengikutinya, tapi mau bagaimana lagi? Pria itu sudah terlanjur melihat segalanya.

Pria itu berlutut didepan Azura dengan satu kaki sebagai tompangan dan memperkenalkan diri.

"Namaku Arlonald Schwarzenegger Mechkenzieburgh. Singkatnya panggil saja, Arlo."

Senyum Arlo perlahan memudar ketika melihat wajah Azura yang masih datar seakan acuh tak acuh padanya. Azura hanya memperhatikan kupu-kupu yang kian pergi satu persatu.

"Um.. aku harus memanggilmu apa?" Tanya Arlo dengan wajah polos.

Tak lama, mereka dikejutkan dengan suara gemuruh petir yang menyambar. Arlo yang tengah berlutut kemudian berdiri dan menatap Azura dengan senyuman.

"Dimana kau tinggal? Biar aku antar. Aku tak suka melihat seorang gadis berkeliaran sendiri didalam hutan tengah malam seperti ini."

Arlo terdiam menatap bingung Azura. Tak lama, ia menghelakan nafas kasar ketika tidak ada respon sama sekali yang ia dapatkan dari Azura.

"Apa gadis ini terkena sawan?'' Batin Arlo.

Arlo mengusap tengkuk.
"Baiklah. Apa kau tak memiliki rumah? Bagaimana jika kau pergi ketempatku. Aku tidak yakin itu bisa disebut rumah, tapi setidaknya kau aman dari guyuran hujan."

Alpha's MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang