[ZihWan] Seandainya 02

307 36 50
                                    

“Tidak apa-apa, hyung, aku hanya tidak mau orang salah paham dengan kita, seperti Daniel tadi. Aku tidak mau hyung malu karena dikira berpacaran denganku.”

‘Sakit rasanya saat bicara seperti itu kepada orang yang aku sukai dan cintai,’ batin Jaehwan.

.
.
.

Zico berhenti di depan Jaehwan, menatapnya lembut. Menangkup kedua belah pipinya, “hyung tidak akan malu jika orang-orang menganggap kita pacaran. Hyung malah akan sangat senang jika mereka mengira kita adalah sepasang kekasih.”

“Siapa yang tidak akan bahagia memiliki kekasih manis, lucu, dan imut sepertimu? Ditambah pipi gempalmu yang selalu menggoda untuk diemut.”

Wajah Jaehwan memerah tersipu seketika saat Zico mengatakan hal yang menurutnya romantis itu.

Hyung, jangan seperti itu. Nanti hyung jatuh cinta kepadaku,” cicit Jaehwan dengan suara yang lembut sambil menampilkan senyum yang sangat merekah.

‘Bolehkah aku berharap jika Zico-hyung juga memiliki rasa yang sama?’ batin Jaehwan.

“Hahaha... kau lucu Jaehwanie, siapapun yang melihatmu walau itu saat pandangan pertama pasti akan langsung jatuh cinta karena pesonamu.”

Hyung jangan memujiku seperti itu,” rajuk Jaehwan malu.

“Siapa yang akan suka denganku? Pria yang manja, cengeng, dan kelebihan lemak di bagian sini,” Jaehwan menujuk pipinya yang berisi.

“Jika tidak ada yang menyukaimu, maka hyung akan lebih mudah memilikimu, karena hyung tidak akan susah payah untuk bersaing dengan mereka-mereka di luar sana yang ingin mendapatkanmu.”

“Yak! Hyung, bercandamu semakin kelewatan.”

Hyung tidak pernah bercanda, Hwanie. Apa lagi dengan urusan cinta, dan orang yang benar-benar hyung sayangi dan cintai.”

“Apakah ini sebuah pernyataan cinta, hyung?”

‘Bukannya aku terlalu pede mengira Zico-hyung menyukaiku juga, tidak salahkan aku berkata begitu? Agar aku juga bisa tahu isi hati Zico-hyung terhadapku,’ batin Jaehwan.

Zico tersenyum memandang Jaehwan, yang terlihat bingung.

‘Oh, astaga! Aku selalu terpana saat melihat Zico-hyung tersenyum manis sekaligus tampan seperti ini, seandanya saja aku bisa setiap hari bahkan setiap detik melihat senyum itu.’

‘Aku ingin senyum itu menjadi milikku. Aku ingin setiap hari melihat senyum Zico-hyung yang seperti ini dan hanya diberikan kepadaku. Egois memang tapi rasa ingin memiliki dirinya sangat besar.’

Zico meraih pinggang Jaehwan yang ada di depannya kemudian mengeliminasi jarak di antara mereka. Mengecup singkat bibir merah tipis Jaehwan. Memberikan senyuman hangat kepadanya dan membisikkan sesuatu di telinga pria manis itu.

Membuat Jaehwan kembali terperanjat setelah ciuman singkat tanpa lumatan dari orang yang dia suka.

Detik berikutnya Jaehwan mengangguk disertai tetes air mata bahagia. Langsung menghambur ke dalam pelukan Zico yang baru saja sah menjadi kekasihnya.

Tentu saja Zico membalas pelukan Jaehwan dengan perasaan yang sama bahagianya.

Membelai lembut kepala Jaehwan dan memberikan kecupan sayang.

.
.
.

Woojin melipat kedua tangannya di dada dengan muka datar, sedangkan Daniel sibuk memakan cemilan yang ada di meja makan.

“Yak! Hyung! Kenapa kalian lama sekali? Kalian tahu berapa lama aku menunggu di sini? Sudah hampir satu setengah jam aku duduk di sini sendirian, kemudian Daniel datang tanpa kalian berdua.”

“Aku sudah sangat bosan hyung, terlebih lagi Daniel sedari tadi mengacuhkanku dan hanya fokus pada makanan dan minuman manis yang ada di meja,” omel Woojin.

“Dan apalagi itu? Kalian bergandengan tangan?!”

“Oh, oh, oh, aku tau sekarang, alasan kalian sangat terlambat. Jangan bilang kalian berkencan dulu sepanjang perjalanan menuju ke sini.”

“Oh, astaga! Kalian curang sekali! Seharunya aku bawa kekasihku juga agar aku tidak bosan menunggu kalian.”

“Hey, kalau kau membawa kekasihmu, aku akan menjadi obat nyamuk di antara kalian,” sahut Daniel kesal.

“Biasanya juga seperti itu kan!” balas Woojin tak kalah sewot.

“Makanya cepat cari kekasih, Jaehwan-hyung yang bentukannya begitu saja sudah menemukan kekasih, masa Daniel-hyung kalah dengan Jaehwan-hyung.”

“Woojinie, apa maksudmu mengatai hyung begitu?” rengek Jaehwan.

Woojin hanya mengangkat bahunya tak peduli.

“Sudah, sudah, jangan ribut, nanti kita diusir,” Zico duduk di samping jendela kaca,  sambil mengacungkan tangannya memanggil pelayan.

Di sampingnya Jaehwan duduk dengan muka cemberut karena perkataan Woojin tadi.

“Siapa yang berani mengusir kita hyung?”

“Pemilik cafe saja dengan senang hati menampung kita setiap waktu,” sahut Woojin.

“Hahaha...” hanya suara tawa yang terdengar dari mulut Zico.

“Ya sudah, untuk permintaan maaf hyung dan merayakan hari jadian kami,” Zico memandang Jaehwan sekilas, “kalian hyung teraktir hari ini. Terserah mau makan apa saja,” ujar Zico lembut, senyuman tidak henti-hentinya terparti di bibir Zico.

Jaehwan yang dipandangi tersipu malu.

“Ciyeee... yang baru jadian,” goda Daniel.

“Apaan sih, Nielie.”

“Daniel,” tegur Zico.

“Eh, iya, hyung, maaf, maaf.”

“Selamat ya Jaehwan-hyung, akhirnya gak jomblo lagi, dan cintanya kepada Zico-hyung tersampaikan.”

“Yak! Woojinie, jangan buka kartu dong,” sela Jaehwan dengan wajah yang memerah.

“Hahahaha...” suara tawa dari keempat orang di meja itu membuat suasana menjadi terasa ramai dan hangat.

.
.
.

Meski semua tertawa bahagia, tapi tidak dengan seseorang yang sedang duduk di seberang Jaehwan. Meski dirinya tertawa, tapi batinya terasa ngilu. Terasa sesak, perih, menekan, melihat orang yang dicintai sudah memiliki status hubungan.

‘Semoga kau bisa bahagia bersama Zico-hyung, Jjae.’

‘Tapi, jika kau tidak bahagia, datanglah padaku. Aku bersedia menjadi sandaran baru untukmu,’ batin Daniel nyeri.

~Fin~


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zico Seme dari Jaehwan
Daniel seme yang menyukai Jaehwan

CCWT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang